Extended Hypnosis

Kondisi hipnosis adalah satu kondisi kesadaran khusus (altered state of consciousness / ASC) dengan banyak manfaat. Dalam keseharian secara alamiah dan sering tanpa disadari kita masuk dan keluar kondisi hipnosis. Ada yang masuk ke kondisi hipnosis yang tidak dalam, menengah, dan sangat dalam. Biasa kita masuk dan keluar kondisi hipnosis dalam waktu yang tidak lama.

Dalam kondisi ini secara alamiah kita bisa mengalami berbagai fenomena hipnosis seperti tidak mendengar suara tertentu (halusinasi negatif auditori), tidak melihat sesuatu yang ada (halusinasi negatif visual), tidak merasakan sakit di fisik (anestesi), dan berbagai fenomena lain.

Berbeda halnya dalam konteks hipnoterapi. Sebagai bagian dalam proses hipnoterapi, klien secara sengaja dan terstruktur dibimbing, dengan menggunakan teknik induksi, masuk ke kedalaman kondisi hipnosis yang spesifik sesuai dengan kebutuhan dan teknik yang digunakan. Ada klien yang dibimbing masuk ke kondisi light, medium, dan deep trance.

Setelah klien masuk ke kondisi hipnosis terapis mempertahankan klien dalam kondisi kedalaman ini dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan dan lama terapi. Biasanya, dari pengalaman klinis, umumnya klien akan berada dalam kondisi hipnosis selama dua hingga tiga jam sampai sesi terapi selesai. Namun, dalam kasus tertentu, ada sesi terapi yang berlangsung hingga lima jam. Dan selama sesi ini klien tetap berada dalam kondisi hipnosis.

Dari sini muncul pertanyaan menarik, “Berapa lama atau batas maksimal seorang klien boleh berada dalam kondisi hipnosis?”, “Apakah ada risiko tertentu bila klien dipertahankan dalam kondisi hipnosis yang dalam waktu yang (sangat) lama?”

Sebagai seorang hipnoterapis klinis, pengajar, dan juga peneliti di bidang mind technology, pertanyaan di atas cukup menggelitik pikiran dan membuat saya penasaran. Pertama, karena secara teori saya dapat memperkirakan apa yang akan terjadi atau dialami klien bila mereka dipertahankan dalam kondisi hipnosis dalam waktu yang (sangat) lama. Kedua, dari sisi praktik saya belum pernah mendapat kesempatan memperaktikkan extended hypnosis kepada klien. Akhirnya saya menemukan jawabannya di salah satu literatur yang saya baca.

Artikel ini saya tujukan hanya sebagai informasi edukatif dan tidak untuk dipraktikkan tanpa pengetahuan yang mendalam mengenai hipnosis, hipnoterapi, kecakapan terapeutik, sistem kerja tubuh, dan kesehatan secara umum. Teknik yang saya jelaskan berikut ini tidak praktis diterapkan dalam setting hipnoterapi biasa dan lebih sesuai bila dilakukan di rumah sakit.

Wetterstrand (1902), seorang dokter dan psikoterapis, menggunakan teknik extended hypnotic state,  secara ekstensif. Cara melakukannya adalah dengan menghipnosis pasiennya sedalam mungkin dan mempertahankan klien di kondisi ini selama beberapa hari. Wetterstrand melakukan ini dengan pemikiran kondisi hipnosis yang sangat dalam sama dengan kondisi tidur lelap yang mempunyai efek penyembuhan fisik.

Satu kasus menarik dilaporkan oleh Edwin Baron (1958). Ia menangani wanita berusia 26 tahun, ibu dari tiga orang anak, yang sangat cemas. Wanita ini kurus karena tidak punya nafsu makan, mengalami insomnia parah yang menyebabkan ia tidur kurang dari dua jam setiap malam hari. Ia juga menderita penyakit psikosomatis dalam bentuk ruam (bintil-bintil merah) di lengan kirinya.

Wanita ini menjelaskan penderitaannya dengan mengatakan, “Saya hidup dalam lingkaran setan yang tak berujung. Di malam hari, saya harus minum obat tidur agar bisa tidur. Dan besok pagi saya harus minum obat untuk membuat saya tetap terbangun dan bisa merawat anak-anak saya.”

Wanita ini setuju menjalani eksperimen menggunakan teknik extended hypnosis yang berlangsung selama lima hari setelah dokter yang merawatnya memberikan persetujuan dan dukungan demi kebaikannya.

Eksperimen ini selain dilakukan oleh hipnoterapis berpengalaman juga dibantu dan disupervisi oleh tiga dokter. Para dokter ini memeriksa kondisi klien dengan cermat setiap hari. Klien juga diawasi oleh perawat berpengalaman yang memimpin satu tim perawat yang khusus menjaga, mengawasi, dan menemani klien setiap saat selama lima hari.

Untuk mendeteksi perubahan fisiologis yang mungkin terjadi pada klien maka ia menjalani serangkaian tes seperti basal metabolism test, tekanan darah, denyut nadi, dan EKG sebelum, selama, dan setelah eksperimen. Sebelum dihipnosis klien menjalani Rorschach Ink Blok Test dan hasilnya menunjukkan ia dalam kondisi emosi yang cukup tidak stabil.

Klien selanjutnya dihipnosis dan ditempatkan di ruang khusus dan “tidur” selama 24 jam sehari. Saat bangun, meninggalkan ranjang, makan, mandi, dan ke kamar kecil ia tetap dalam kondisi hipnosis.

Mengingat kondisi klien yang kurus ia diberi diet kalori tinggi. Dalam kondisi sadar normal klien tidak punya nafsu makan namun dalam kondisi hipnosis klien makan semua yang disajikan untuknya.

Untuk membantu proses terapi dan pemulihan kondisi fisiknya klien diberi lima sugesti yang mendukung proses penyembuhannya.

Lima hari kemudian, saat klien keluar dari kondisi hipnosis dan kembali ke kesadaran normal, hal pertama yang ia tanyakan adalah, “Kapan kita mulai? Saya pikir saya ke sini agar bisa tidur.”

Dibutuhkan beberapa saat sampai klien benar-benar sadar sepenuhnya apa yang telah terjadi, dan hari itu adalah hari Sabtu bukan Senin. Klien akhirnya yakin setelah melihat ruam di lengan kirinya sudah hilang. Selama lima hari tubuh klien dapat istirahat dengan cukup dan berat badannya naik 1,88 kg.

Satu bulan kemudian, tetap sehat dan nyaman, klien menjelaskan di konferensi pers hal yang ia alami. Ia menyampaikan kepada wartawan bahwa banyak hal yang cukup mengganggu dirinya, sebelum ia menjalani terapi, kini tidak lagi menjadi masalah. Ia juga melaporkan dapat tidur dengan normal dan berat tubuhnya naik lagi sekitar 1 kg karena nafsu makannya sudah kembali normal. Juga ruam di lengannya sudah tidak muncul lagi.

Menurut Kuriyama (1968) ada empat metode extended hypnosis:

  1. extended hypnosis jangka pendek: klien dipertahankan dalam kondisi hipnosis selama dua hingga tiga jam.
  2. extended hypnosis sepanjang malam: klien dihipnosis di malam hari dan terus dipertahankan di kondisi ini, selanjutnya klien masuk ke kondisi tidur sampai besok pagi; ia baru keluar dari kondisi hipnosis saat cuci muka.
  3. extended hypnosis sepanjang hari: mempertahankan klien dalam kondisi hipnosis sepanjang hari, selama mungkin, melanjutkan extended hypnosisyang telah dilakukan sepanjang malam.
  4. extended hyposis jangka panjang: mempertahankan klien dalam kondisi hipnosis sepanjang hari dan bisa dilanjutkan dengan mempertahankan kondisi ini selama yang diinginkan klien; jika memungkinkan, lanjutkan selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.

 

Extended hypnosis dapat diterapkan di semua kasus yang dapat ditangani dengan hipnoterapi dan secara khusus sangat bermanfaat untuk penanganan kasus berikut:

  1. bronchial asthmaorgan neurosis, dan anxiety neurosis di mana klien mengalami gangguan setiap hari, khususnya saat malam hari.
  2. Angina pectoris , luka lambung kronis – di mana tidak diketahui faktor penyebab yang bersifat psikogenik, dan di mana ketenangan dan keseimbangan pikiran dan tubuh diyakini bisa memberikan hasil terapi yang baik.
  3. kasus kecemasan dan ketegangan (tension) kronis dan kasus di mana simton psikosomatik berlanjut.
  4. kasus di mana terapi dengan menggunakan obat-obatan dan hipnoterapi biasa tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.  


Dipublikasikan di https://adiwgunawan.id/index.php?p=news&action=shownews&pid=147 pada tanggal 1 Juni 2013