Pengetahuan Berdasar Opini/Spekulasi Dan Pengalaman Nyata

Ide-ide baru atau pengetahuan tidak tercipta secara tiba-tiba. Dalam banyak kejadian ide atau pengetahuan berasal dari proses deduksi dari kerangka teoritis yang sahih atau dihasilkan dari satu simpulan melalui pengamatan langsung atas fenomena yang diselidiki.

Ide atau pengetahuan juga bisa tercipta dari memelajari dan memahami secara saksama hukum yang berlaku, mengatur, dan memengaruhi kejadian atau kelompok kejadian tertentu. Teknik ini dinamakan historical method.

Untuk mudahnya, sumber pengetahuan dibagi menjadi dua kategori atau kelompok. Kategori pertama, pengetahuan yang berasal dari opini/pendapat dan spekulasi. Kategori kedua, pengetahuan yang berasal dari pengalaman nyata atau experiential knowledge.

Sesungguhnya, berbagai pengalaman nyata ini adalah fenomena yang digunakan untuk membangun teori. Teori ini selanjutnya diujicobakan lagi untuk membuktikan kebenaran dan konsistensi keberlakuannya secara universal. Teori ini diuji untuk menghindari spekulasi dan ketidakjelasan.

Dalam bidang hipnosis atau hipnoterapi, demikian pula dalam bidang keilmuan lainnya, sangat penting untuk bisa membedakan informasi atau pengetahuan yang kita pelajari, dengar, atau baca masuk kategori yang mana, apakah masuk kategori opini dan spekulasi atau kategori pengalaman nyata (empiris).

Bahwa satu teknik terapi sangat efektif saat digunakan pada satu atau dua klien tidak menjamin bahwa teknik ini juga bisa memberikan efek terapeutik serupa pada klien lainnya.

Ada  banyak teknik terapi yang sebenarnya masuk kategori opini/spekulasi namun diterima sebagai pengetahuan yang sahih. Ada banyak teknik yang sebenarnya tidak efektif namun diterima atau diyakini, tanpa bukti empiris, sebagai teknik yang sangat efektif mengatasi masalah. Ada juga teknik yang hanya dapat digunakan, dan memang telah terbukti efektif, menangani kasus-kasus ringan, namun sayangnya diterima atau diyakini, padahal secara konsisten tidak terbukti, dapat menyelesaikan masalah/ kasus berat.

Guru saya, Randal Churchill, menyebut teknik-teknik ini, teknik yang sebenarnya tidak efektif namun diyakini, diklaim, atau diterima sebagai teknik yang sangat efektif,  dengan nama teknik brush off

Di salah satu sesi pelatihan dengan Beliau, saat saya dalam proses pendidikan dan sertifikasi  certified clinical hypnotherapist (CCH) kami sempat diskusi mengenai teknik-teknik brush off.

Beliau dengan sangat tegas mewanti-wanti kami agar sangat berhati-hati agar tidak menggunakan teknik brsuh off pada klien.  

Klien datang untuk mendapat bantuan mengatasi masalahnya. Sudah tentu sebagai terapis profesional kita hanya menggunakan teknik yang benar-benar telah teruji secara klinis terbukti efektif dan efisien secara konsisten. 

Memelajari dan mendalami satu bidang keilmuan tentunya membutuhkan waktu dan upaya serius untuk terus memperbaharui dan meningkatkan pengetahuan dengan perkembangan terkini. Ada banyak cara untuk melakukan hal ini: mengulang kelas yang sama untuk memperdalam pemahaman akan topik tertentu, mengikuti pelatihan lanjutan dengan materi yang lebih dalam, konsultasi rutin dengan pengajar, membaca berbagai literatur dengan topik yang sesuai, menjadi anggota milis yang khusus membahas topik yang ingin kita pelajari, dan masih banyak cara lain. Semua ini bertujuan membangun database yang kuat dan lengkap untuk pengembangan pengetahuan di masa mendatang.

Untuk menjadi dan bisa terus bertumbuh seorang terapis, selain perlu rutin melakukan praktik, perlu banyak membaca. Ini adalah salah satu sarana paling efektif dan efisien dalam membangun database pengetahuan. Melalui bacaan terapis dapat memelajari teori, laporan, hasil praktik, pemikiran, dan pendapat dari berbagai pakar yang pendapatnya saling mendukung atau bahkan saling berseberangan.  

Pengetahuan yang telah dipelajari dan dipahami dengan sangat baik selanjutnya perlu dipraktikkan secara konsisten. Dari hasil praktik ini akan muncul pengetahuan yang lebih dalam yang memampukan kita melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi.  

Dalam konteks terapi kita sangat berkepentingan untuk memelajari, menguasai, dan terampil mempraktikkan teknik-teknik terapi yang telah terbukti efektif membantu klien mengatasi masalahnya. Teknik-teknik ini tentunya perlu didukung oleh teori yang kuat, telah diujicobakan secara klinis, dan secara konsisten memberikan hasil seperti yang diharapkan. Kata kuncinya adalah konsisten.

Bila sarana belajarnya adalah melalui pelatihan, sebagai calon peserta kita perlu meneliti dengan cermat latar belakang dan pengalaman narasumber. Kita perlu memastikan bahwa narasumber benar-benar cakap dan kompeten, baik di sisi teori maupun praktik, juga adalah seorang praktisi yang secara konsisten telah dan terus mempraktikkan yang ia ajarkan di kelas, dan bukan sekedar pewacana /teoris.

Bila kita ingin belajar memperbaiki mobil sudah tentu akan lebih baik belajar pada orang yang berpengalaman memperbaiki mobil selama bertahun-tahun daripada belajar pada mereka hanya membaca buku atau menghadiri pelatihan mengenai perbaikan mobil.  

Ada dua pertimbangan terhadap pernyataan di atas. Pertama, terapi dilakukan dengan tujuan untuk bisa membantu klien mengatasi masalahnya. Semakin efektif tekniknya, semakin baik hasilnya. Kedua, hasil terapi, selain faktor kien, juga sangat dipengaruhi oleh rasa percaya diri terapis.  Rasa percaya diri ini terbangun melalui proses berkelanjutan, setahap demi setahap, satu sukses demi satu sukses. Bila terapis gagal, karena tekniknya tidak efektif, maka ini sangat memengaruhi kepercayaan dirinya. Saya banyak bertemu terapis yang sebelumnya sangat antusias membantu sesama, usai pelatihan, namun akhirnya berhenti total karena tidak percaya diri akibat sering gagal dalam terapi.

Apakah suatu pengetahuan berasal dari opini/spekulasi atau pengalaman nyata akan tampak dari dampak yang dihasilkan saat pengetahuan ini dipraktikkan.  

Akhir kata, sebagai pembelajar sepanjang hayat kita perlu punya sikap terbuka terhadap semua pendapat, saran, dan masukan, namun tetap menjaga integritas dan kemandirian berpikir yang fleksibel dan adaptif sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman yang kita miliki. 



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.id/index.php?p=news&action=shownews&pid=155 pada tanggal 30 Juni 2013