Standar Layanan dan Protokol Hipnoterapi AWGI

Sepanjang tahun 2015 saya mendapat banyak email dari klien saya dan juga klien-klien hipnoterapis AWGI yang menyatakan terima kasih karena hidup mereka berubah secara sangat luar biasa berkat hipnoterapi. Untuk itu saya menyampaikan terima kasih yang sebesarnya atas semua kepercayaan yang diberikan kepada saya dan para rekan sejawat saya, para hipnoterapis AWGI.

Di samping banyak email berisi ucapan terima kasih, saya juga mendapat tujuh email berisi pertanyaan, keluhan, dan laporan mengenai proses dan hasil terapi yang dirasa kurang maksimal dan memuaskan. Untuk ini saya juga menyampaikan terima kasih yang sebesarnya. Tentu tak ada gading yang tak retak. Setiap informasi ini adalah kesempatan bagi kami untuk lakukan evaluasi diri dan terus melakukan peningkatan kemampuan dan layanan.

Saya membaca dengan cermat setiap email yang berisi pertanyaan, keluhan, dan laporan. Untuk email berisi pertanyaan, saya jawab sesuai pertanyaannya dengan jawaban yang relevan. Sedangkan untuk email berisi keluhan atau laporan, saya pelajari dan catat hal-hal penting yang disampaikan untuk saya telusuri dan selidiki lebih jauh.

Setiap laporan yang masuk ke AWGI terkait layanan dan proses hipnoterapi yang dilakukan alumninya, bisa baik atau kurang baik, adalah hal penting dan mendapat perhatian sangat serius.

Setelah melakukan investigasi mendalam, dengan bertanya lebih lanjut kepada para klien ini saya mendapatkan hal-hal menarik yang penting untuk saya sampaikan terkait keluhan layanan hipnoterapis AWGI.

Setiap peserta pelatihan SECH yang belajar di AWGI, setelah selesai pendidikan, mereka praktik secara mandiri. Untuk itu, apapun yang mereka lakukan sepenuhnya adalah tanggung jawab pribadi. Sama seperti dokter yang usai pendidikan di fakultas kedokteran selanjutnya menjalankan praktik mandiri.

Namun, AWGI sebagai salah satu lembaga yang memelopori pengembangan hipnoterapi klinis yang ilmiah di Indonesia tentu ingin memberikan yang terbaik kepada masyarakat Indonesia.

Selain menetapkan standar pelatihan yang tinggi, seratus jam tatap muka di kelas, AWGI juga menetapkan standar mutu layanan praktik hipnoterapi yang dijadikan acuan oleh para alumninya. AWGI memberikan konsultasi dan mentoring berkelanjutan bagi para hipnoterapis yang ingin terus berkembang. Layanan ini sifatnya tidak berbayar dan semata-mata untuk bisa terus meningkatkan pemahaman dan kemampuan terapi para alumninya sehingga mampu memberikan yang terbaik bagi masyarakat.

Jadi, apa yang menyebabkan proses dan hasil terapi yang dilakukan hipnoterapis kurang atau tidak efektif?

Masalah Klien di Luar Kemampuan Terapis untuk Membantu

Hipnoterapi benar adalah salah satu modalitas terapi yang sangat efektif. Namun, sama seperti modalitas terapi lainnya, hipnoterapi juga punya keterbatasan. Tidak semua kasus bisa ditangani atau diselesaikan dengan hipnoterapi. Kasus-kasus yang memang di luar kapasitas hipnoterapi untuk menyembuhkan, terapis yang bijak akan merekomendasi klien ke penyembuh profesional lain seperti dokter, psikiater, psikolog, atau lainnya, agar bisa mendapat penanganan yang tepat demi kebaikan klien.

Mengaku Lulusan AWGI

Ini yang paling sering terjadi. Ada hipnoterapis yang mengaku lulusan AWGI dan lakukan terapi pada klien. Setelah kami selidiki, nama yang bersangkutan tidak ada dalam daftar alumni kami. Ternyata terapis ini hanya membaca buku yang saya tulis, khususnya Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring dan mengikuti berbagai artikel saya di situs AdiWGunawan.com dan FB Adi W Gunawan. Ia sama sekali tidak pernah mengikuti pelatihan hipnoterapi di lembaga manapun.

Lulusan QLT Mengaku Hipnoterapis AWGI

Ini juga sering terjadi. Ada beberapa peserta pelatihan QLT (Quantum Life Transformation) yang setelah selesai pelatihan buka praktik hipnoterapi dan mengaku sebagai alumnus AWGI. Dan yang luar biasa, mereka hanya bermodalkan induksi, sugesti, dan teknik Hypno-EFT.

Ada juga hipnoterapis lulusan lembaga lain yang mengikuti pelatihan QLT kemudian mengaku juga sebagai hipnoterapis dari AWGI. Meskipun telah mengikuti pelatihan hipnoterapi di lembaga lain dan dengan mengikuti pelatihan QLT mereka merasa telah mendapatkan pengetahuan dan skill dari saya namun ini tidak bisa diakui sebagai hipnoterapis AWGI. Hipnoterapis AWGI adalah mereka yang telah menyelesaikan pelatihan SECH selama 100 jam.

Pelatihan QLT tentu berbeda dengan SECH (Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy). QLT berlangsung tiga malam empat hari dan bertujuan untuk mengajarkan teknik-teknik terapi diri sendiri (self-therapy) dan tidak untuk menerapi orang lain. Sedangkan SECH berlangsung selama sembilan hari dan ditujukan untuk mencetak hipnoterapis klinis yang cakap dan andal dalam membantu klien mengatasi masalah. Alumni SECH inilah yang mendapat gelar certified hypnotherapist atau CHT.

Hipnoterapis lulusan AWGI yang Jarang Praktik atau Tidak Update Ilmu

Ini juga beberapa kali saya jumpai. Klien terapi ke salah satu hipnoterapis lulusan AWGI. Ternyata hasil terapinya tidak seperti yang diharapkan. Klien mengaku kecewa karena punya harapan besar masalahnya bisa diatasi dengan bantuan hipnoterapis lulusan AWGI. Selain itu, klien juga sering membaca kisah sukses hipnoterapi yang saya muat di linimasa FB saya.

Setelah saya selidiki, ternyata hipnoterapis yang menangani klien ini adalah alumnus yang sejak selesai mengikuti pendidikan dan sertifikasi jarang praktik atau tidak pernah update.

Hipnoterapi adalah ilmu dan juga seni. Dalam proses sertifikasi, setiap peserta diwajibkan untuk praktik kepada minimal lima klien. Usai pelatihan, setiap alumnus sangat dianjurkan untuk langsung praktik mandiri dan profesional. Semakin banyak dan sering praktik, semakin berkembang kemampuan dan pengalamannya. Dan tentu ia menjadi semakin cakap dan andal. Demikian pula bila ia sering update. Sebaliknya, semakin jarang ia praktik, semakin lupa ia pada ilmu hipnoterapi yang ia pelajari. Saya melakukan mentoring pada setiap alumnus yang bertanya.

Untuk bisa melakukan hipnoterapi dengan efektif tentu dibutuhkan “ketajaman”. Ibarat pisau yang hanya bisa menjadi tajam bisa terus menerus diasah, “ketajaman” dalam praktik hipnoterapi hanya bisa didapat melalui praktik berkelanjutan, memelajari kembali materi pelatihan khususnya dasar teori, melakukan kaji ulang (review) atas terapi yang telah dilakukan, berdiskusi dengan para rekan sejawat yang aktif melakukan terapi, dan sering update mengikuti berbagai perkembangan ilmu hipnoterapi yang diajarkan di AWGI. 

Solusi untuk situasi, saya merujuk klien ke hipnoterapis AWGI yang aktif dan berpengalaman yang dekat dengan tempat tinggalnya. Dan setelah menjalani terapi dengan terapis yang kami rekomendasi, hasilnya sangat memuaskan.

Tambahan informasi, beberapa tahun lalu ada alumnus yang sangat cakap melakukan terapi. Namun karena satu dan lain hal, terutama karena kesibukannya yang cukup tinggi, alumnus ini akhirnya tidak lagi sempat lakukan terapi. Ini berlanjut hingga setahun lebih.

Saat ia memutuskan untuk melakukan terapi lagi, ternyata kemampuan terapinya sangat menurun, bila tidak ingin dikatakan sudah hilang. Untuk kasus yang mudah seperti fobia tikus, ia tidak mampu menuntaskan bahkan sampai tiga sesi terapi. Padahal dulu, untuk menuntaskan kasus ini, ia hanya butuh waktu sekitar enam menit saja.

Hipnoterapis AWGI yang Praktik Tidak Sesuai Protokol QHP

Setiap peserta yang belajar hipnoterapi di AWGI dilengkapi dengan Quantum Hypnotherapeutic Protocol (QHP). QHP adalah protokol terapi yang telah teruji secara klinis efektif dan telah dipraktikkan kepada lebih dari 100.000 (seratus ribu) klien dengan beragam masalah sejak tahun 2005 hingga sekarang.

Setiap peserta tentu punya agenda masing-masing. Ada yang belajar dan selanjutnya sepenuhnya menggunakan QHP. Dan ada juga yang setelah belajar, memutuskan untuk menggunakan protokolnya sendiri, bukan QHP. Ada juga yang mencampuradukkan sebagian protokol QHP dengan protokol lain.

Dengan kata lain, walau mereka adalah lulusan AWGI, protokol yang mereka gunakan tidak murni QHP. AWGI tentu tidak bisa mencegah alumni yang tidak menggunakan QHP. Ini sepenuhnya adalah hak masing-masing alumnus. Saya menghargai keputusan ini. Namun, klien yang datang ke hipnoterapis lulusan AWGI, biasanya setelah melakukan pencarian di internet, tentu berharap mendapatkan layanan dan hasil terapi sesuai dengan standar AWGI.

Bila ada lulusan AWGI yang tidak menjalankan protokol QHP secara utuh, saya tidak bisa menjamin proses dan hasil terapinya. Selain itu, saya juga tidak bisa menelusuri di bagian mana atau apa yang menyebabkan terapi yang ia lakukan tidak efektif.

Setiap kali hipnoterapis AWGI konsultasi dengan saya membahas kasus terapi yang mereka lakukan, bila misalnya hasilnya belum maksimal seperti yang diharapkan, saya dapat melakukan audit proses terapi dengan menelusuri setiap tahapan QHP. Berdasar temuan audit, saya bisa beri saran, masukan, atau koreksi untuk sesi berikutnya.

Bagaimana Anda bisa tahu pasti hipnoterapis lulusan AWGI yang praktik sesuai standar dan protokol AWGI?

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan (calon) klien bila diterapi oleh hipnoterapis lulusan AWGI:

- Setiap klien pasti diminta mengisi Intake Form. Informasi yang ditulis di Intake Form akan digunakan sebagai bahan awal untuk melakukan wawancara mendalam di ruang praktik.

- Hipnoterapis AWGI melakukan terapi di ruang praktik. Kami tidak pernah melakukan terapi di mal, di tempat ramai, atau di kamar hotel. Terapi sifatnya sangat personal dan butuh tempat yang tenang.

- Cara paling mudah untuk memastikan terapis Anda benar adalah lulusan AWGI adalah dengan bertanya langsung ke AWGI melalui telpon di (031) 5470437, 5461827, atau 5323945. 

- Bila Anda tidak sempat bertanya ke AWGI, dan Anda ingin memastikan terapis Anda benar adalah lulusan AWGI, maka saat Anda sudah berada di dalam ruang praktik, Anda bisa melihat apakah di dinding ruangan terpasang sertifikat yang dikeluarkan AWGI. Selain sertifikat, setiap alumnus pasti ada foto saat menerima sertifikat CHt. 

Untuk beberapa terapis yang praktik di lebih dari satu kota, biasanya di ruang praktiknya belum pasti ada sertifikat dan foto. Ini terjadi karena setiap alumnus hanya mendapat satu sertifikat dan satu foto. 

- Hipnoterapis AWGI pasti melakukan wawancara mendalam untuk mengetahui latar belakang masalah klien. Bergantung kebutuhan, wawancara bisa berlangsung hingga satu jam. 

- Setiap hipnoterapis lulusan AWGI, sebelum melakukan terapi, pasti akan menjelaskan hal-hal penting yang perlu diketahui klien. Penjelasannya menggunakan Qualifying Protocol Guide (QPG). QPG yang digunakan sekarang adalah versi 2.0. 

- Terapis AWGI yang praktik hipnoterapi tanpa menggunakan QPG sudah pasti menjalankan terapi tidak sesuai protokol terapi (QHP) yang menjadi acuan dan standar AWGI. 

- Untuk membimbing klien masuk ke kondisi hipnosis, kami menggunakan teknik induksi EAI. Kami sama sekali tidak menggunakan induksi berbasis energi seperti mesmerism, atau menggunakan alat bantu, seperti musik, peralatan elektronik yang menghasilkan vibrasi dengan frekuensi tertentu, untuk membawa klien masuk kondisi deep trance.

Induksi yang digunakan hipnoterapis AWGI adalah induksi verbal atau dengan ucapan yang telah disusun dengan cermat, teliti, hati-hati, mengikuti sifat dan cara kerja pikiran sadar dan bawah sadar. Dengan EAI kami dapat membimbing klien dengan sistematis, terstruktur, turun ke kedalaman relaksasi pikiran (trance) yang sangat presisi, profound somnambulism, untuk melakukan hipnoterapi. Kedalaman ini mutlak untuk dicapai oleh klien agar bisa berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar, menggali dan menemukan akar masalah klien, melakukan teknik hipnoanalisis di kedalaman, mengakses Ego Personality yang membuat masalah, dan berbagai kebutuhan terapeutik lain sesuai tujuan terapi. 

Sedalam apapun klien masuk kondisi hipnosis, mengikuti induksi EAI, klien tetap sadar. Tidak pernah sekalipun dalam praktik kami, menerapi lebih dari 100.000 klien, setelah diinduksi klien mengalami hilang kesadaran. 

Sedalam apapun kondisi relaksasi pikiran (trance) yang dicapai klien, klien tetap dapat berkomunikasi dengan terapis, sadar sepenuhnya apa yang terjadi di sekelilingnya. 

- Teknik terapi yang kami gunakan sangat variatif bergantung kasus, situasi, dan kondisi klien. Sugesti bukanlah teknik utama kami. Kami hanya gunakan teknik sugesti dalam kasus khusus, misal saat menangani anak kecil atau klien lanjut usia yang secara fisik tidak mampu menjalani proses terapi yang lama atau abreaktif. 

- Proses terapi biasa berlangsung antara satu sampai dua jam. Kadang bisa lebih bergantung kompleksitas kasus klien. Terapi, sesuai protokol QHP, tidak mungkin dilakukan hanya dalam waktu sepuluh atau lime belas menit. 

- Umumnya terapis AWGI sehari menerima satu hingga dua klien, maksimal tiga klien. Dengan demikian bila ada hipnoterapis AWGI yang mengaku mampu menerapi sampai sepuluh klien atau bahkan lebih banyak lagi dalam sehari, sudah pasti ia praktik tidak mengikuti protokol QHP. 

- Hipnoterapis lulusan AWGI tidak pernah menjanjikan kesembuhan. Kami melakukan upaya maksimal berdasar pengetahuan yang didapat melalui pelatihan, pengalaman menangani klien-klien sebelumnya, dan dari berbagai kesempatan belajar dan diskusi dengan rekan sejawat. 

- Hipnoterapis AWGI tidak menggunakan sistem paket atau borongan dalam menerapi klien. Klien diterapi sesuai kebutuhan dan perkembangan klien. Kami meminta komitmen terapi hingga empat sesi. Dan bila dalam satu atau dua sesi terapi masalah klien sudah berhasil diatasi maka terapi tidak perlu dilanjutkan.



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.id/index.php?p=news&action=shownews&pid=277 pada tanggal 10 Januari 2016