Sejawat hipnoterapis AWGI, dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ., membagikan, di grup Hipnoterapis AWGI, artikel jurnal berjudul: Memory Reconsolidation and the Crisis of Mechanism in Pyschotherapy (Rekonsolidasi Memori dan Krisis Mekanisme dalam Psikoterapi) oleh Bruce Ecker dan Alexander Vaz.
Artikel setebal 11 halaman ini membahas rekonsolidasi memori, sangat sejalan, dan memvalidasi proses dan hasil terapi yang telah dilakukan oleh para hipnoterapis AWGI selama ini.
Selama ini, kami berhasil membantu klien mengatasi masalah emosi dan/atau perilaku dalam waktu relatif singkat—rata-rata hanya dalam satu atau dua sesi. Dari sudut pandang ilmu pikiran, kami memahami dengan jelas mengapa terapi yang kami lakukan dapat menghasilkan dampak terapeutik yang signifikan seperti ini.
Hipnoterapi yang dipraktikkan oleh para hipnoterapis AWGI berfokus pada perubahan transformasional (transformational change), bukan sekadar perubahan bertahap (incremental change).
Protokol hipnoterapi AWGI, khususnya pendekatan Dual Layer Therapy, selaras dengan konsep Empirical Confirmation Process of Annulment (ECPA) yang dijelaskan dalam artikel ini, disusun berdasar teori, pemikiran para pakar, teknik dan strategi yang telah teruji dan terbukti efektif, dan diperkuat dengan temuan penting di ruang praktik kami.
Berikut ini ringkasan dari artikel Memory Reconsolidation and the Crisis of Mechanism in Pyschotherapy:
Artikel ini membahas tantangan dalam memahami mekanisme internal perubahan terapeutik yang bertahan lama dalam psikoterapi. Meskipun penelitian selama beberapa dekade menunjukkan efektivitas psikoterapi, belum ada mekanisme internal yang secara empiris diidentifikasi sebagai penyebab utama perubahan tersebut.
1. Tantangan dalam Mengidentifikasi Mekanisme Perubahan
Banyak pendekatan dalam psikoterapi menghasilkan hasil yang positif, tetapi hubungan kausal antara teknik yang digunakan dan perubahan yang terjadi masih belum dapat dipastikan secara ilmiah. Penelitian sebelumnya lebih bersifat korelasional, bukan kausal, sehingga belum mampu menjelaskan secara pasti bagaimana terapi bekerja.
2. Peran Memory Reconsolidation (MR) dalam Psikoterapi
Memory Reconsolidation (MR) adalah mekanisme neurobiologis yang memungkinkan revisi mendalam terhadap memori emosional yang tersimpan di otak subkortikal.
MR mampu "menghapus" atau meniadakan pembelajaran emosional yang tidak diinginkan, sehingga memberikan kemungkinan perubahan yang lebih permanen dibandingkan dengan pendekatan psikoterapi lainnya.
MR membutuhkan pengalaman tertentu agar proses ini dapat terjadi, terutama pengalaman yang menantang atau bertentangan dengan keyakinan atau memori emosional sebelumnya.
3. Perbedaan antara Perubahan Bertahap dan Transformasional
Perubahan Bertahap (Incremental Change): Perubahan psikoterapi yang terjadi secara perlahan dan memerlukan usaha berulang, sering kali rentan terhadap kambuh (relapse).
Perubahan Transformasional: Perubahan yang mendadak dan permanen di mana gejala atau pola perilaku negatif benar-benar lenyap tanpa perlu upaya berkelanjutan.
4. Empirical Confirmation Process of Annulment (ECPA)
ECPA adalah proses berbasis MR yang dapat menghapus pembelajaran emosional dengan mengaktifkan pengalaman yang bertentangan dengan keyakinan lama seseorang.
Proses ini terdiri dari tiga tahapan:
1. Mengaktifkan kembali pembelajaran emosional lama.
2. Menghadapkan individu pada pengalaman yang bertentangan (prediction error).
3. Mengulang pengalaman ini untuk menulis ulang atau menghapus pembelajaran lama.
Studi laboratorium telah menunjukkan bahwa pengalaman ini bisa menghilangkan respons emosional negatif secara permanen.
5. Dampak terhadap Psikoterapi
Jika mekanisme MR melalui ECPA dikonfirmasi secara empiris dalam sesi terapi, ini akan menjadi terobosan dalam memahami bagaimana psikoterapi menghasilkan perubahan yang langgeng.
MR dapat menyatukan berbagai pendekatan terapi yang saat ini terfragmentasi dengan memberikan mekanisme umum bagi perubahan terapeutik.
Kesimpulan
Penelitian tentang Memory Reconsolidation berpotensi menjelaskan mekanisme perubahan dalam psikoterapi yang selama ini belum ditemukan.
Dengan membuktikan bahwa MR adalah penyebab utama perubahan terapeutik, efektivitas psikoterapi dapat ditingkatkan, dan pendekatan yang berbeda dapat disatukan dalam kerangka kerja yang lebih jelas.
Jika studi klinis dapat mengonfirmasi bahwa ECPA terjadi sebelum perubahan transformasional, maka hal ini akan menjadi landasan baru dalam ilmu psikoterapi.