Dominasi Pikiran Bawah Sadar: Fakta Ilmiah di Balik Klaim 95% vs 5%

Klaim bahwa pikiran sadar hanya mengendalikan antara 1–5% dari diri kita, sedangkan 95–99% dikendalikan oleh pikiran bawah sadar, sering muncul dalam konteks psikologi populer dan hipnoterapi. Ide ini sejalan dengan model “gunung es” Freud, di mana bagian pikiran yang disadari hanyalah puncak kecil, dan sebagian besar proses mental berlangsung di bawah permukaan kesadaran. Tulisan ini berusaha menelaah kebenaran klaim ini dengan merujuk pada temuan penelitian lintas disiplin – mulai dari hipnosis/hipnoterapi hingga psikologi kognitif dan neurosains – baik yang mendukung maupun mengkritisinya.

Perspektif Hipnosis dan Hipnoterapi

Dalam dunia hipnoterapi, umum dikatakan bahwa sebagian besar perilaku dan respons kita dikendalikan oleh pikiran bawah sadar. Misalnya, pakar hipnoterapi sering mengutip estimasi bahwa pikiran sadar hanya berperan sekitar 5–10%, sedangkan 90–95% sisanya dijalankan secara bawah sadar.

Penelitian klasik oleh Ernest Hilgard mendukung adanya “bagian tersembunyi” dari pikiran saat individu berada dalam kondisi hipnosis. Hilgard menemukan bahwa subjek yang dihipnosis (misalnya diberi sugesti analgesia untuk tidak merasakan sakit) masih memiliki “pengamat tersembunyi” yang secara tidak sadar merasakan dan dapat melaporkan rasa sakit itu, meskipun secara sadar subjek mengaku tidak sakit.

Ini menunjukkan adanya pemisahan dalam kesadaran: bagian pikiran bawah sadar dapat memproses pengalaman tanpa diketahui pikiran sadar. Selain itu, eksperimen modern menunjukkan betapa kuatnya pengaruh bawah sadar saat hipnosis. Amir Raz dkk. (2005) mendemonstrasikan bahwa sugesti hipnotik dapat menghilangkan efek Stroop – yaitu mengubah respons otomatis membaca kata berwarna – sehingga peserta tidak lagi terjebak konflik membaca warna vs kata.

Dengan kata lain, perintah pada pikiran bawah sadar mampu “mematikan” proses otomatis yang biasanya tak terkendalikan secara sadar. Temuan seperti ini mendukung gagasan bahwa pikiran bawah sadar memiliki kendali besar atas perilaku dan respons tubuh, melebihi kendali pikiran sadar sehari-hari.

Bukti dari Psikologi Kognitif

Penelitian kognitif juga menyimpulkan bahwa sebagian besar pemrosesan informasi terjadi di luar kesadaran. Banyak keterampilan yang awalnya membutuhkan fokus sadar (misalnya mengemudi, mengetik) akan menjadi otomatis melalui latihan, dan dijalankan tanpa pikir sadar (Kihlstrom, 1987).

Bahkan, studi psikologi menunjukkan betapa terbatasnya kapasitas pikiran sadar dibanding total informasi yang ditangani otak. Sebuah perhitungan oleh psikolog Timothy Wilson mengestimasikan bahwa otak menerima 11 juta bit informasi per detik dari pancaindra, namun pikiran sadar hanya mampu memproses sekitar 40 bit per detik​.

Ini berarti mayoritas mutlak (99% lebih) pemrosesan terjadi tanpa kesadaran – selaras dengan klaim bahwa porsi pikiran sadar sangat kecil. Selain itu, riset di psikologi sosial/kognitif (misalnya oleh John Bargh) menegaskan bahwa banyak keputusan dan tindakan kita dipandu oleh proses otomatis tanpa niat sadar. Bargh dan Morsella (2008) menyimpulkan bahwa pikiran bawah sadar tidak kalah fleksibel atau kompleks dari pikiran sadar dalam mengendalikan perilaku.

Sebagai contoh, priming atau bias implisit dapat memengaruhi penilaian dan pilihan seseorang tanpa disadari. Demikian pula, Dijksterhuis dan koleganya menemukan dalam beberapa kasus, pikiran bawah sadar bisa membuat keputusan kompleks lebih baik daripada pikiran sadar, misalnya ketika banyak variabel yang harus dipertimbangkan​.

Secara keseluruhan, psikologi kognitif modern mengakui peran dominan cognitive unconscious – proses kognitif bawah sadar – dalam kehidupan mental kita sehari-hari.

Temuan dari Neurosains

Neurosains eksperimental memberikan bukti kuat bahwa tindakan kita sering dimulai secara tidak sadar sebelum kita sadar akan niat tersebut. Eksperimen terkenal oleh Libet dkk (1983) menunjukkan bahwa sinyal otak untuk gerakan, muncul ratusan milisekon sebelum subjek melaporkan keputusan sadar untuk bergerak.

Libet dkk mencatat potensi kesiapan (readiness potential) di otak mendahului kesadaran niat sekitar 350 ms secara rata-rata​. Disimpulkan bahwa inisiasi gerakan volunter dapat dimulai secara tidak sadar, memberi batasan pada peran kemauan sadar dalam mengendalikan tindakan.

Temuan ini diperkuat oleh studi fMRI yang lebih mutakhir. Soon dkk (2008) meminta partisipan memilih menekan tombol dengan tangan kiri/kanan secara bebas; hasil pemindaian menunjukkan pola aktivitas di korteks frontoparietal yang mengungkap pilihan peserta hingga 7–10 detik sebelum mereka menyadari keputusan tersebut​.

Dengan kata lain, peneliti bisa memprediksi keputusan jauh sebelum subjek merasa telah memutuskannya. Ini menunjukkan jaringan otak bawah sadar menyiapkan dan pada praktiknya “mengambil keputusan” terlebih dahulu, baru kemudian pikiran sadar mengetahuinya. Contoh lain adalah fenomena klinis seperti blindsight, di mana pasien buta secara sadar masih dapat tanpa sadar merespons rangsang visual. Kasus-kasus ini semuanya mendukung ide bahwa sebagian besar aktivitas otak yang menentukan persepsi maupun perilaku terjadi di luar ranah sadar.

Kritik dan Nuansa

Meskipun banyak ahli setuju bahwa pikiran bawah sadar memegang peran sangat besar, angka spesifik seperti “95% vs 5%” bukanlah ukuran yang pasti dan universal. Beberapa pakar menyebut angka itu lebih bersifat kiasan untuk menekankan dominasi proses tak sadar, daripada hasil pengukuran presisi​.

Dr. Emmanuel Donchin (Univ. of Illinois) misalnya, berkomentar bahwa porsi aktivitas kognitif yang tidak disadari itu “sangat besar, secara kiasan mungkin 99 persen; dan kita mungkin tidak akan pernah tahu secara tepat berapa banyak yang berada di luar kesadaran”.

Jadi, Donchin mengakui dominasi pikiran tidak sadar namun juga menekankan ketidakpastian angka pastinya. Para ilmuwan umumnya sepakat bahwa sebagian besar proses neurologis memang berjalan otomatis. Contoh konkritnya: pengaturan napas, detak jantung, emosi spontan, pemahaman bahasa secara intuitif, dll, terjadi tanpa kontrol pikiran sadar​.

Selain itu, penting diingat bahwa kendali bawah sadar yang dominan tidak berarti pikiran sadar tidak penting. Pikiran sadar – meski kecil kapasitasnya – berperan unik dalam penalaran abstrak, perencanaan jangka panjang, belajar hal baru, dan terutama dalam memodifikasi kebiasaan atau respons otomatis kita. Contohnya, terapi kognitif menunjukkan bahwa dengan upaya sadar berulang (misalnya mengganti self-talk negatif), seseorang dapat secara perlahan mengubah keyakinan bawah sadarnya. Jadi, pikiran sadar bisa dianggap “pengarah” yang lambat tapi mampu mengubah jalannya “kapal besar” bawah sadar.

Kesimpulan

Berbagai penelitian lintas bidang cenderung mendukung premis dasar bahwa bagian terbesar dari aktivitas mental dan kontrol perilaku kita bersifat tidak disadari. Bukti eksperimental dari hipnosis (mis. fenomena “hidden observer” Hilgard dan penghilangan efek Stroop oleh sugesti) hingga psikologi kognitif (pemrosesan otomatis, bias implisit, kapasitas perhatian sangat terbatas) dan neurosains (keputusan yang dicetuskan otak sebelum sadar, dll.) konsisten menunjukkan dominannya peran pikiran bawah sadar.

Namun, klaim numerik seperti “hanya 5-10% dikendalikan pikiran sadar” perlu dipandang sebagai perkiraan kasar yang menggambarkan skala perbandingan, bukan nilai eksak yang mudah diukur​.

Para ahli sepakat bahwa sebagian besar dari diri kita memang dijalankan oleh proses di luar kesadaran, tapi menekankan bahwa pikiran sadar tetap memiliki fungsi penting dan dapat memengaruhi pikiran bawah sadar melalui introspeksi, pembelajaran, dan intervensi psikologis.

Dengan kata lain, “autopilot” bawah sadar kita mungkin mendominasi sehari-hari, tetapi kemudi masih dapat dipegang dan diarahkan oleh kesadaran ketika diperlukan – meskipun upaya sadar itu sering harus berulang dan intens untuk mengubah arah kebiasaan bawah sadar yang sudah tertanam. Semua temuan ini memperkaya pemahaman kita tentang hubungan kompleks antara pikiran sadar dan bawah sadar, serta mengingatkan kita untuk tidak menyepelekan peran masing-masing.

 

 



Dipublikasikan di https://adiwgunawan.id/index.php?p=news&action=shownews&pid=432 pada tanggal 28 Februari 2025