The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Beyond Hypnotherapy, Transcendental Therapy

21 Juli 2010

Hipnoterapi, walaupun sangat efektif dalam membantu menangani dan mengatasi banyak masalah yang berhubungan dengan emosi, dalam pandangan saya pribadi, akan menjadi satu tool terapi yang sangat powerful bila ditambahkan satu unsur lagi di dalamnya.

Umumnya orang hanya mengenal hipnoterapi sebagai salah satu teknik terapi. Saya juga seperti ini di saat awal mendalami hipnoterapi. Seiring waktu berjalan, dengan semakin banyaknya klien yang saya bantu dan tangani, saya melihat satu pola konsisten pada perubahan diri klien. Ada klien yang masuk ke ruang terapi dengan beban yang begitu berat, muka murung, menjalani terapi, dan saat mereka keluar dari ruang terapi mereka bukanlah pribadi yang sama. Benar, mereka telah berubah. Mereka telah berhasil mengatasi masalahnya. Ada juga klien yang menjalani proses terapi yang serupa namun level perubahannya jauh lebih sangat dalam.

Semula saya kurang memperhatikan hal ini. Namun semakin lama saya semakin penasaran dan saya mulai melakukan analisa terhadap berbagai kasus yang pernah saya tangani, yang mirip, namun ternyata hasil terapinya berbeda secara signifikan.

Dari mempelajari ulang record terapi berbagai klien saya akhirnya sampai pada satu kesimpulan penting. Kesimpulannya adalah hipnoterapi jika hanya diaplikasikan sebagai suatu teknik terapi untuk membantu klien mengatasi masalahnya maka hasilnya walaupun memuaskan tidak akan bisa mencapai level perubahan yang benar-benar mendasar.

Yang saya maksudkan dengan perubahan yang mendasar adalah tidak hanya masalah emosi klien terselesaikan namun klien juga mengalami transformasi belief, value, dan pergeseran paradigma yang mengubah hidupnya secara signifikan dan permanen.  

Hipnoterapi yang mampu memberikan hasil seperti ini tidak hanya bersifat terapeutik namun juga transendental saya sebut dengan Transcendental Therapy.

Apa maksudnya?

Biar jelas saya beri contoh ya. Ceritanya begini. Seorang klien wanita, sebut saja, Ibu Rini, 40 tahun, datang ke saya untuk minta diterapi. Masalahnya adalah ia mengalami kepahitan yang luar biasa akibat perlakuan orangtuanya saat ia masih kecil. Saat masih dalam kandungan saja ibunya pernah mencoba menggugurkannya. Selanjutnya ia dilahirkan, menggunakan istilah Bu Rini, ala kadarnya dan dibesarkan dengan penuh kekerasan dan tanpa cinta kasih orangtua. Ia bahkan pernah dihajar ayahnya, yang stress berat, saat Rini berusia 6 tahun, hingga pingsan selama 2 hari. Ibunya juga pernah menghajar Rini saat ia SMP kelas 2 karena dianggap “nakal” dan ini dilakukan di depan teman-temannya di sekolah. Bisa dibayangkan bagaimana luka batin yang dialami Rini.

Kasus seperti ini sebenarnya bukan kasus yang berat. Jangan salah mengerti. Kasus ini tentunya sangat berat bagi klien namun tidak bagi terapis karena secara standar dan prosedur terapi kita sudah tahu apa yang harus dilakukan dan sudah sering menangani berbagai kasus yang kurang lebih sama. Bahkan ada yang lebih berat lagi dari ini.

Jika hipnoterapi digunakan untuk mengobati luka batinnya maka Ibu Rini bisa dengan cepat sembuh dan tidak lagi akan terpengaruh oleh kejadian di masa lampaunya. Namun sungguh sayang bila terapi hanya berhenti sampai di sini saja.

Untuk kasus yang berat seperti ini saya biasanya melakukan sesuatu yang lebih, tidak sekedar hipnoterapi. Saya melakukan reedukasi pikiran bawah sadar, tentunya ini dilakukan dalam kondisi profound somnambulism, agar klien bisa memetik hikmah, pesan, pembelajaran, dan kebijaksanaan yang terkandung kejadian yang dialami klien. Sudah tentu dalam melakukan hal ini saya tetap berpegang teguh pada prinsip client centered dan hanya akan menggunakan belief system dan value klien sebagai dasar pembelajarannya.

Reedukasi untuk bisa membawa klien mencapai tahap pembelajaran ini harus dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan teknik yang sesuai. Ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar klien, secara pikiran bawah sadar, bersedia dan bisa mengalami pembelajaran ulang ini. Bila hal ini tidak dipenuhi maka hasilnya bisa sangat kontraproduktif.

Bila proses pembelajaran ini berhasil dilakukan dengan baik maka klien tidak hanya berhasil sembuh dari masalahnya, klien juga akan belajar banyak hal mengenai hidup, kehidupan, keterbatasan orangtua, kekuatan dan kelemahan orangtua, ketergantungan anak terhadap orangtuanya, bagaimana seharusnya orangtua mencintai anaknya, pentingnya memaafkan, membangun keluarga yang baik, sikap dan perilaku anak terhadap orangtua dan orangtua terhadap anak, bersyukur telah mengalami kejadian yang begitu pahit, berterima kasih kepada Tuhan untuk semua yang telah ia alami, dan malah semakin cinta kepada kedua orangtuanya, dan masih banyak lagi.

Pemahaman dan kebijaksanaan yang diperoleh melalui pembelajaran ulang secara pikiran bawah sadar inilah yang akhirnya mampu klien mengalami peningkatan dan ekspansi kesadaran dengan sangat cepat. Dengan level kesadaran baru klien akan menjalani hidupnya dengan cara yang berbeda.

Beberapa waktu lalu saya sempat bertemu dengan Ibu Rini dan sungguh luar biasa perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Dari caranya berbicara, bahasa tubuh, tatapan mata, dan juga rona wajahnya saya bisa menangkap keyakinan dirinya yang sangat tinggi, perasaan bahwa ia adalah makhluk Tuhan yang sangat berharga dan berhak serta layak untuk mencapai sukses di bidang apa saja. Ia menggunakan pemahaman yang diperoleh melalui proses terapi sebagai landasan untuk melakukan karya nyata kehidupannya yang akan mampu mengubah hidup sangat banyak orang.

Ini juga salah satu alasan mengapa, untuk kasus yang berat, saya tidak menggunakan teknik yang hanya bertujuan mengeliminir emosi yang melekat pada suatu memori. Walaupun klien bisa disembuhkan dengan teknik ini namun klien tidak akan mendapat hikmah dari kejadian yang dulu ia alami.

_PRINT