The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Dalam Hipnoterapi Perlukah Menemukan ISE?

23 April 2013

Judul artikel ini berasal dari pertanyaan yang diajukan seorang rekan hipnoterapis melalui inbox. Ia bertanya, “Pak Adi, saya mohon penjelasan. Dalam beberapa artikel Pak Adi menjelaskan pentingnya menemukan ISE untuk menuntaskan suatu masalah. Dan saya juga pernah membaca artikel Bapak yang menjelaskan penanganan kasus tertentu dan Bapak tidak mencari ISE namun masalah klien juga berhasil diselesaikan tuntas. Ini yang benar yang mana?”

Saya perlu menjelaskan terlebih dahulu mengenai ISE agar pembaca yang awam dengan hipnoterapi dapat memahami penjelasan selanjutnya.

Suatu masalah tidak muncul dengan tiba-tiba. Tidak mungkin ada asap tanpa adanya api. Masalah atau simtom muncul setelah seseorang mengalami serangkaian kejadian atau peristiwa dengan tema atau muatan emosi yang sama atau serupa. Saya menamakan proses ini sebagai Efek Bola Saju.

Saat pertama kali bola salju kecil mulai menggelinding dari atas bukit maka ini belum menjadi masalah. Dalam proses ia berguling ke bawah, menuju ke lembah, bola salju ini akan mulai membesar, menggulung dan membawa serta berbagai materi yang kebetulan berada dalam lintasannya. Semakin lama bola salju ini menjadi semakin besar dan semakin besar dan membangun momentum yang juga semakin besar. Bila kita ingat pelajaran Fisika, Momentum = Massa X Kecepatan.

Semakin lama, massa bola salju ini semakin besar, ditambah dengan kecepatan yang semakin tinggi, maka momentumnya juga akan semakin bertambah. Saat mencapai momentum tertentu bola salju ini akan menjadi masalah serius.

Inilah yang terjadi di pikiran bawah sadar seseorang. Bola salju pertama, yang masih kecil, yang menjadi bibit bola salju raksasa, tidaklah berbahaya atau membuat masalah. Dalam terminologi hipnoterapi, bola salju pertama ini disebut dengan ISE atau Initial Sensitizing Event.

Materi-materi lanjutan yang dibawa oleh bola salju ini, saat menggelinding ke bawah bukit, disebut dengan SSE atau Subsequent Sensitizing Event.

Dari pengalaman saya selama ini sangat jarang terjadi ISE langsung menimbulkan masalah. Biasanya yang terjadi adalah ISE akan diikuti dengan beberapa SSE barulah kemudian muncul masalah.

Ada masalah yang muncul setelah ISE dan 1 SSE. Ada lagi yang ISE, SSE1, dan SSE2. Ada lagi ISE, SSE1, SSE2, dan SSE3. Bisa juga SSE-nya lebih banyak lagi.

Klien biasanya tidak ingat kejadian yang menjadi ISE masalahnya. Ia tidak ingat bisa karena memang lupa, karena kejadiannya sudah sangat lama. Bisa juga klien lupa karena pikiran bawah sadarnya, dengan alasan tertentu, menyembunyikan ISE sehingga tidak bisa diakses oleh pikiran sadar.

Berikut saya beri contoh proses terjadinya fobia kecoa yang dialami seorang klien saya. Klien ini, sebut saya Bu Rini, merasa sangat takut dan jijik dengan kecoa. Ia tidak tahu mengapa ia begitu takut dengan kecoa.

Dengan menggunakan teknik tertentu saya berhasil menemukan rangkaian kejadian yang membuat Bu Rini takut dan jijik pada kecoa. Ternyata, ISE-nya terjadi saat ia berusia dua tahun. Saat itu ia melihat ibunya menjerit ketakutan saat seekor kecoa keluar dari lubang avur di kamar mandi. Kejadian awal ini tidak serta merta membuat Rini kecil langsung takut pada kecoa.

Kejadian lanjutan, saat ia berusia lima tahun, ia melihat tantenya panik saat melihat kecoa. Saat usia delapan tahun, kembali ia melihat ibunya melompat ke atas kursi saat tahu seekor kecoa melintas di dekat kakinya. Apakah setelah melihat rangkaian kejadian ini Rini jadi takut kecoa? Belum.

Pada saat usia dua belas tahun, saat ia membuka lemari, seekor kecoa terbang dan hingga di wajahnya. Tentu saja Rini kaget sekali. Hal ini diperparah dengan ibunya yang ikut-ikutan panik dan berteriak. Mulai saat ini Rini menjadi takut dan jijik terhadap kecoa.

Masalah-masalah yang biasa klien alami terjadi dan muncul mengikuti alur di atas. Misalnya merasa diri bodoh, takut ditolak, tidak berani bicara di depan umum, takut sendiri / kesepian, tidak bisa merasakan emosi tertentu, dan sebagainya.

Nah, kembali ke pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, “Dalam hipnoterapi perlukah menemukan ISE?” Jawabannya, “May…. may be yes, may be no” atau “Bisa ya… bisa tidak.” Semua bergantung pada intensitas emosi pada ISE, yang mendasari munculnya suatu masalah, intensitas emosi yang dirasakan klien saat bertemu terapis, otoritas hipnoterapis, dan teknik terapi yang digunakan.

Berikut saya berikan beberapa contoh. Ada teknik terapi yang tidak perlu menemukan ISE karena memang tekniknya tidak didesain untuk tujuan ini. Misalnya teknik terapi berbasis sugesti, baik yang bersifat langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect). Keefektifan teknik berbasis sugesti bergantung pada beberapa hal, antara lain, motivasi klien, tingkat kedalaman relaksasi pikiran, semantik (pilihan kata dan pemahaman klien), otoritas terapis yang memberi sugesti, dan kekuatan program yang telah lebih dulu ada di pikiran bawah sadar yang mampu menolak atau menghambat sugesti yang baru dimasukkan.

Selain teknik berbasis sugesti, teknik-teknik terapi berbasis NLP juga tidak perlu mencari dan menemukan akar masalah atau ISE. Teknik Hypno-EFT juga tidak perlu mencari ISE.

Saya yakin Anda pasti tahu teknik Hypno-EFT. Teknik ini sangat ampuh mengatasi berbagai masalah yang berhubungan dengan emosi. Namun, ada satu kelemahan teknik ini yaitu kita harus benar-benar tahu emosi yang mendasari munculnya masalah.

Beberapa tahun lalu saya pernah memberi seminar di satu sekolah di Klaten. Salah seorang guru, sebut saja Bu Yuni, ternyata sangat takut dengan ular. Bahkan dengan ular mainan atau melihat gambar ular saja Bu Yuni bisa panik. Dan ini sering digunakan oleh murid-muridnya dan juga koleganya untuk menggoda Bu Yuni.

Saya menawarkan Bu Yuni untuk saya Hypno-EFT. Bu Yuni setuju. Intensitas emosi yang dirasakan Bu Yuni ada di skala 10. Saat mengurut sore-spot, intensitas ini turun menjadi 8. Setelah satu putaran, intensitas naik kembali menjadi 10.

Saya ulangi lagi prosesnya sampai tiga kali. Selalu intensitas yang tadinya turun ke 8 kembali naik ke 10. Dari pengalaman saya tahu bahwa pasti ada emosi lain yang mendasari munculnya ketakutan pada ular.

Saya melakukan regresi untuk menemukan ISE. Ternyata yang terjadi adalah ia, saat masih kecil, pernah dibuat kaget oleh kakak sepupunya yang melemparinya dengan mainan ular. Saat saya tanya apa yang ia rasakan, Yuni kecil menjawab bahwa ia merasa marah dan jengkel pada kakak sepupunya.

Setelah tahu emosi ini saya langsung meminta Bu Yuni buka mata dan meneruskan Hypno-EFT dengan tujuan menetralisir perasaan marah dan jengkelnya. Dalam sekejap perasaan ini hilang. Dan setelah perasaan ini hilang saya langsung meminta Bu Yuni melihat ular mainan. Apa yang terjadi? Semua ketakutannya hilang tak berbekas. Ia sembuh. Padahal sama sekali tidak menerapi ketakutannya terhadap ular.

Jadi, perasaan takut pada ular yang ia rasakan saat dewasa sebenarnya adalah kamuflase dari emosi lain. Bila emosi pada ISE tidak berhasil ditemukan maka Hypno-EFT tidak akan efektif. Untuk mengatasinya hal ini saya telah menyempurnakan kalimat Set Up yang digunakan dalam Hypno-EFT.  

Ada klien lain yang saya bantu dengan teknik Ego State Therapy, yang merupakan bagian dari teknik EPT (Ego Personality Therapy). Klien ini sangat takut ditolak. Ketakutan ini membuat hidupnya susah. Saya berusaha melakukan negosiasi dengan Ego State atau Bagian Diri yang membuat ia takut ditolak. Setelah berhasil dinego Bagian Diri ini bersedia menghentikan “gangguannya” dan berganti peran mendukung hidup klien.

Namun saat saya melakukan uji hasil terapi, ternyata klien tetap merasa takut penolakan. Lho, kan tadi sudah selesai negosiasi. Apa yang salah ya? Ternyata ada “sesuatu” yang membuat Bagian Diri ini kembali ke peran sebelumnya. Setelah beberapa kali mencoba teknik Ego State Therapy dan tidak berhasil akhirnya saya memutuskan melakukan regresi untuk menemukan ISE. Barulah setelah saya memproses ISE dan SSE-nya masalah klien berhasil tuntas diselesaikan.

Apakah semua kasus yang ditangani dengan EPT harus diselesaikan dengan regresi? Tidak. Bila negosiasinya berhasil dan hasilnya bagus maka tidak perlu regresi. Namun Ego State Therapy juga memiliki keterbatasan. Terapis tidak boleh hanya mengandalkan satu teknik saja tapi perlu menguasai  banyak teknik yang bisa digunakan sesuai situasi dan kondisi.

Teknik lain yang sering digunakan dalam melakukan terapi adalah teknik desensitisasi. Salah satu varian dari teknik ini adalah desensitization by object projection (DOP). Cara melakukan DOP adalah dengan meminta klien membayangkan masalahnya sebagai suatu objek konkrit. Objek ini selanjutnya diproses, bisa dikeluarkan dari tubuh klien, dibuat mengecil, menguap, berubah warna atau bentuk, dan menghilang. Teknik ini, secara statistik, hanya efektif dilakukan pada 10% klien yang sangat sugestif. Syarat lain agar teknik ini bisa bekerja maksimal yaitu otoritas terapis harus sangat tinggi di mata klien.

Bagaimana bila sudah menggunakan DOP masalah klien tidak bisa teratasi? Bila ini yang terjadi maka perlu dicari akar masalahnya (ISE).

Selain masalah di atas, teknik yang digunakan ternyata tidak berhasil mengatasi masalah klien sehingga perlu dilakukan regresi untuk menemukan ISE, hipnoterapis yang tidak terlatih biasanya akan mengalami kesulitan untuk menemukan ISE. Seringkali yang ditemukan adalah SSE yang oleh terapis disangka sebagai ISE.

Lalu, apa akibatnya bila ternyata proses terapi tidak berhasil menemukan ISE?

Bila misalnya rangkaian prosesnya adalah ISE, SSE1, SSE2, SSE3, dan proses terapi hanya dilakukan di SSE1, tanpa menyentuh ISE, maka ini dapat membuat klien sembuh untuk beberapa saat. Setelah itu pasti akan kambuh lagi karena masih ada ISE yang akan terus menggelinding membangun momentum lagi.

Namun, dalam beberapa kasus yang pernah saya tangani, karena alasan tertentu pikiran bawah sadar tidak bersedia mengungkap ISE dan saya hanya berhasil menemukan SSE1. Dalam situasi ini saya tetap memproses SSE1 sampai tuntas. Pemrosesan ini, tentunya dengan menggunakan teknik khusus, berhasil sekaligus menetralisir ISE dan klien sembuh.

Jadi, apakah perlu menemukan ISE? Jawabannya may… may be yes… may be no…..bergantung pada jenis kasus, situasi, kondisi, dan teknik yang digunakan. 

_PRINT