The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA
Saya cukup sering dihubungi oleh orang tua yang bertanya, "Pak Adi, saya sekarang sadar bahwa cara saya mendidik anak selama ini ternyata salah. Saya dulu keras terhadap anak saya. Sekarang saya khawatir apa yang saya lakukan di masa lalu mengakibatkan trauma pada dirinya. Apa yang harus saya lakukan untuk bisa membantu anak saya?"
Saya pun menanyakan, "Bagaimana kondisi anak Ibu saat ini? Apakah ada masalah dalam aspek perilaku atau emosinya?"
"Oh, anak saya baik-baik saja, Pak. Namun, saya khawatir ia mengalami trauma akibat tindakan atau sikap saya di masa lalu. Apa bisa Pak Adi membantu melihat anak saya, dan bila perlu, melakukan terapi agar ia bisa berkembang secara optimal?" jawab Ibu tersebut penuh harap.
Sahabat, apa yang sebaiknya dilakukan terhadap anak ini? Apakah saya perlu melakukan observasi dan menerapi anak tersebut, ataukah tidak perlu ditangani?
Saya menjelaskan kepada Ibu tersebut bahwa jika kondisi anaknya baik-baik saja, maka tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan. Terlepas dari apa yang pernah dialami di masa lalu, yang perlu dilakukan saat ini adalah mengubah cara mendidik dan memperlakukan anaknya dengan lebih baik.
Tidak semua pengalaman yang dianggap "buruk" menyebabkan trauma atau berdampak negatif pada anak.
Definisi Trauma
Menurut American Psychological Association (APA), trauma didefinisikan sebagai respons emosional terhadap peristiwa mengerikan, seperti kecelakaan, kejahatan, atau bencana alam. Reaksi awal dapat berupa syok dan penyangkalan, sementara respons jangka panjang dapat mencakup emosi yang tidak terduga, kilas balik, hubungan yang tegang, serta gejala fisik seperti sakit kepala atau mual.
APA juga mengategorikan trauma ke dalam tiga jenis utama:
- Trauma akut: Terjadi akibat satu peristiwa yang sangat mengganggu.
- Trauma kronis: Timbul akibat paparan berulang dan berkepanjangan terhadap peristiwa yang sangat stres, seperti pelecehan anak, perundungan, atau kekerasan dalam rumah tangga.
- Trauma kompleks: Melibatkan paparan terhadap beberapa peristiwa traumatis.
Selain itu, ada juga trauma sekunder atau vicarious trauma, yang terjadi ketika seseorang mengalami gejala trauma akibat kontak erat dengan individu yang mengalami peristiwa traumatis. Hal ini umum terjadi pada anggota keluarga, profesional kesehatan mental, dan orang-orang yang merawat individu yang terdampak trauma.
Saya mendefinisikan trauma sebagai jejak atau rekaman peristiwa masa lalu yang mengandung emosi negatif intens dan tersimpan dalam memori pikiran bawah sadar (PBS).
Emosi yang muncul dari suatu peristiwa sepenuhnya bergantung pada makna yang diberikan terhadap kejadian tersebut, baik secara sadar, tidak sadar, maupun makna yang berasal dari orang lain.
Trauma terbentuk ketika seseorang mengalami peristiwa yang melampaui kapasitas mental dan emosionalnya untuk mengatasinya saat itu. Keberadaan trauma dapat memicu terbentuknya program negatif dalam pikiran bawah sadar, yang pada akhirnya memengaruhi pola pikir, emosi, dan perilaku seseorang dalam jangka panjang.
Trauma bukan hanya berasal dari kejadian besar atau ekstrem, tetapi juga bisa muncul dari pengalaman yang tampaknya sepele namun memiliki dampak emosional mendalam bagi individu.
Saya menjelaskan kepada Ibu ini bahwa kami, para hipnoterapis AWGI, bekerja berdasarkan protokol spesifik dengan proses dan alur yang logis. Kami memanfaatkan gejala (simtom) sebagai titik awal penelusuran untuk mencari dan menemukan akar masalah di PBS klien.
Kami tidak dapat dan tidak diperbolehkan untuk melakukan ramalan atau analisis hanya berdasarkan informasi kejadian masa lalu seseorang dan kemudian memprediksi dampaknya terhadap kehidupan mereka saat ini.
Sebagai contoh:
Jika seseorang pernah mengalami perundungan, pelecehan, kehilangan orang yang dikasihi, penolakan, atau bahkan hampir diaborsi, apakah pengalaman ini pasti berdampak buruk terhadap kehidupannya?
Jawabannya adalah bisa ya, bisa tidak.
Dampak dari pengalaman masa lalu sangat bergantung pada individu itu sendiri, dukungan keluarga, makna yang ia berikan terhadap kejadian tersebut, serta faktor-faktor lainnya.
Tidak selalu individu yang mengalami kejadian "buruk" pasti mengalami trauma.
Bila hipnoterapis secara sengaja menggali informasi tentang kejadian traumatis di masa lalu klien dan kemudian memprediksi dampak negatifnya terhadap kehidupan klien, ini sangat berisiko dan tidak etis.
Hal ini dapat menyebabkan imprint negatif yang berpotensi menciptakan masalah baru yang sebelumnya tidak ada. Fenomena ini dikenal sebagai implan sugesti negatif, di mana klien mengalami masalah karena percaya bahwa dirinya memang bermasalah setelah mendengar pernyataan dari hipnoterapis.
Hubungan ACEs dan Kesehatan Mental di Masa Dewasa
Penelitian telah menunjukkan bahwa Adverse Childhood Experiences (ACEs)—pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak—memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan mental dan emosional seseorang di masa dewasa.
Berbagai studi mengindikasikan bahwa individu yang mengalami ACEs, seperti pelecehan atau kekerasan, memiliki risiko lebih tinggi untuk menghadapi berbagai masalah psikologis saat dewasa.
Benar, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengalaman buruk di masa lalu dapat berdampak pada kualitas hidup individu.
Namun, saya belum pernah menemukan hasil penelitian yang secara tegas menyatakan bahwa seseorang yang mengalami kejadian X di masa kecil pasti akan mengalami kondisi Y saat dewasa.
Trauma dapat bermanifestasi melalui berbagai gejala emosional dan fisik, dengan dampak yang bervariasi pada setiap individu. Jika gejala trauma terus berlanjut atau mengganggu kehidupan sehari-hari, disarankan untuk mencari bantuan profesional, salah satunya hipnoterapis.
Proses Penyembuhan Trauma dengan Hipnoterapi
Penyembuhan trauma dengan hipnoterapi adalah metode yang sangat cepat, efektif, dan tuntas dengan menggunakan hipnoanalisis.
Proses ini mencakup:
- Identifikasi akar masalah: Menggali penyebab trauma yang tersimpan dalam pikiran bawah sadar.
- Reaktivasi ingatan traumatis dalam kondisi aman: Memunculkan kembali pengalaman masa lalu tanpa menyebabkan penderitaan ulang.
- Restrukturisasi makna atau emosi yang terkait dengan pengalaman tersebut: Mengubah persepsi individu terhadap peristiwa traumatis agar tidak lagi menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan mereka.
Trauma bukan sesuatu yang harus diprediksi, tetapi harus ditangani jika sudah menimbulkan dampak negatif yang nyata dalam kehidupan seseorang.
Oleh karena itu, jika anak baik-baik saja, tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan. Fokuslah untuk memberikan pola asuh yang lebih baik di masa kini daripada terlalu terjebak dalam rasa bersalah terhadap masa lalu.