The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Mengakses Ego Personality Untuk Terapi Yang Efektif

27 Mei 2011

Saat ini cukup marak pembahasan Ego Personality atau yang sering disebut sebagai Ego State di berbagai milis dan situs. Saya juga sering mendapat email dari pembaca buku, rekan hipnoterapis, praktisi dan pemerhati mind technology yang mengajukan pertanyaan berkenaan dengan artikel saya mengenai Ego State dan Ego Personality yang dimuat di situs QHI: Understanding Ego State, Unity and Multiplicity: Multilevel Consciousness of Self in Hypnosis, dan Padamnya EGO (Personality).

Pertanyaan yang sering diajukan para rekan saya ini antara lain:
1. Apa beda Ego State dan Ego Personality?
2. Mana yang lebih efektif, Ego State Therapy atau Ego Personality Therapy?
3. Apakah kita bisa mengakses Ego State / Ego Personality tanpa kondisi hipnosis? Kalau bisa bagaimana caranya? Kalau tidak bisa, mengapa?
4. Mana yang lebih efektif, terapi Ego State / Ego Personality yang dilakukan dengan kondisi hipnosis yang dalam atau dalam kondisi sadar normal?
5. Mengapa dalam berbagai artikel saya sangat menekankan pentingnya kondisi hipnosis untuk mengakses Ego State / Ego Personality?

Sebenarnya masih banyak lagi pertanyaan yang juga sangat menarik. Dalam artikel ini saya sengaja tidak membahasnya karena terlalu teknis, misalnya, “Bagaimana cara melakukan manipulasi cathexis pada Ego Personality untuk penanganan kasus PTSD atau Schizophrenia?”

Sekarang mari kita bahas pertanyaan di atas. Semoga uraian berikut dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap dan membantu meningkatkan pemahaman pembaca mengenai Ego State dan Ego Personality.

Apa beda Ego State dan Ego Personality?

Ego State adalah istilah yang merujuk pada Bagian Diri. Terapi Ego State berangkat dari satu premis bahwa kepribadian manusia terdiri dari banyak Bagian Diri yang terpisah, bukan hanya satu dan bersifat homogen. Melalui proses pembentukkannya kita mengenal ada Bagian Diri yang disebut dengan Ego State, Part, Introject dan Alter. Untuk akurasi terminologi maka kami, QHI, menggunakan istilah Ego Personality sebagai payung besar yang meliputi semua Bagian Diri. Dengan demikian bila kami menggunakan istilah Ego Personality berarti sudah meliputi Ego State, Part, Introject dan Alter.

Mana yang lebih efektif, Ego State Therapy atau Ego Personality Therapy?

Mengacu pada penjelasan di atas maka Ego State Therapy adalah bagian dari Ego Personality Therapy. Dalam melakukan Ego Personality Therapy secara otomatis kita melakuan terapi, sesuai kondisi dan kebutuhan, pada Ego State, Part, Introject, dan atau Alter.

Hasil dan daya guna Ego Personality Therapy, sama dengan jenis terapi lainnya, ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor klien dan faktor terapis. Klien dan terapis bekerjasama sebagai tim yang solid, saling percaya, menghargai, dan mendukung untuk mengatasi masalah.

Pada sisi klien, agar terapi bisa berjalan baik,  syarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu klien bersedia diterapi atas kesadarannya sendiri, bukan karena paksaan, rayuan, bujukan, atau ancaman. Selain itu klien pasrah, ikhlas, merasa nyaman, dan percaya sepenuhnya pada terapis.

Sedangkan di sisi terapis selain harus benar-benar menguasai dasar teori Ego Personality dan teknik intervensi klinis yang dikembangkan berdasar teori ini, dan telah terbukti secara klinis dan empiris efektif,  terapis harus mempunyai rasa welas asih yang besar dan ketulusan dalam membantu sesama (klien) mengatasi masalah mereka untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.  

Apakah kita bisa mengakses Ego State / Ego Personality tanpa kondisi hipnosis? Kalau bisa bagaimana caranya? Kalau tidak bisa, mengapa?

Untuk menjawab pertanyaan di atas kita perlu tahu bahwa ditinjau dari frekuensi muncul atau aktifnya suatu Bagian Diri kita mengenal Ego Personality yang berada di permukaan (surface) dan yang berada di dalam (underlying), yang aktif namun jarang muncul. Jumlah Ego Personality yang biasanya aktif dan berada di permukaan berkisar antara lima hingga lima belas bergantung situasi, kondisi, dan kebutuhan individu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tanpa kondisi hipnosis atau dalam kesadaran normal kita dapat dengan mudah mengakses Ego Personality yang berada di permukaan.

Mengakses Ego Personality tanpa kondisi hipnosis dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain Empty Chair Technique dan Conversational Technique.

Empty Chair Technique dilakukan dengan menggunakan minimal dua atau lebih kursi kosong. Setiap kursi mewakili satu Ego Personality. Jadi, saat klien duduk di kursi tertentu maka Ego Personality yang diijinkan untuk aktif adalah yang sesuai dengan perjanjian di awal. Misalnya kursi pertama adalah untuk peran anak yang kecewa (Ego State/Part), kursi kedua untuk peran ibu (Introject), kursi ketiga untuk peran ayah (Introject).

Hal yang sama terjadi dengan teknik Six Thinking Hat atau Enam Topi Berpikir ciptaan Edward de Bono. Setiap topi sebenarnya mewakili satu Ego Personality. Bergantung pada topi apa yang "dipakai" pada suatu saat maka yang aktif adalah Ego Personality yang sesuai dengan karakter topi.

Dalam melakukan Conversational Technique terapis perlu mengenal Ego Personality yang ingin diakses. Setelah itu langsung mengajak bicara Bagian Diri ini. Biasanya terapis akan mengenali minimal ada dua Bagian Diri klien yang bisa diajak bicara. 

Saya pernah menggunakan teknik ini untuk membantu peserta pelatihan QLT yang takut berada di kamar sendirian. Terapi saya lakukan dengan santai sambil makan siang. Tanpa ia sadari, sambil ngobrol, saya melakukan terapi pada Bagian Diri yang takut. "Obrolan" santai ini berlangsung sekitar 10 menit dan ia sembuh saat itu juga. Hal ini terbukti saat malam hari, saat masuk ke dalam kamar seorang diri, ia sama sekali tidak merasa takut.

Mana yang lebih efektif, terapi Ego State / Ego Personality yang dilakukan dengan kondisi hipnosis yang dalam atau dalam kondisi sadar normal?

Jawaban untuk pertanyaan ini adalah, “Bergantung kasusnya.” Untuk kasus-kasus ringan, misalnya keraguan untuk mengambil keputusan (yang tidak terlalu penting), perasaan kesepian, fobia ringan, atau kasus-kasus lain dengan muatan intensitas emosi yang ringan, maka terapi Ego Personality yang dilakukan dengan kondisi sadar normal atau light trance tentu akan sangat efektif.

Ego Personality Therapy yang dilakukan dalam kondisi sadar normal atau light trance menjadi tidak efektif bila ternyata yang menjadi sumber masalah klien adalah Bagian Diri yang bersifat underlying atau bersembunyi di kedalaman dan memegang emosi negatif yang intens dengan level cathexis yang tinggi.

Mengapa dalam berbagai artikel saya sangat menekankan pentingnya kondisi hipnosis untuk mengakses Ego State / Ego Personality?

Ini semua berdasar pengalaman praktik, hasil riset, dan temuan kami. Di awal perjalanan QHI kami memang melakukan Ego State Therapy (saat itu kami masih menggunakan istilah Ego State) baik dalam kondisi light hypnosis maupun deep hypnosis dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Kami mulai mengalami kesulitan saat menangani kasus-kasus yang tergolong berat seperti PTSD, halusinasi, obsesive-compulsive yang sangat parah, depresi, klien dengan kecenderungan split personality, dan kasus psikosomatis yang berat.

Setelah melalui analisis mendalam akhirnya kami menemukan sumber masalah utama yaitu klien, saat dalam kondisi medium trance, ada kecenderungan untuk naik ke level light trance. Saat di kondisi light trance yang dapat kami akses hanyalah surface Ego Personality. Kami kesulitan untuk mengakses underlying Ego State. Proses terapi menjadi semakin sulit bila Ego Personality yang menjadi sumber masalah, yang menjadi aktor dan provokator, bersifat malevolent, dan tidak mau tampil untuk berhadapan langsung dengan terapis, dan hanya menggunakan Ego Personality lain untuk sebagai pelaksana perilaku tertentu.

Belum lagi kalau klien ternyata tipe (sangat) analitikal sehingga terapis sulit mengakses underlying Ego Personality karena diganggu oleh surface Ego Personality. Bisa juga terjadi ada Ego Personality lain yang memblock proses terapi atau menghambat akses ke Ego Personality yang menjadi sumber masalah.

Akhirnya kami memutuskan untuk selalu membawa klien masuk ke kondisi deep trance atau profound somnambulism untuk melakukan Ego Personality Therapy. Keuntungan kondisi deep trance adalah kita dapat mengakses dengan mudah, baik surface maupun underlying Ego Personality. Dengan demikian proses terapi bisa berjalan lebih lancar dan mudah.

Pertimbangan lain yaitu dalam kondisi tertentu kita perlu menghipnosis hanya satu Ego Personality (bisa Ego State, Part, Introject, atau Alter) dan bukan menghipnosis Ego Personality secara keseluruhan, sebagai suatu sistem. Untuk dapat melakukan hal ini dengan mudah syaratnya adalah keterampilan manipulasi cathexis dan ini membutuhkan kondisi deep trance, tidak bisa hanya sekedar light trance. Hipnosis pada hanya satu Ego Personality, biasanya Introject atau Alter, biasanya dilakukan untuk “menjinakkan” Bagian Diri yang bersifat keras dan mengganggu proses terapi. 

Alasan lain kami selalu membawa klien masuk ke kondisi deep trance adalah untuk kemudahan akses berbagai lapisan kesadaran. Ada Ego Personality yang “tinggal” di kedalaman tertentu dan baru bisa diakses atau menjadi executive saat kedalamannya tercapai. Dengan membawa klien sangat dalam, misalnya ke level 27, maka Ego Personality pada level di atasnya dapat dengan mudah kita akses. Kondisinya akan menjadi berbeda saat klien misalnya berada di level kedalaman 12 dan kita ingin mengakses Ego Personality yang berada di kedalaman 25.

Kesimpulannya, kebutuhan kedalaman hipnosis bergantung pada kasus yang ditangani. Ego Personality Therapy dapat dilakukan baik pada kondisi sadar normal, light trance, dan deep trance. Masing-masing level kedalaman mempunyai kelebihan dan keterbatasan.

Terapi yang dilakukan di level light trance sangat mudah dilakukan karena terapis tidak perlu susah-susah membawa klien masuk ke kondisi yang dalam. Keterbatasannya adalah dalam kondisi ini yang bisa diakses hanya surface Ego Personality.

Sedangkan terapi yang dilakukan pada kondisi deep trance lebih sulit dilakukan karena dibutuhkan teknik induksi dan keterampilan yang tinggi untuk bisa membawa klien masuk ke kondisi hipnosis yang dalam. Keunggulannya adalah terapis dapat mengakses baik surface maupun underlying Ego Personality dan dengan mudah dapat melakukan manipulasi cathexis untuk mencapai hasil terapi yang maksimal.

_PRINT