The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Tentang Teknik Terapi

21 Juli 2010

Beberapa waktu lalu di milis Money Magnet ada pembahasan menarik mengenai teknik terapi berbasis sugesti dan kinesiologi. Dalam pembahasan itu saya menjelaskan mengenai asal mula teknik tersebut, siapa yang menciptakannya pertama kali di Amerika dan bagaimana saya berkenalan dan akhirnya mempelajari serta mempraktikkan teknik itu. Saya juga menjelaskan, setelah mempraktikkannya beberapa kali, saya memutuskan untuk tidak mengajarkan teknik ini di kelas Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy yang saya selenggarakan.  

Ternyata ada member milis yang bertanya kepada saya melalui japri alasan yang lebih mendalam mengapa saya memutuskan untuk tidak mengajarkan teknik itu. Ia juga dengan kritis bertanya, “Pak, apa kriteria yang Bapak gunakan dalam menentukan teknik terapi yang mana yang diajarkan di kelas QHI?”

Wah, ini pertanyaan kritis sekali. Selama ini memang belum pernah ada yang bertanya kepada saya mengenai hal ini. Sudah tentu saya memberikan penjelasan yang gamblang. Oh ya, alasan saya tidak mengajarkan teknik yang saya bahas di milis karena ternyata tidak efektif. Nah, berikut ini jawaban saya kepada member milis itu.

Saya memang belajar banyak teknik terapi. Semua ini saya lakukan karena saya ingin bisa membantu klien dengan cepat, tepat, efektif, efisien, dan permanen. Pencarian berbagai teknik terapi efektif, khususnya dalam konteks hipnoterapi, membuat saya akhirnya harus membeli sangat banyak literatur, jurnal psikologi, jurnal hipnoterapi, DVD, CD audio, dan bahkan membayar untuk menjadi anggota dari situs terapis atau pakar terkenal dunia. Belum lagi waktu yang dihabiskan untuk menjelajahi dunia maya.

Jujur, ada cukup banyak teknik yang setelah saya pelajari, saya praktikkan dengan sungguh-sungguh, ternyata tidak seefektif seperti yang dijanjikan. Sudah tentu teknik ini tidak bisa saya gunakan dan ajarkan. Ada teknik yang sudah rumit tapi sama sekali nggak efektif. Ada juga teknik yang sangat efektif namun cukup rumit.

Nah, apa sih kriteria yang saya gunakan?

Ada lima syarat yang saya gunakan untuk menentukan apakah suatu teknik terapi bisa saya gunakan untuk menerapi klien dan saya ajarkan di kelas QHI.

Pertama, teknik terapi harus punya dasar teori yang kuat dan ilmiah. Bila teknik ini tidak bisa dijelaskan secara gamblang cara kerjanya maka saya pasti tidak akan mau menggunakannya. Penjelasan yang ilmiah mutlak dibutuhan untuk bisa memuaskan pikiran sadar atau otak kiri kita. Lha, bagaimana kita meyakini efektivitas suatu teknik jika kita tidak tahu cara kerjanya.

Saya punya pengalaman pribadi mengenai hal ini. Beberapa waktu lalu saya membeli satu DVD yang dibuat oleh seorang pakar di Amerika. Saya mempelajari dengan saksama uraian dan cara ia mempraktikkan teknik terapi itu. Merasa telah mengerti dengan baik, saya mencobakannya ke klien saya dengan penuh percaya diri.
Hasilnya?  Tidak seperti yang ia tunjukkan di DVD. Lho, kok?

Saya pikir pasti ada yang kelupaan sehingga hasilnya tidak seperti yang di DVD. Saya tonton ulang dengan lebih saksama, saya catat secara detil langkah-langkahnya, dan saya praktikkan lagi. Hasilnya? Tetap tidak maksimal.
Apa yang terjadi? Ternyata di DVD pakar ini tidak menjelaskan secara detil dasar teorinya. Jadi, saya hanya meniru apa yang ia lakukan tanpa sungguh-sungguh mengerti apa pengetahuan yang mendasari cara kerja teknik ini.
Baru setelah saya ke Amerika, bertemu dan belajar langsung kepada pakar ini, setelah mendengar secara detil, lengkap, dan dibimbing melakukan teknik ini, saya mampu melakukannya dengan benar dan mencapai hasil seperti yang ia tunjukkan di DVD.

Satu kelemahan saya selama ini adalah untuk bisa mempraktikkan suatu teknik maka saya harus tahu benar siapa yang menciptakan teknik ini, apa dasar teorinya, termasuk sejarah teknik ini. Untuk itu saya pasti akan mencari buku sumber, buku yang pertama kali menceritakan teknik ini. Bahkan demi memuaskan rasa ingin tahu saya terhadap teknik induksi tertentu saya sampai mencari dan akhirnya membeli buku yang ditulis di tahun 1895.

Hal ini saya anggap sangat penting karena bila saya tidak yakin 100% terhadap teknik ini maka saat mengajarkannya, suka atau tidak, ketidakyakinan saya akan tertangkap baik melalui semantik yang saya gunakan, bahasa tubuh, dan terutama sinyal dari pikiran bawah sadar saya yang sudah pasti diterima oleh pikiran bawah sadar peserta pelatihan. Jika ini terjadi maka teknik ini pasti tidak akan efektif karena diterapkan dengan perasaan tidak yakin.

Syarat kedua yaitu teknik itu harus sederhana, tidak rumit. Jika suatu teknik ternyata cukup rumit maka saya tidak akan mau menggunakannya. Teknik yang baik , dalam pandangan saya, haruslah sederhana dan mudah dipraktikkan oleh siapa saja karena protokol yang digunakan tidak terlalu panjang dan membingungkan.

Syarat ketiga yaitu teknik itu harus punya rekam jejak (track record) yang baik. Dengan kata lain telah terbukti berhasil mengatasi masalah. Saya biasanya melakukan riset literatur dan menggunakan search engine untuk menelusuri tulisan atau pendapat para pakar mengenai teknik itu. Jika yang saya dapatkan adalah komentar positif lengkap dengan testimoninya maka saya akan menggunakan teknik ini, mempraktikkannya ke klien, dan melihat hasil yang dicapai.

Syarat keempat adalah mudah diduplikasi dan diaplikasikan di mana saja dan kapan saja. Mudah diaplikasikan berarti tidak perlu kondisi atau syarat yang sangat khusus untuk mempraktikkannya. Semakin mudah diaplikasikan maka semakin bagus.

Duplikasi berarti teknik ini bisa dilakukan oleh siapa saja dengan cara yang mudah dan dengan hasil maksimal seperti bila dipraktikkan oleh trainernya. Jika saya mengajarkan suatu teknik namun mayoritas alumni tidak menggunakannya berarti teknik ini tidak dapat diduplikasikan dengan baik. Dalam hal ini saya tidak boleh memaksakan diri untuk terus mengajarkan teknik ini. Saya perlu terbuka menerima masukan dan saran. Lha, kalau ternyata tekniknya ribet, nggak efektif, dan tidak banyak alumni yang mau menggunakannya lalu buat apa saya paksakan untuk diajarkan?

Dari mana saya tahu teknik yang sering digunakan oleh alumni? Ya, dari sharing atau laporan yang mereka sampaikan. Di QHI, lebih tepatnya di milis QHI, kami sering berbagi pengalaman dan pengetahuan. Dari apa yang ditulis saya bisa dengan pasti mengetahui teknik apa yang digunakan oleh alumni dalam menangani kasus tertentu.

Syarat kelimat yaitu tekniknya bersifat terbuka. Artinya masih bisa dikembangkan lebih jauh atau digabungkan dengan teknik lain. Ada teknik yang menurut penemunya harus dilakukan persis seperti yang diajarkan. Bila tidak maka tidak akan efektif. Teknik ini saya sebut dengan teknik yang bersifat tertutup. Saya kurang sreg dengan teknik jenis ini. Yang saya sukai adalah teknik yang bisa kita kembangkan lebih lanjut dengan pemahaman dan pengalaman ataupun informasi terkini. Dengan demikian fine tuning yang dilakukan pada teknik ini akan semakin meningkatkan hasil dan daya gunanya.

_PRINT