Di banyak kesempatan, saya kerap dapat pertanyaan dari para sahabat tentang meditasi. Para sahabat ini ada yang telah rutin praktik meditasi, ada yang masih pemula, dan ada pula yang baru mulai tertarik dengan meditasi, ingin tahu lebih lanjut, namun belum pernah praktik meditasi.
Pertanyaan yang para sahabat ini ajukan antara lain: “Apa itu meditasi?”, “Apakah meditasi sama dengan mengosongkan pikiran?”, “Berapa lama waktu untuk bermeditasi?”, “Kapan waktu yang tepat untuk bermeditasi?”, “Apa manfaat meditasi?”, dan “Bagaimana cara membuat pikiran tenang dan fokus saat bermeditasi?”
Walau telah banyak publikasi tentang meditasi dan pelatihan meditasi juga telah banyak diselenggarakan, masih banyak yang belum memahami benar tentang meditasi, sehingga ragu atau tidak serius praktik dan berlatih meditasi.
Ada pula yang telah mencoba meditasi untuk beberapa saat, namun karena tidak mengerti caranya, akhirnya berhenti karena tidak mendapat manfaat.
Pemahaman Salah
Penghambat utama seseorang belajar, mendalami, dan praktik meditasi adalah pemahaman salah tentang meditasi.
Ada yang berpikir atau percaya meditasi adalah praktik supranatural, menggunakan mantra, makhluk halus, kuasa gelap, sesajen, jimat, laku atau ritual tertentu.
Ada lagi yang percaya meditasi adalah bagian dari gerakan zaman baru, identik dengan doktrin keyakinan atau agama tertentu, yang bila dipraktikkan akan menggoyahkan iman si praktisi meditasi, mengakibatkan dosa.
Sebagian berpikir meditasi berbahaya karena bisa berakibat praktisinya tersangkut, tidak bisa keluar dari kondisi meditasi, menjadi tidak sadar, dan bahkan bisa kerasukan. Pengertian salah lainnya, meditasi adalah mengosongkan pikiran.
Sudah tentu, mereka yang memegang pemahaman salah tidak akan pernah belajar, praktik, dan berlatih meditasi. Akibatnya, mereka tidak beroleh manfaat dari praktik meditasi yang dilakukan secara benar dan rutin.
Pandangan salah ini, bahwa meditasi adalah kegiatan yang tidak baik, bisa berdampak buruk pada diri individu, baik pada aspek fisik, pikiran, emosi, dan spiritual mengakibatkan fungsi proteksi pikiran bawah sadar (PBS) aktif.
Fungsi proteksi PBS ini menjadi aktif dan bekerja melindungi individu dari hal-hal yang ia (PBS) percaya, pikir, rasa, yakin, asumsikan, kira, persepsikan membahayakan keselamatan individu atau berdampak negatif pada kesejahteraan individu.
Selama individu masih memegang pemahaman salah, ia tidak akan pernah bisa bermeditasi dengan baik, tenang, masuk dan mengalami kondisi meditatif yang dalam, hening, dan mencapai hasil yang diharapkan.
PBS akan membuat pikirannya tidak fokus, melakukan sabotase, dan terus menganggu dirinya sehingga tidak akan pernah bisa bermeditasi, walau segala upaya telah dilakukan.
Makna dan Definisi Meditasi
Berdasar catatan terdokumentasi, diketahui praktik meditasi paling awal dilakukan di India sekitar 1500 SM. Namun para sejarawan percaya bahwa meditasi telah dipraktikkan jauh sebelumnya, sejak 3000 SM.
Kata “meditasi” berasal dari bahasa Inggris “meditation”, berakar kata Latin “meditari”, yang artinya (a) merenungkan, (b) berpikir secara mendalam tentang sesuatu, (c) menelaah secara cermat, penuh perhatian, dan mendalam tentang sesuatu hal dalam waktu lama.
Bila ditilik dari akar katanya, meditasi sejatinya adalah aktivitas berpikir yang semua orang bisa lakukan dengan aman dan nyaman. Dan sesuai maknanya, aktivitas berpikir ini bukanlah aktivitas biasa karena melibatkan proses berpikir mendalam, dilakukan secara sadar, untuk tujuan spesifik.
Untuk dapat mengerti dan berdiskusi tentang meditasi, kita perlu menggunakan definisi sahih. Dan tentunya definisi sahih wajib berasal dari pakar atau praktisi berpengalaman yang telah lama menggeluti meditasi.
Meditasi, menurut Y.M. Sri Paññฤvaro Mahathera, adalah kegiatan membawa pikiran dengan penuh kesadaran pada satu objek. Sementara menurut Anna Wise, meditasi adalah kondisi kesadaran dengan pola gelombang otak sangat spesifik. Kondisi meditatif ini dicapai dengan teknik sesuai.
Seturut definisi di atas, meditasi tidak berarti kita harus duduk berdiam diri memerhatikan objek tertentu. Benar, ini adalah salah satu cara bermeditasi. Kita luangkan waktu khusus untuk duduk, hening, menyadari dan fokus pada objek meditasi. Dan meditasi juga bisa dilakukan sambil berjalan.
Meditasi bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun. Meditasi adalah menyadari, sadar akan yang kita pikir, ucap, rasa, dan lakukan. Intinya adalah kita menyadari.
Cara mudah untuk bermeditasi, seperti yang diajarkan oleh Y.M. Uttamo Mahathera, adalah dengan sering-sering bertanya pada diri sendiri, “Saat ini saya sedang apa?”
Pertanyaan sederhana ini segera membawa pikiran kita, yang semula sibuk memikirkan berbagai hal, kembali ke saat ini, dan menyadari apa yang sedang kita pikir, ucap, atau lakukan. Inilah esensi meditasi, sadar.
Ada dua jenis meditasi: perhatian terfokus pada objek spesifik dan pengamatan terbuka terhadap persepsi yang berlangsung. Uraian lebih mendalam telah saya tulis dalam artikel Meditasi, Mindfulness, Hipnosis, dan Hipnoterapi.
Terdapat empat puluh objek meditasi. Pemilihan objek bergantung karakter individu. Yang paling sering digunakan sebagai objek meditasi adalah napas atau gerakan perut. Ini adalah objek yang paling mudah digunakan karena selalu tersedia dan lekat dengan diri kita.
Meditasi Itu Mudah
Praktik meditasi adalah praktik melatih kesadaran, kesabaran, kepasrahan, mengembangkan kebijaksanaan, hidup di saat ini, dan percaya pada proses yang dijalani. Praktik meditasi tidak bisa dipaksakan atau harus terjadi seturut kemauan praktisi.
Langkah awal sukses bermeditasi adalah memahami sifat dan cara kerja pikiran. Manusia punya dua pikiran, sadar dan bawah sadar, dengan fungsinya masing-masing.
Saat kita bermeditasi, sejatinya yang kita latih adalah fungsi pikiran sadar untuk mengamati, menyadari, fokus pada objek.
Dengan cara tertentu, kita dapat mengakses dan memanfaatkan sumberdaya pikiran bawah sadar untuk mendukung proses meditasi. Dengan demikian, pikiran sadar bisa menjadi cepat tenang, fokus, dan kuat memegang objek.
Sifat pikiran mudah goyah dan tidak tetap, sulit dikendalikan, senang mengembara sesuka hatinya. Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus, dan bergerak sesuka hatinya.
Pikiran yang tidak terlatih ibarat kuda liar yang selama ini bebas berlari semaunya sendiri. Tentu, saat kuda ini diikat dengan tali dan ditambatkan pada tiang yang kokoh, ia pasti berontak, tidak mau dikekang.
Pada analogi di atas, kuda adalah pikiran, tali adalah kesadaran, dan tiang adalah objek meditasi.
Temuan penelitian yang dilakukan psikolog dari Harvard University, Matthew A. Killingsworth and Daniel T. Gilbert, dipublikasi di jurnal Science, vol. 330, tahun 2010, dengan judul A Wandering Mind Is an Unhappy Mind, memvalidasi sifat pikiran yang suka berkelana:
People spend 46.9 percent of their waking hours thinking about something other than what they’re doing, and this mind-wandering typically makes them unhappy.
(Orang-orang menghabiskan 46,9 persen dari waktu bangun mereka untuk memikirkan sesuatu selain apa yang mereka lakukan, dan pikiran yang mengembara ini membuat mereka tidak bahagia.)
Berangkat dari pengetahuan akan sifat pikiran, saat praktisi mulai berlatih meditasi, bila awalnya pikiran masih liar, bergerak sesuka hatinya, sulit dikendalikan, ia menerima ini sebagai sesuatu yang wajar, tidak berkecil hati, atau merasa gagal.
Dengan tekad kuat dan konsisten berlatih meditasi, cepat atau lambat pikiran pasti akan “lelah”, seperti kuda liar yang awalnya melawan atau berontak saat diikat pada tonggak, akhirnya tenang, jinak, dan patuh.
Sangat banyak praktisi meditasi pemula, baru bermeditasi satu atau dua kali, saat belum mampu menenangkan pikirannya, merasa kecewa dan frustrasi, merasa gagal, memutuskan berhenti dan tidak lagi mau bermeditasi. Ini keputusan terlalu dini dan sangat disayangkan.
Meditasi, sama dengan berbagai keterampilan lain, perlu dibangun secara bertahap, dan tentunya dengan cara yang benar. Ini butuh upaya sadar, waktu, konsistensi, dan komitmen.
Meditasi dilakukan dengan cara salah, sudah tentu tidak memberi hasil. Saya ingat kisah yang diceritakan guru saya, Anna Wise, saat dulu saya belajar dengan Beliau di Berkeley, Amerika.
Beliau pernah membantu, lebih tepatnya mengajari, seorang meditator, yang telah selama dua belas tahun konsisten berlatih meditasi sehari satu jam, tidak pernah putus.
Namun, selama dua belas tahun meditator ini tidak pernah sekali pun bisa masuk kondisi meditatif yang dalam.
Anna Wise melakukan analisis atas kondisinya dan kemudian beri saran. Meditator ini segera melakukan meditasi seturut saran Anna Wise. Hanya dalam waktu beberapa menit dengan sangat mudah pikirannya menjadi tenang, hening, dan ia berhasil masuk kondisi meditatif sangat dalam, kondisi yang ia rindukan selama dua belas tahun.
Dengan mengerti sifat pikiran, praktisi perlu beri dirinya waktu secukupnya untuk bisa berlatih dan menenangkan pikirannya. Ini tidak perlu dikejar atau dipaksakan, karena pasti terjadi dengan sendirinya. Syaratnya, ia konsisten berlatih.
Pikiran yang terkendali membawa kebahagiaan. Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya. Orang yang menjaga pikirannya akan berbahagia.
Postur Tubuh Saat Bermeditasi
Sebelum bermeditasi, agar dicapai hasil optimal, praktisi perlu memerhatikan hal-hal berikut.
Praktisi perlu menetapkan tujuan bermeditasi. Penetapan tujuan ini berfungsi sebagai target yang jelas untuk pikiran.
Meditasi butuh waktu dan tidak bisa dilakukan terburu-buru. Sediakan waktu yang cukup, waktu yang benar luang dan tidak terganggu selama minimal tiga puluh hingga enam puluh menit.
Bermeditasilah di ruang atau tempat yang tenang, tidak terganggu, dan matikan semua gawai. Saat anda bermeditasi, ini adalah Me-Time anda. Hargai dan manfaatkan waktu ini dengan sebaiknya.
Usahakan suhu ruang nyaman dan mendukung, jangan terlalu dingin atau panas. Bila kebetulan suhu ruang tempat anda bermeditasi cukup dingin, gunakan baju agak tebal atau selimut agar tubuh hangat dan nyaman.
Berpakaian longgar dan nyaman agar tubuh tidak mengalami hambatan atau gangguan.
Usahakan untuk bermeditasi di tempat dan waktu yang sama setiap hari. Ini bertujuan membangun kebiasaan dan pembiasaan untuk tubuh dan pikiran.
Perhatikan postur tubuh saat bermeditasi. Ada enam posisi duduk bermeditasi: quarter lotus, half lotus, full lotus, Burmese position, Seiza, dan duduk di kursi atau menggunakan bantal.
Bila anda duduk bersila di lantai, apa pun posisi kaki anda, pastikan anda bisa tetap merasa nyaman selama bermeditasi.
Bila anda duduk di kursi, duduklah dengan punggung tegak, tidak bersandar di kursi, dan telapak kaki menapak lantai.
Selanjutnya, perhatikan posisi bahu, kedua lengan, dan kepala. Bahu perlu rileks, nyaman. Letakkan kedua tangan di pangkuan atau di atas paha. Arahkan dagu sedikit ke bawah, dan rahang sedikit membuka.
Setelah semua persiapan ini, mulailah bermeditasi, dan nikmati prosesnya.
Dua Cara Memegang Objek
Ada dua cara yang bisa digunakan praktisi meditasi untuk membuat pikiran terikat pada objek meditasi. Cara pertama, ini yang paling sering dipraktikkan oleh para praktisi meditasi, yaitu berusaha secara sadar mengarahkan pikiran untuk memegang objek meditasi.
Saat pikiran bergerak, bergeser memikirkan hal lain, praktisi sadar akan hal ini dan dengan lembut mengarahkan pikiran kembali pada objek meditasi. Demikian seterusnya, hingga akhirnya pikiran semakin kuat terikat pada objek, dengan durasi semakin panjang.
Ada banyak praktisi meditasi mengalami kesulitan mengarahkan pikiran mereka agar bisa kuat memegang objek. Biasanya yang mereka alami, saat mereka semakin berusaha memfokuskan pikiran, bukannya semakin tenang, pikiran justru semakin aktif memikirkan hal-hal lain.
Cara kedua, dengan teknik tertentu, pikiran dibuat menjadi tenang, diam terlebih dahulu, Setelah kondisi ini tercapai, barulah pikiran diberi objek.
Pada cara kedua, praktisi meditasi akan dituntun masuk ke kondisi pikiran tenang, diam. Kemudian, ia diberi jangkar (anchor) agar dapat kembali ke kondisi ini sendiri.
Selanjutnya, sebelum bermeditasi, ia aktifkan terlebih dahulu jangkarnya, ia masuk ke kondisi pikiran tenang untuk beberapa saat, baru kemudian ia mengarahkan pikiran pada objek meditasinya.
Ada yang suka cara pertama dan ada yang suka cara kedua. Semuanya baik dan berpulang pada masing-masing praktisi. Yang penting tujuan meditasi tercapai.
Manfaat Bermeditasi
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan bermeditasi. Telah banyak dilakukan penelitian ilmiah untuk mengetahui dampak dan manfaat meditasi terhadap kesehatan fisik dan mental. Hasil berbagai penelitian ini telah dipublikasi di jurnal-jurnal internasional.
Anda bisa membaca hasil penelitian ini dengan cara masuk ke www.Scholar.Google.com dan ketik kata kunci “meditation benefit”, “meditation benefits scientific evidence”, atau “mindfulness meditation benefits”. Nanti akan muncul sangat banyak tautan artikel yang bisa anda akses dan pelajari.
Secara ringkas, praktisi yang rutin berlatih meditasi setiap hari akan beroleh manfaat berikut: pikiran menjadi tenang, lebih fokus, hati damai bahagia, lebih ceria, kualitas tidur meningkat, tubuh lebih berenergi, daya tahan tubuh meningkat, stres berkurang, lebih tahan terhadap stres, lebih kreatif, refleks meningkat, tekanan darah turun.
Secara lebih ringkas lagi, untuk mengerti manfaat meditasi, saya biasa gunakan analogi gelas berisi air dan pasir.
Saat kita aktif menggunakan pikiran, ini sama dengan kita mengaduk gelas berisi pasir. Air di dalam gelas menjadi keruh.
Meditasi sama dengan kita berhenti mengaduk gelas, meletakkan dan mendiamkan gelas dan isinya apa adanya, mengizinkan pasir yang tadinya bertebaran di air, secara perlahan tapi pasti, kembali turun dan mengendap di dasar gelas. Setelahnya, air di gelas menjadi bersih, bening.
Demikian halnya pikiran. Saat pikiran jernih, kita dapat lebih tenang dan objektif dalam melihat dan menyikapi sesuatu. Dan ini berdampak sangat positif untuk diri kita.
Sehari kita butuh bermeditasi minimal selama tiga puluh menit. Untuk mereka yang sangat sibuk, sangat disarankan bermeditasi hanya enam puluh menit. Semakin tinggi kesibukan, semakin kita butuh bermeditasi agar pikiran kembali segar, jernih, dan bisa bekerja optimal untuk kebaikan kita.
Untuk para sahabat yang ingin belajar dan praktik meditasi, saya sangat sarankan agar anda belajar pada guru meditasi berpengalaman dengan rekam jejak yang baik. Ini bertujuan agar anda mendapat bimbingan yang benar sehingga mampu bermeditasi dengan cara yang benar dan beroleh manfaat seperti yang diharapkan.