The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Memahami dan Memanfaatkan Trance

2 Oktober 2014

“Saya tidak bisa dihipnosis” demikian komentar seorang klien saat pertama kali jumpa saya. “Saya sudah menjalani hipnoterapi tapi terapisnya tidak berhasil menghipnosis saya. Kata terapisnya saya adalah tipe klien yang tidak bisa dihipnosis” begitu komentar klien lainnya.

Banyak orang yang masih salah mengerti mengenai kondisi trance atau hipnosis. Menurut mereka trance adalah suatu kondisi yang diciptakan oleh terapis. Yang benar, klien mengikuti dan merespon sesuai dengan bimbingan terapis sehingga mereka mengalami kembali kondisi kesadaran alamiah yang disebut dengan trance.

Trance atau kondisi hipnosis adalah kondisi pikiran yang secara alamiah dialami setiap individu. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari setiap individu pasti secara alamiah dan berkelanjutan masuk dan keluar kondisi trance. Kedalaman trance yang mereka masuki berbeda antara satu individu dengan yang lain dan juga berbeda dari waktu ke waktu. Semuanya terjadi secara alamiah dan mudah.

Berhubung trance adalah sesuatu yang alamiah dan adalah bagian tak terpisahkan dari hidup maka seringkali orang tidak menyadarinya. Akibatnya, mereka sulit mengendalikan kapan mau masuk dan keluar dari trance. Dan yang lebih sulit lagi mereka tidak bisa secara sadar atau sengaja masuk ke kedalaman trance tertentu.

Berikut ini adalah beberapa contoh fenomena trance alamiah yang sering kita alami:

Peristiwa

Penjelasan

Kedalaman

Anda sedang mengendarai sepeda motor atau mobil. Pikiran sadar Anda sibuk memikirkan hal lain dan tanpa disadari Anda telah tiba di tujuan.

 

Hipnosis jalan raya atau hi-way hypnosis.

Light trance

Anda berusaha mengingat kembali informasi yang pernah Anda dengar, lihat, atau baca.

 

Pencarian ke dalam diri, mengakses memori.

Light trance

Melamun, pikiran melayang atau membayangkan sesuatu.

 

Aktivitas pikiran sadar berkurang.

Light trance

Saat sedang asyik melakukan sesuatu, pikiran dan perhatian kita tercerap pada kegiatan itu dan tanpa disadari waktu berlalu begitu cepat.

 

Distorsi waktu yang disebut dengan kontraksi waktu.

 

Medium to deep trance

Anda pulang kerja dan duduk di depan tv. Lima menit kemudian Anda menjadi agak mengantuk sambil terus menyaksikan acara televisi.

 

Pikiran sadar Anda tidak lagi aktif saat menyaksikan tv.

Medium trance

Waktu masih kecil, kepala atau lutut Anda terantuk dan cukup sakit. Anda menangi. Ibu datang mengusap-usap bagian yang sakit sambil berkata, “Nah… sekarang sudah tidak sakit. Sakitnya sudah Ibu ambil. Sudah nyaman kan…”, dan tiba-tiba sakitnya hilang.

 

Anestesi dengan sugesti oleh figur otoritas.

Medium trance

Saat sedang fokus membaca buku atau bekerja di depan komputer Anda tidak mendengar suara orang memanggil Anda.

 

Halusinasi negatif auditori.

Deep trance

Anda mencari kunci dan tidak berhasil menemukannya. Padahal kuncinya ada di depan Anda tapi Anda tidak bisa melihatnya.

 

Halusinasi negatif visual.

Deep trance

Waktu pacaran, waktu berlalu begitu cepat. Sehari terasa seperti satu jam.

 

Distorsi waktu yang disebut dengan kontraksi waktu.

 

Deep trance

Anda mengalami luka namun tidak merasakannya. Beberapa saat kemudian Anda baru menyadarinya.

 

Anestesi spontan

Deep trance

Anda berbaring di ranjang dan ingin tidur. Tiba-tiba merasa tubuh Anda menjadi kaku dan tidak bisa digerakkan. Orang menyebut kondisi ini dengan istilah “ketindihan”.

 

Katatonia

Very deep trance

 

Lalu, apa hubungan uraian di atas dengan hipnoterapi?

Hipnoterapi adalah proses yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur dengan tujuan menimbulkan trance atau kondisi hipnosis alamiah dalam diri klien dan menggunakannya untuk tujuan perubahan dan modifikasi perilaku yang bersifat terapeutik.

Dalam membantu klien, sebelum melakukan terapi, terapis secara sengaja, terstruktur, dan sistematis membimbing klien, dengan teknik tertentu, untuk mengakses dan memunculkan trance yang biasa klien alami. Berbeda dengan trance yang secara alamiah klien alami, yang sangat sulit atau tidak bisa mereka kendalikan secara sadar, terapis, dalam proses membantu klien, bisa membimbing klien masuk ke kedalaman trance tertentu, memperdalam trance, atau justru mengurangi kedalaman trance yang dialami klien sesuai dengan tujuan dan teknik terapi yang digunakan. Terapis dapat mempertahankan klien di kedalaman trance tertentu, melakukan terapi, dan setelahnya membimbing klien keluar dari trance.

Dengan pemahaman ini, saat klien mengatakan bahwa ia tidak bisa dihipnosis atau tidak bisa masuk kondisi hipnosis saat dibimbing oleh terapis maka yang terjadi sesungguhnya adalah klien, karena sesuatu hal, biasanya karena adanya perasaan takut, tidak merespon bimbingan terapis sehingga tidak bisa mengakses kondisi trance alamiah yang biasa ia alami.

Kemungkinan lain klien tidak bisa dibimbing masuk kondisi hipnosis atau trance adalah karena memang terapisnya tidak cakap. Bisa juga terjadi klien sebenarnya sudah trance namun ia merasa tidak atau belum masuk kondisi hipnosis karena pemahaman yang kurang tepat atau salah tentang trance.

Beberapa pemahaman yang salah ini antara lain saat dalam kondisi hipnosis seseorang akan kehilangan kesadaran, atau pikirannya berhenti total, atau tubuhnya menjadi sangat rileks sehingga sulit/tidak bisa digerakkan, atau tidak bisa memikirkan hal lain, atau tidak bisa mendengar suara lain selain suara terapis, atau ia akan menjadi seperti robot yang melakukan apapun yang diminta oleh terapis.

Dengan memahami kedalaman trance dan fenomena mental dan fisik pada setiap kedalaman trance, terapis dalam membimbing klien ke kedalaman tertentu demi kebaikan klien.

Misalnya untuk melakukan regresi, terapis akan membimbing klien ke deep trance. Untuk anestesi dengan sugesti, terapis hanya perlu membimbing klien ke medium trance. Bila anestesi ini untuk operasi besar atau membantu wanita melahirkan dengan nyaman maka kedalaman yang dibutuhkan adalah deep trance

Baca Selengkapnya

Hipnoterapi Klinis untuk Mengatasi Perilaku Seksual yang Tidak Biasa

19 September 2014

Saya sengaja tidak menggunakan kalimat “penyimpangan seksual” karena menghindari kesan menghakimi. Perilaku seksual, dalam hemat saya, adalah tanggung jawab dan pilihan tiap individu. Dan apapun yang menjadi keputusan dan pilihan sepenuhnya adalah hak masing-masing dan perlu dihargai. Sebagai terapis, saya tidak dalam posisi membenarkan atau menyalahkan. Posisi saya netral dan hanya bertugas membantu klien mengatasi masalah mereka.

Dalam artikel ini yang dimaksud dengan perilaku seksual yang tidak biasa adalah homoseksual dan lesbian. Homoseksual, dalam pemahaman umum, adalah pria yang suka/cinta atau melakukan hubungan seks dengan sesama pria. Menurut KBBI, homoseks adalah hubungan seks dengan pasangan sejenis, bisa pria dengan pria atau wanita dengan wanita. Sedangkan lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya atau wanita homoseks. Untuk kondisi di mana hubungan yang melibatkan dua insan dengan jenis kelamin berbeda disebut dengan heteroseksual.

Saya teringat beberapa waktu lalu seorang klien pria, usia sekitar, 30 tahun, datang ke saya minta diterapi. Klien ini mengaku homoseks dan ia datang atas permintaan tantenya agar saya “betulkan” dan kembali menjadi pria “normal”.

Saya tentu tidak serta merta melakukan terapi. Melalui wawancara mendalam saya akhirnya tahu bahwa ia memutuskan menjadi homoseks karena alasan tertentu. Ia juga nyaman menjalani hidup sebagai homoseks.

Usai mendengar ceritanya saya bertanya, “Apa yang ingin saya bantu?”

“Apakah saya perlu berubah menjadi laki-laki normal yang suka dengan perempuan, bukannya menyukai sesama pria seperti yang sekarang saya jalani?” ia balik bertanya.

“Apakah Anda ingin menjadi pria normal seperti yang Anda sebutkan tadi?” tanya saya.

“Tidak. Saya nyaman dengan hidup seperti ini, sebagai homo” jawabnya tegas.

“Bila Anda sudah nyaman dan merasa tidak perlu berubah maka saya tidak perlu melakukan apapun” jawab saya.

Saya beberapa kali menangani kasus homoseks. Sedangkan untuk kasus lesbian jarang. Mungkin karena saya terapis pria sehingga wanita agak kurang nyaman bila mendiskusikan kondisi mereka dengan saya.

Ada asumsi yang salah di masyarakat yang menyatakan bahwa homoseks atau lesbian ini adalah karena faktor bawaan sejak lahir. Benar, bisa saja seseorang menjadi homoseks atau lesbian karena faktor genetik namun seringkali, dari pengalaman klinis kami, lebih disebabkan oleh pengaruh proses tumbuh kembang dan pengalaman traumatik seperti pelecehan seksual waktu kecil.

Dalam beberapa kasus homoseksual yang pernah saya tangani, setiap kali sebelum melakukan terapi saya selalu minta klien untuk konsultasi ke dokter terlebih dahulu. Biasanya dokter akan melakukan serangkaian tes untuk memastikan bahwa secara fisik ia benar-benar pria. Bila secara fisik ia adalah pria maka saya dapat membantu dengan hipnoterapi klinis.

Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang pernah kami tangani. Saya tidak menjelaskan teknik yang digunakan untuk membantu klien-klien ini karena akan sangat teknis. Demi menjaga kerahasiaan dan privasi saya mengganti nama klien yang diceritakan di artikel ini.  

Semua Wanita Jahat

Budi, mahasiswa berusia 20 tahun, datang ke saya karena ingin menjadi kembali normal. Menurutnya, kondisinya tidak normal karena ia adalah homoseks. Sebelum memutuskan menjalin relasi dengan beberapa pria, Budi pernah mencoba menjalin relasi dengan wanita namun gagal. Masa pacarannya, dengan beberapa wanita itu, hanya sekitar satu hingga tiga bulan. Walau ia sangat suka dengan pacarnya, demikian pula sebaliknya, namun tanpa alasan yang jelas hubungan mereka putus di tengah jalan. Ini terjadi beberapa kali.

Masih dari hasil wawancara diketahui bahwa saat menjalin relasi dengan sesama pria, dan terutama saat berhubungan seks Budi berperan sebagai wanita. Temuan ini sangat penting karena menunjukkan ia sebagai penerima bukan pemberi. Dan ia sebenarnya tidak menikmati hubungan seks yang dilakukan dengan pasangan prianya. Yang ia butuhkan adalah perhatian dan kasih sayang.

Melalui hipnoanalisis mendalam didapatkan temuan menarik. Saat masih kecil, sekitar usia lima tahun, Budi sempat mendapat perlakukan cukup kasar dari Ibunya. Saat Budi melakukan kesalahan yang sebenarnya sepele, si Ibu marah besar, memukul, dan mencakar wajah Budi.

Dalam kondisi yang takut sekali saat itu Budi berkata, “Memang perempuan itu jahat.” Kalimat ini tampak biasa saja, namun implikasinya sangatlah luar biasa. Apalagi bila diucapkan saat dalam kondisi emosi yang intens.

Kalimat “Memang perempuan itu jahat” adalah satu bentuk generalisasi dan menjadi program pikiran atau kepercayaan yang mengarahkan hidup Budi. Program ini yang membuat Budi tidak bisa menjalin relasi dengan wanita hingga akhirnya ia memutuskan menjalin relasi dengan pria.

Saat pengalaman traumatik ini berhasil diselesaikan di pikiran bawah sadarnya, dorongan untuk berhubungan dengan pria langsung berhenti.

Saya Malu Menjadi Wanita

Seorang klien wanita usia 35 tahun, sebut saja sebagai Ani, tertarik pada sesama wanita karena ia merasa lebih nyaman menjadi seorang pria. Ia benci menjadi seorang wanita, padahal secara fisik ia wanita tulen, bisa hamil, dan sudah punya anak.

Melalui proses pencarian di pikiran bawah sadarnya ditemukan bahwa ia mengalami penolakan oleh ayahnya sejak dalam kandungan. Saat itu ayahnya berkata pada ibunya, “Saya mau anak kita berikut ini laki. Saya tidak mau kalau ini perempuan.”

Saat Ani lahir, dan ternyata adalah perempuan, ayahnya menolak untuk melihatnya. Ayahnya juga tidak mau menimangnya. Demikianlah penolakan ini berlanjut hingga ke masa remajanya. Ayahnya berulang kali menyampaikan pada Ani bahwa sebenarnya ia berharap Ani adalah anak laki, bukan perempuan.

Sikap dan perilaku ayahnya juga mendorong Ani untuk tumbuh besar menjadi “laki-laki”. Ayahnya sama sekali tidak memberi penghargaan bila Ani berhasil mencapai prestasi tertentu di bidang yang biasa dilakukan anak perempuan, misalnya menari, menyanyi, melukis. Namun, saat Ani berhasil juara di bidang yang biasa dilakukan anak laki, misalnya lomba tarik tambang, karate, panjat dinding, maka ayahnya memberi penghargaan secara luar biasa.

Ternyata dorongan Ani untuk suka pada sesama wanita didorong oleh satu Bagian Diri yang ingin menonjol dan menjadi pria agar mendapat penghargaan, pengakuan, dan penerimaan dari ayahnya. Kerinduan inilah yang selama ini mendorong ia untuk terus berusaha menjadi pria dengan segala karakternya.

Saat pengalaman traumatik yang berasal dari penolakan si ayah berhasil diatasi, Ani akhirnya bisa menerima dirinya seutuhnya dan justru merasa sangat bersyukur dan bahagia menjadi seorang wanita. Ia juga bisa memahami dan memaafkan ayahnya dengan tulus dan ikhlas.

Saya Mau dengan Pria tapi Takut

Satu klien lagi, Rita, 27 tahun, mengaku sulit bila menjalin relasi dengan pria. Ada perasaan takut yang tidak jelas asalnya setiap kali ia menjalin relasi dengan pria. Ia lebih nyaman bila berhubungan dengan wanita, termasuk dalam hal seks. Dari hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada pengalaman traumatik yang membuat Rita sulit menjalin relasi dengan pria dan lebih nyaman dengan wanita. Rita pertama kali berhubungan seks dengan sesama wanita, teman kosnya, saat ia masih SMA.

Namun, dari hasil penggalian di pikiran bawah sadarnya ditemukan hal menarik. Rita, saat masih kecil, usia sekitar 6 tahun, beberapa kali mengalami pelecehan seksual oleh pembantu pria yang bekerja di rumahnya. Secara sadar, setelah dewasa, Rita tidak lagi ingat kejadian ini. Rupanya, pikiran bawah sadar Rita secara sengaja menyembunyikan pengalaman traumatik ini sehingga Rita mengalami amnesia.

Perasaan takut pada pria karena pernah mengalami pelecehan seksual waktu kecil dan juga kenikmatan yang ia dapat saat berhubungan dengan teman satu kosnya telah mendorong Rita untuk menjadi seorang lesbian.

Saat emosi pada dua pengalaman ini berhasil diselesaikan maka Rita tidak lagi takut dengan pria dan tidak lagi tertarik pada wanita. Ia kini merasa nyaman dan aman menjalin relasi dengan pria.

Pada beberapa kasus lain, ada klien pria atau wanita yang melakukan seks bebas, umumnya dengan pria atau wanita yang lebih tua, demi mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari seseorang yang dipandang bisa mengganti ayah atau ibunya. Klien ini pada masa kecilnya sering diabaikan atau tidak mendapat kasih sayang yang cukup.  

Kesimpulannya, bila homoseks dan lesbian bukan disebabkan oleh faktor fisik maka dapat dibantu dengan hipnoterapi klinis, dengan catatan klien bersedia menjalani sesi konseling dan atau terapi atas kesadarannya sendiri. Bila klien datang karena permintaan orang lain, misalnya keluarga, maka hasilnya tidak akan pernah bisa maksimal.

 

 

Baca Selengkapnya

Penguatan Negatif : Manfaat dan Risikonya

9 September 2014

Baru-baru ini saya menyaksikan video pelatihan berbasis terapi yang saya beli di luar negeri dan menemukan beberapa hal menarik dan penting untuk dibahas dari sudut ilmu pikiran. Pelatihan ini diselenggarakan di Amerika oleh salah satu trainer terkenal yang diundang sebuah lembaga keuangan terkemuka dengan tujuan meningkatkan penjualan.

Salah satu komponen penting dalam upaya meraih sukses, selain perencanaan atau strategi yang matang dan terukur, adalah tindakan. Perencanaan sebaik apapun tidak akan bisa membuahkan hasil bila tidak diwujudkan dalam upaya tindakan konsisten.

Masalahnya, perencanaan seringkali hanya tinggal perencanaan. Perencanaan dibuat dengan sangat cermat hanya untuk tidak dilaksanakan karena berbagai alasan. Yang paling sering adalah penundaan tindakan berkelanjutan.

Dalam konteks penjualan, penundaan atau ketiadaan tindakan tentu sangat merugikan. Target yang telah ditetapkan tidak tercapai dan motivasi menurun drastis seiring waktu berjalan.

Menyikapi hal ini perusahaan atau lembaga tentu tidak tinggal diam. Berbagai upaya dilakukan untuk membangkitkan semangat para karyawan atau tenaga penjual untuk melakukan tidakan sistematis, terstruktur, dan masif untuk bisa segera meningkatkan kinerja dan omzet penjualan.

Salah satu cara untuk membangkitkan semangat atau motivasi adalah dengan mengundang trainer dan menyelenggarakan pelatihan transformasi diri yang berlangsung selama beberapa hari. Saat ini pelatihan pengembangan diri, khususnya untuk peningkatan penjualan, sudah tidak lagi sekedar bermain di ranah motivasi pikiran sadar, tapi sudah masuk ke pelatihan berbasis terapi yang menitikberatkan otak-atik pikiran bawah sadar dengan berbagai cara atau teknik. Hal yang sama juga saya dengar dari seorang country manager di Jakarta yang berkantor pusat di Swedia.

Perkembangan positif ini tentu sangat menggembirakan. Pelatihan yang semata bermain di ranah motivasi berbasis pikiran sadar atau kekuatan kehendak (will power), seperti yang selama ini diketahui, bisa memotivasi peserta pelatihan namun hanya untuk waktu singkat. Setelahnya, peserta kembali lagi ke pola lama. Ini tentu akan sangat melelahkan dan membutuhkan biaya yang besar karena pelatihannya perlu sering diulang.

Sebaliknya, pelatihan berbasis terapi, bila dilakukan dengan metodologi yang benar dapat memberikan hasil yang sangat maksimal dalam waktu pelatihan hanya beberapa hari.

Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang pasti dilakukan oleh setiap trainer yang menyelenggarakan pelatihan transformasi diri berbasis terapi, termasuk yang dilakukan trainer dalam video yang saya tonton. Informasi ini disampaikan kepada para pembaca sebagai pengetahuan yang semoga bermanfaat bila mengikuti pelatihan berbasis terapi.

Untuk bisa melakukan otak-atik pikiran bawah sadar, ada yang menyebutnya pemrograman ulang, atau mengatasi mental block, perlu ditetapkan terlebih dahulu apa yang akan diubah. Ini adalah target perubahan yang akan dilakukan. Misalnya, perasaan tidak percaya diri, takut penolakan, suka menunda, akan diubah menjadi percaya diri, berani, giat dan semangat bekerja.

Langkah selanjutnya adalah masuk ke pikiran bawah sadar. Untuk ini trainer perlu mampu membimbing para peserta menembus faktor kritis (critical factor) pikiran sadar mereka. Faktor kritis berfungsi sebagai filter mental yang akan menyaring informasi atau data yang akan masuk ke pikiran bawah sadar. Penyaringan dilakukan dengan membandingkan data yang akan masuk dengan data yang telah ada di pikiran bawah sadar. Bila data tidak sesuai, sama, atau sejalan pasti ditolak. Bila faktor kritis berhasil ditembus maka tidak ada lagi filter yang menyaring data dan dengan demikian data akan dengan mudah dimasukkan ke pikiran bawah sadar.

Sebenarnya, walau faktor kritis pikiran sadar sudah berhasil ditembus, data yang masuk masih harus melewati empat filter pikiran bawah sadar. Filter ini adalah filter keselamatan hidup, filter moral/agama, filter benar/salah, dan filter masuk akal atau tidak. Bila berhasil melewati lima filter ini, satu filter di pikiran sadar dan empat di pikiran bawah sadar barulah data diterima oleh pikiran bawah sadar.

Dalam konteks pelatihan, ada banyak teknik yang bisa digunakan untuk menembus faktor kritis yaitu relaksasi mental, melelahkan fisik dan mental, dan menggunakan emosi.

Relaksasi mental dilakukan dengan serangkaian induksi verbal dengan tujuan membimbing peserta pelatihan menjadi rileks secara mental dan gelombang otak mereka turun dari yang dominan beta menjadi dominan alfa dan theta. Untuk melakukan ini trainer harus sangat fasih dan cakap melakukan induksi, pendalaman kondisi rileksasi mental dengan teknik yang sesuai, dan cermat karena induksi dilakukan secara massal, bukan perseorangan. Teknik ini bisa dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan.

Walau tujuannya sama namun teknik melelahkan fisik dan mental sangat berbeda dengan teknik rileksasi mental. Teknik melelahkan fisik dan mental dicapai dengan trainer secara sengaja melakukan pelatihan dalam waktu yang sangat panjang. Biasanya mulai pagi jam 08.00 sampai subuh jam 02.00 dan bahkan ada yang sampai jam 04.00. Selanjutnya peserta hanya diberi waktu istirahat yang sangat sedikit dan diminta berkumpul kembali di ruang pelatihan jam 08.00.

Kelelahan fisik yang dialami akibat kurang istirahat (tidur) selama beberapa hari, karena harus mengikuti pelatihan mulai pagi hingga subuh, juga mengakibatkan kelelahan mental. Setelah beberapa hari kurang tidur maka resistensi peserta terhadap sugesti yang diberikan trainer menjadi lemah dan sugesti dapat dengan mudah masuk ke pikiran bawah sadar.

Kondisi turunnya resistensi akibat kelelahan fisik dan mental ini tentu ada sisi positif dan negatif. Positifnya adalah para peserta secara konsisten berada dalam kondisi trance selama mengikuti pelatihan. Dengan demikian sugesti yang diberikan akan sangat mudah masuk ke pikiran bawah sadar mereka. Negatifnya, ucapan, pikiran, bacaan, apa yang didengar atau ditonton, sadar atau tidak bersifat dan berlaku sebagai sugesti yang juga langsung masuk ke pikiran bawah sadar. Dalam hal ini pikiran bawah sadar sangat terbuka dan rentan terhadap berbagai data yang berasal dari lingkungan. Bila data yang masuk sifatnya positif dan menguntungkan maka efeknya juga positif. Namun bila data yang masuk sifatnya kontraproduktif maka itulah yang akan dialami oleh peserta.

Teknik ketiga adalah menggunakan emosi. Dalam hal ini trainer secara sengaja membangkitkan emosi peserta pelatihan. Saat emosi muncul dan dirasakan, pada saat itulah faktor kritis berhasil ditembus dengan mudah. Yang perlu dicermati adalah emosi apa yang dimunculkan atau digunakan sebagai kunci membuka faktor kritis. Ada pelatihan yang berfokus pada emosi negatif seperti perasaan takut, cemas, khawatir, benci, dendam, perasaan malu, dan perasaan bersalah, dan ada juga yang fokus pada perasaan positif seperti cinta kasih, senang, damai, bahagia, perasaan diri layak dan berharga, semangat untuk berbagi dengan sesama, dan berbagai perasaan positif lainnya.

Kembali pada judul artikel ini, sekarang saya secara khusus akan membahas mengenai penguatan negatif. Penguatan negatif adalah satu bentuk pemrograman pikiran bawah sadar menggunakan visualisasi yang dipadu dengan sugesti verbal, dan emosi negatif yang intens.

Cara melakukannya adalah sebagai berikut. Trainer akan membimbing peserta menyusuri garis waktu (time line) menuju ke masa depan, misal beberapa bulan, setahun, dua tahun, lima tahun, hingga sepuluh tahun. Istilah teknisnya future pacing.

Untuk setiap batas waktu ini trainer membimbing peserta membayangkan hal negatif yang akan terjadi bila mereka tidak berhasil mencapai target atau goal yang telah ditetapkan. Di sinilah pemrograman berbasis emosi negatif dilakukan. Peserta diminta membayangkan dan merasakan betapa, akibat mereka tidak sungguh bekerja dan gagal mencapai goal, menderitanya orang-orang yang mereka kasihi seperti pasangan, anak, dan orangtua karena kegagalan mereka.

Skenario yang digunakan berbeda pada setiap batas waktu. Biasanya di awal, misal di batas waktu setahun ke depan, skenarionya belum terlalu parah atau negatif. Semakin lama semakin negatif dan intensitas emosi negatif yang digunakan juga semakin tinggi.

Yang lebih luar biasa lagi, dalam pelatihan ini trainer meminta peserta membayangan bagaimana kedua orangtuanya sakit, tidak bisa mendapat perawatan dokter yang seharusnya, hingga sangat menderita dan meninggal akibat ia tidak melakukan kerja atau usaha yang seharusnya dilakukan dalam mengejar target atau goal yang telah ditetapkan. Akibatnya peserta merasa sangat bersalah, menyesal, sedih, dan juga marah pada dirinya sendiri karena merekalah yang menyebabkan semua ini terjadi.

Setelah peserta merasakan berbagai emosi negatif yang berasal dari “masa depan” karena mereka tidak berhasil mencapai goal, peserta dibawa kembali ke masa sekarang dan diberi sugesti, “Ini semua belum terjadi. Anda bisa mengubah situasi ini.”

Dari sudut ilmu pikiran, pelatihan seperti ini sangat berisiko. Walau telah diberi sugesti “Ini semua belum terjadi”, di pikiran bawah sadar peserta semuanya telah terjadi. Emosi yang dirasakan, walau seolah-olah berasal dari masa depan, sebenarnya dirasakan di masa sekarang karena pikiran hanya mengenal satu waktu, sekarang.

Di sesi lainnya, seperti yang saya saksikan di video itu, para peserta diminta untuk menuliskan target atau impiannya di atas foto orang yang sangat mereka kasihi. Kemudian mereka diminta untuk berjanji pada orang ini bahwa mereka akan melakukan apapun untuk bisa mencapai goal ini. Trainer meminta peserta mengucapkan janji ini berkali-kali, bahkan sambil berteriak.

Setiap kali peserta berteriak, emosi yang terlibat juga semakin intens dan ini secara otomatis menempatkan peserta dalam kondisi trance yang dalam. Apalagi dengan diprovakasi bahwa mereka tidak serius dengan janji mereka. Provokasi ini terus dilakukan hingga sampai satu titik di mana peserta tampak histeris.

Salah satu peserta bahkan berteriak histeris, sambil menangis dan memeluk foto anaknya, berkata, “Papa pasti berikan apapun yang kamu minta.” Sekilas sugesti diri ini tampak sangat bagus. Namun, dalam jangka panjang akan tidak baik bagi peserta ini. Akibat sugesti yang masuk ke pikiran bawah sadarnya dalam kondisi trance yang dalam, dengan emosi sangat intens, di masa depan ia tidak akan bisa atau sangat sulit menolak permintaan anaknya, walau sebenarnya ia tahu ini tidak baik atau tidak boleh.

Apakah penguatan negatif bisa meningkatkan penjualan? Tentu sangat bisa. Pelatihan ini tentu sangat mendorong peserta untuk bersungguh-sungguh melakukan kerja atau upaya untuk mencapai goal. Yang perlu diperhatikan dan disayangkan adalah dorongan atau motivasi untuk berhasil dilandasi dengan emosi negatif seperti takut, khawatir, malu, dan terutama perasaan bersalah. Ini bukanlah cara bijak untuk menimbulkan motivasi internal.

Bila ternyata goal berhasil dicapai maka program yang telah ditanamkan di pikiran bawah sadar peserta pelatihan dengan penguatan negatif, yaitu keluarganya akan menderita bila ia tidak mencapai goalnya, dan berbagai emosi yang menyertai visualisasi ini bila ia gagal, seperti perasaan takut, cemas, sedih, menyesal, dan bersalah, tidak akan ia alami.

Apakah mungkin peserta tidak berhasil mencapai goalnya walau telah dibantu dengan pemberian sugesti atau pemrograman pikiran bawah sadar? Jawabannya, “Sangat mungkin.”

Data atau program yang telah berhasil masuk atau dimasukkan ke pikiran bawah sadar tidak berarti pasti bekerja seperti yang diharapkan. Program ini akan bersaing dengan program lain yang telah lebih dulu ada di pikiran bawah sadar. Kekuatan masing-masing program ini akan menentukan perilaku atau tindakan seseorang. Bila program baru lebih kuat dari program lama maka peserta akan bertindak seperti yang mereka inginkan, sejalan dengan tujuan pelatihan. Bila program lama lebih kuat maka peserta tidak akan mengalami perubahan berarti.

Apa yang akan terjadi bila ternyata mereka tidak berhasil mencapai goal itu? Yang terjadi adalah bisa saja keluarganya tidak menderita seperti yang dibayangkan. Keluarganya baik-baik saja. Namun…. skenario yang pernah ditanamkan di pikiran bawah sadarnya tetap akan berjalan. Walau dalam kondisi riil keluarganya baik-baik saja namun di pikiran bawah sadar semuanya bisa terjadi persis seperti yang telah diprogramkan karena ia gagal mencapai target. Ini tentu akan sangat tidak baik dan merugikan hidup peserta pelatihan ini.

Saya bisa memahami alur pikir trainer ini yang mendasari pelatihannya pada pemikiran bahwa motivasi dan perilaku manusia didorong oleh dua kebutuhan dasar yaitu menghindari rasa sakit (pain) dan mengejar rasa senang (pleasure). Ini adalah pandangan behavioristik yang belum tentu cocok diterapkan pada setiap orang dan dalam setiap situasi.

Manusia adalah makhluk berakal budi. Ada cara lain yang lebih bijak, menurut hemat saya, untuk memotivasi seseorang untuk bertindak dan maju. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kesadaran diri, kebermaknaan hidup, dan menemukan hasrat (passion) dan tujuan hidup yang sesungguhnya.    

 

 

Baca Selengkapnya

Pengaruh Cinta, Perhatian, dan Kasih Sayang Terhadap Perkembangan Otak dan Perilaku Anak

1 September 2014

Setiap orangtua menyadari pentingnya asupan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan anak. Selain nutrisi fisik orangtua juga perlu memerhatikan nutrisi psikis. Namun yang sering terjadi adalah orangtua lebih fokus pada pemberian nutrisi fisik dan abai dengan nutrisi psikis. Anak yang semasa pertumbuhannya kurang mendapat nutrisi psikis akan mengalami banyak gangguan dan hambatan yang tampak dalam pertumbuhan fisik, mental, dan emosi anak yang kurang optimal.

Nutrisi psikis yang dimaksud adalah cinta, perhatian, dan kasih sayang yang diwujudkan dalam ucapan, tindakan, sentuhan, dan tutur kata lembut terhadap anak. Bentuk atau ungkapan perasaan cinta, perhatian, dan kasih sayang orangtua kepada anak dapat dilakukan dengan lima bahasa kasih yaitu menyediakan waktu berkualitas, memberi pujian atau kata-kata yang mendukung, tindakan pelayanan, sentuhan fisik, dan pemberian hadiah. Kelima bahasa kasih ini perlu dilengkapi dengan tatapan mata saat orangtua berkomunikasi dengan anak.

Dalam banyak kasus anak “bermasalah” yang saya tangani, saya selalu mensyaratkan untuk jumpa kedua orangtua terlebih dahulu sebelum saya bertemu dengan anak. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menggali berbagai informasi penting seperti kualitas relasi kedua orangtua, aturan dan nilai dan konsistensi pemberlakuannya di rumah, siapa pengasuh utama, siapa saja yang tinggal serumah dengan anak, dengan siapa anak paling banyak menghabiskan waktunya, siapa orangtua yang lebih dominan, apa peran masing-masing orangtua dalam membesarkan anak, pilihan kata yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, sampai dengan interaksi harian antara orangtua dan anak.  

Pengalaman selama ini dalam membantu anak yang dianggap bermasalah menemukan fakta menarik penting. Hampir semua masalah berawal dari pola asuh yang tidak tepat yang dilakukan orangtua sejak anak lahir. Dalam beberapa kasus terungkap bahwa sumber masalah bahkan bermula sejak anak masih dalam kandungan. Umumnya anak-anak ini mengalami pengalaman traumatik baik berupa kekerasan fisik dan terutama psikis seperti pengabaian dan tidak mendapat cinta, perhatian, dan kasih sayang yang semestinya.

Dari sudut psikologi dan teknologi pikiran kita dapat menelaah sebab terciptanya perilaku yang dianggap bermasalah. Dan tentu akan sangat mencerahkan bila pemahaman ini dilengkapi dengan pengetahuan yang bersumber dari ranah neurosains.

Ibarat sekuntum bunga yang tidak akan tumbuh mekar maksimal bila tidak mendapat cukup sinar matahari demikian pula otak anak yang tidak akan bertumbuh maksimal tanpa pengalaman positif yang ia dialaminya melalui interaksi bermakna dengan lingkungan.

Perkembangan jaringan otak dimulai sejak dalam kandungan mengikuti program genetik yang berasal dari orangtua. Namun, setelah anak lahir, pertumbuhan otaknya sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman hidupnya melalui interaksi dengan lingkungan, terutama kedua orangtua atau pengasuh utama. Yang dimaksud pengasuh utama adalah siapa saja yang menghabiskan paling banyak waktu dan interaksi dengan anak.

Setelah lahir otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan ini terutama pada volume dan kerumitan koneksi antarneuron. Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi di prefrontal cortex (PFC) di usia antara 6 hingga 12 bulan. PFC adalah wilayah otak, letaknya di atas mata, yang menjalankan fungsi perencanaan, pengaturan, pemecahan masalah, pemusatan perhatian, kepribadian, kendali diri, emosi, dan perilaku.

Untuk dapat bertumbuh pesat dan maksimal otak membutuhkan banyak nutrisi, baik yang berasal dari makanan dan terutama nutrisi cinta dan kasih sayang dari orangtua atau pengasuh utama.

Banyak studi yang dengan jelas menunjukkan anak yang tidak mendapat cinta, perhatian, dan kasih sayang mengalami gangguan pertumbuhan otak. Wilayah otak yang paling terpengaruh akibat kurang cinta, perhatian, dan kasih sayang adalah prefrontal cortex dan orbitofrontal cortex (OFC).

Nutrisi cinta dan kasih sayang merangsang otak bayi untuk menghasilkan beta-endorphin, neuropeptida yang memberi rasa senang dan nyaman, dan menyebar ke seluruh otak dan tubuh bayi.

Di otak, beta-endorphin ini mencapai OFC, bagian dari PFC yang letaknya di atas mata, dan membantu pertumbuhan sel otak di sini. Dan pada saat yang bersamaan dopamin dilepas dari batang otak, juga mencapai PFC, dan turut membantu pertumbuhan sel otak. OFC sebagian besar berkembang sejak lahir dan matang sekitar usia satu tahun.

Ada banyak fungsi penting OFC antara lain untuk penyesuaian sosial, kendali suasana hati, dorongan bertindak dan tanggung jawab, dan sangat penting dalam menentukan kepribadian individu.

Anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan pada pertumbuhan OFC bereaksi pada situasi negatif atau menantang tanpa berpikir panjang atau tidak mampu secara sadar mengendalikan respon mereka.

Dopamin jalam jumlah besar yang bersirkulasi di otak memberikan sangat banyak manfaat. Dopamin terlibat dalam pemrosesan pengalaman secara positif. Dengan demikian anak menjadi lebih positif, menghadapi situasi atau pengalaman hidup dengan lebih positif, dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi, orang, atau lingkungan baru dengan lebih cepat.

Sejalan dengan pertumbuhan anak, jumlah dan koneksi antarneuron juga bertumbuh secara luar biasa. Hingga pada satu titik otak melakukan pemangkasan koneksi yang tidak dibutuhkan. Proses pemangkasan ini dipengaruhi oleh pengalaman hidup anak. Pemangkasan lebih sedikit terjadi pada anak yang tumbuh di lingkungan positif dibandingkan dengan anak yang tumbuh di lingkungan penuh tekanan, stres, atau mengalami pengabaian.

Salah satu akibat dari PFC yang tidak bertumbuh optimal akibat pengalaman masa kecil yaitu anak cenderung, saat dewasa, menjadi individu yang mudah mengalami stres, depresi, sulit menyesuaikan diri, cenderung menunjukkan perilaku antisosial.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan positif menjadi individu yang positif, secara emosi stabil dan matang, mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai situasi, lebih mampu mengendalikan diri, lebih memiliki rasa belas kasih, dan perasaan terhubung dengan orang lain.

Orangtua pada umumnya tidak tahu bahwa otak bayi sangat mampu menilai kondisi emosi orangtuanya dengan membaca ekspresi wajah dan ukuran pupil mata. Pupil mata yang melebar oleh otak bayi dimaknai sebagai perasaan bahagia. Bila orangtua bahagia, dan ini diketahui oleh otak bayi atau anak, maka secara instingtif otak bayi akan menghasilkan senyawa kimiawi yang juga membuatnya bahagia. Dari hasil studi diketahui kondisi ini juga mengaktifkan wilayah otak kiri depan yang berhubungan dengan empati. Perasaan sedih tentu memberi pengaruh yang sebaiknya dan mengaktifkan wilayah depan otak sebelah kanan.

Selain peka dengan ekspresi wajah dan membaca pupil mata, bayi juga sangat peka merasakan emosi yang sedang dialami orangtua atau pengasuh utamanya. Seringkali saat orangtua, khususnya ibu, sedang mengalami emosi negatif seperti cemas, takut, khawatir, marah, atau sedih maka anaknya menjadi rewel atau lebih sering menangis karena bisa merasakan yang sedang dirasakan ibunya.

Studi yang dilakukan oleh para dokter di Wayne State University, menggunakan piranti pemindai PET, memeriksa otak dari sepuluh anak (enam laki, dan empat perempuan) usia sekitar sembilan tahun, yang sejak kecil hidup di panti asuhan, menemukan bahwa beberapa wilayah otak mereka sangat kurang aktivitasnya, dibandingkan dengan anak normal yang hidup di rumah bersama orangtua mereka. Wilayah otak ini juga meliputi OFC.

Studi lain menunjukkan anak yang besar dalam kondisi kekurangan atau tidak mendapat cinta, kasih sayang, dan perhatian menunjukkan keterlambatan pertumbuhan emosi dan sosial dan juga menunjukkan berkembangnya perilaku agresif, hiperaktivitas, dan bahkan menunjukkan gejala yang serupa dengan autisme, semua sebagai akibat dari pertumbuhan otak yang tidak optimal.

Ungkapan cinta, perhatian, dan kasih sayang kepada anak dalam bentuk sentuhan fisik juga sangat baik karena merangsang otak dan tubuh anak dan orangtuanya menghasilkan oksitosin. Oksitosin berguna untuk meredam efek negatif perasaan cemas dan takut yang berasal dari amygdala. Kekurangan oksitosin mengakibatkan anak akan cenderung menerjemahkan banyak kejadian di lingkungannya sebagai hal yang mengancam atau membahayakan dirinya.

Baca Selengkapnya

Manfaat Meditasi Cinta Kasih

22 Agustus 2014

Kita tahu dan juga sangat dianjurkan untuk berbuat baik atau melakukan kebaikan. Kita juga sangat dianjurkan untuk bisa mengembangkan perasaan belas kasih (compassion) pada sesama. Semakin sering melakukan kebaikan, semakin kita mengembangkan perasaan belas kasih, kita akan menjadi pribadi yang semakin baik dan semakin bahagia.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa melakukan kebaikan mengaktifkan wilayah otak yang sama dengan yang diaktifkan oleh obat-obatan adiktif. Orang yang melakukan kebaikan merasakan kegembiraan atau kebahagiaan karena otak menghasilkan opiat endogen yang lebih dikenal dengan endorfin. Endorfin adalah morfin yang dihasilkan secara alamiah oleh tubuh dan memberi efek “high” sama seperti morfin atau heroin.

Saat kita melakukan kebaikan otak tidak hanya menghasilkan endorfin namun juga serotonin, dan dopamin. Ini sangat membantu meningkatkan suasana hati dan membuat kita merasa lebih positif dan optimis. Endorfin, yang memiliki pengaruh ke tubuh seperti morfin, juga dapat mengatasi rasa sakit yang diderita seseorang.

Bila kebaikan yang kita lakukan melibatkan interaksi dengan orang lain maka otak akan menghasilkan hormon oksitosin yang berfungsi memperkuat ikatan perasaan dengan orang lain. Dengan demikian kebaikan sangat baik untuk mengatasi suasana hati yang kurang baik dan meningkatkan perasaan bahagia.

Oksitosin adalah neuropeptida yang tersusun dari sembilan asam amino dan berperan dalam meningkatkan rasa percaya antarindividu, membantu proses pencernaan, mengurangi radang, mengurangi simtom IBS, membuat kita mampu membaca emosi yang sedang dialami orang lain, dan melindungi dari kanker. Oksitosin berperan dalam kontraksi yang dialami wanita saat melahirkan dan juga membantu wanita menyusui menghasilkan lebih banyak ASI.

Manfaat lain melakukan kebaikan adalah menunda penuaan. Penelitian tahun 1999 di California melibatkan 1.972 responden yang dilakukan oleh The Buck Institute of Age Reseach, California, menemukan bahwa para relawan yang aktif membantu di dua atau lebih organisasi memiliki tingkat mortalitas 44% lebih rendah daripada mereka yang bukan relawan.

Otak manusia pada dasarnya dirancang untuk mengalami perasaan belas kasih. Dengan demikian belas kasih adalah kondisi alamiah kita. Itu sebabnya saat kita melihat penderitaan atau kesusahan orang lain tanpa perlu upaya sadar kita bisa merasa kasihan dan berharap orang lain itu bisa segera mengatasi masalahnya dan menjadi bahagia.

HaI ini tampak dari hasil pemindaian otak. Saat seseorang melihat orang lain menderita atau sakit secara otomatis wilayah otak yang menangani perasaan belas kasih aktif. Otak, dalam hal ini, tidak bisa membedakan apakah penderitaan atau sakit ini dialami oleh diri sendiri atau orang lain.

Belas kasih juga dapat dilatih sehingga menjadi semakin kuat. Dari penelitian yang dilakukan pada para rahib Buddhis Tibet ditemukan bahwa praktik meditasi cinta kasih yang mereka lakukan selama bertahun-tahun telah memengaruhi wilayah otak lobus frontal kiri, satu wilayah otak yang memang berhubungan dengan perasaan belas kasih. Para peneliti juga menemukan, melalui pengukuran, bahwa “daya listrik” otak para rahib Buddhis ini sangatlah kuat dan jauh melampaui hasil pengukuran pada orang biasa.

Apa hubungan cerita di atas dengan meditasi cinta kasih?

Sebelum melanjutkan uraian perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang meditasi cinta kasih (MCK) atau loving-kindness meditation. Meditasi adalah upaya sadar untuk menjadi sadar, sadar akan keadaan sekeliling, sadar akan gerakan pikiran, sadar akan kondisi sadar. Intinya, meditasi adalah kita selalu sadar dan hidup di saat ini.

Dalam konteks meditasi cinta kasih, yang dilakukan biasanya dengan postur duduk yang nyaman dan mata tertutup, maka meditasi adalah upaya sadar untuk mengarahkan perhatian dari fokus luar ke dalam, ke objek meditasi.

Manfaat MCK yang dilakukan secara teratur dan konsisten sangat signifikan. Penelitian yang dilakukan tahun 2008 oleh psikolog Barbara Frederickson dari University of North Carolina, melibatkan 139 orang, menunjukkan bahwa melakukan MCK secara konsisten selama tujuh minggu meningkatkan perasaan positif seperti cinta, bahagia, syukur, puas, pengharapan, rasa diri berharga, perhatian, girang, dan kagum. Semua ini memengaruhi pelaku meditasi dalam banyak hal. Mereka merasa lebih tahu tujuan yang ingin dicapai dan merasa lebih mampu menjalani hidup dengan lebih baik. Mereka juga menikmati peningkatan kualitas kesehatan dan relasi yang lebih baik.

Manfaat lain dari eksperimen ini yaitu emosi positif yang mereka rasakan dan alami setiap minggu semakin meningkat seiring praktek meditasi yang mereka lakukan. Menggunakan skala Likert, di minggu pertama terjadi peningkatan emosi positif sebesar 0,06 unit untuk setiap jam meditasi. Namun setelah praktik meditasi selama tujuh minggu, setiap jam meditasi setara dengan peningkatan emosi positif sebesar 0,17 unit.

Riset lain menemukan bahwa mempraktikkan MCK sangat baik untuk mengatasi rasa sakit. Penelitian di tahun 2005 melibatkan orang yang mengalami sakit punggung bawah kronis, melakukan MCK selama delapan minggu secara signifikan mampu mengurangi rasa sakit, perasaan cemas, kemarahan, dan stres.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mungkin hanya dengan duduk, menutup mata, dan melakukan MCK kita bisa mendapat begitu banyak manfaat seperti yang telah dijelaskan di atas?

Semua ini bisa terjadi dan dipahami bila dijelaskan dari sudut ilmu pikiran. Salah satu sifat pikiran, lebih spesifik lagi pikiran bawah sadar, yaitu tidak bisa membedakan hal nyata dan imajinasi. Dengan demikian saat kita menutup mata dan melakukan MCK bagi pikiran bawah sadar apa yang kita imajinasikan benar-benar terjadi. Dan respon fisik mengikuti imajinasi kita.

Sama seperti bila kita diminta menutup mata dan membayangkan minum air jeruk nipis yang masam. Hanya dengan membayangkan melakukan hal ini air liur kita keluar dengan deras seolah-olah benar-benar sedang minum air jeruk yang masam.

Lalu, bagaimana cara melakukan MCK?

Lakukan langkah berikut:

     · Duduk dengan posisi yang nyaman. Kaki tidak harus dalam posisi bersila. Anda bisa duduk di kursi dan kaki menapak lantai. Intinya, tubuh Anda rileks dan nyaman.

     · Fokus pada napas, napas masuk, napas keluar, untuk beberapa saat.

    · Saat pikiran dan tubuh sudah terasa tenang dan nyaman niatkan untuk membayangkan diri Anda.

    · Setelah gambar diri Anda muncul, ucapkan dalam hati “Semoga Anda sehat dan bahagia” berulang kali sambil dari hati Anda mengirim perasaan sayang dan cinta Anda kepada diri Anda yang ada di dalam gambar mental Anda.

    · Setelah dirasa cukup, ganti gambar diri Anda dengan orang dekat atau keluarga Anda, orang yang Anda kasihi. Lakukan hal yang sama seperti yang telah Anda lakukan pada diri Anda sendiri. Lakukan bergantian, satu per satu.  

   · Selanjutnya munculkan gambar teman atau rekan kerja Anda. Lakukan hal yang sama.

    · Lakukan hal yang sama kepada orang yang telah menyakiti hati Anda, orang yang telah melukai hati Anda, atau musuh Anda.

Anda tidak harus melakukan MCK ini kepada banyak orang dalam satu sesi. Anda bisa melakukannya dalam beberapa sesi. Misal, dalam sesi pertama Anda melakukan MCK pada 5 orang. Di sesi berikutnya Anda lakukan lagi pada 5 orang. Demikian seterusnya. Lakukan konsisten dan dapatkan manfaatnya.

 

 

Baca Selengkapnya

Laju Penuaan Dipengaruhi Pikiran

6 Agustus 2014

Penuaan diri secara biologis menurut pemahaman awam mengikuti usia kronologis. Artinya, semakin tua usia seseorang secara otomatis tubuhnya juga menjadi semakin tua dan renta. Ini pandangan yang kurang tepat dan justru sangat merugikan. Belum lagi ada yang yakin bahwa dengan semakin bertambah usia, tidak hanya tubuh menjadi semakin lemah, renta, dan uzur, kemampuan otak dan mental juga menurun. Sekali lagi... ini padangan yang kurang tepat. 

Laju penuaan diri, fisik khususnya, memang dipengaruhi banyak faktor seperti diet, gaya hidup, dan terutama stres. Dan dari hasil riset yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa salah satu yang berperan besar dalam menentukan laju penuaan adalah pikiran. 

Satu penelitian menarik yang dipublikasi di Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan hal ini. Penelitian ini melibatkan responden yang dibagi menjadi dua kelompok dan diberi tugas untuk menyusun kalimat berdasar kata-kata yang diberikan. 

Dua kelompok responden diberi dua jenis daftar kata. Satu kelompok mendapat ekstra kata seperti "tua", "keriput", "uban", "kesepian", yaitu kata-kata yang berhubungan dengan kondisi atau keadaan tua. Ini sebut dengan eksperimen "pematangan", karena responden "dimatangkan" dengan kata-kata spesifik. 

Setelah setiap responden menyelesaikan tugas mereka diminta untuk keluar ruangan, jalan menyusuri koridor untuk mencapai pintu keluar. Salah satu peneliti, tanpa diketahui oleh responden, mengukur waktu tempuh setiap responden hingga mencapai satu batas yang diletakkan di lantai, dekat pintu keluar. 

Responden yang menggunakan kata-kata normal rata-rata membutuhkan 7,3 detik untuk mencapai batas itu. Sedangkan mereka yang "dimatangkan" dengan kata "tua", "keriput", "uban", "kesepian" butuh 8,28 detik atau 13,4% lebih lama. Mereka juga berjalan lebih lambat, seperti umumnya orang yang sudah tua. Pengamatan lebih jeli menunjukkan bahu mereka agak menunduk dan ada yang menggosok-gosok bagian tubuh yang lelah karena duduk agak lama saat mengerjakan tes. 

Ada informasi lain yang lebih menarik lagi. Para ilmuwan dari Harvard University melakukan satu penelitian di tahun 1989. Mereka membawa para relawan yang berusia di atas 70 tahun ke pusat retreat dan meminta relawan ini bertindak seolah-olah ini tahun 1959, selama satu minggu. 

Lingkungan di pusat retreat ini juga dirancang seperti tahun 1959. Musik yang dimainkan adalah musik tahun 1959, para relawan memakai pakaian tahun 1959, dan acara tv yang diputar melalui rekaman video juga adalah acara di tahun 1959. Para relawan juga harus berkomunikasi dengan relawan lainnya seolah-olah ini adalah tahun 1959, diskusi tentang topik atau kejadian di tahun 1959. 

Di awal penelitian para ilmuwan melakukan pencatatan tinggi badan, panjang jari, kekuatan, kemampuan pikir, dan ketajaman pandangan mata. Setelah sepuluh hari para peneliti mengukur kembali kondisi relawan. Hasilnya sangat luar biasa. Para relawan ini, secara fisik, menjadi lebih muda beberapa tahun. Mereka menjadi lebih tinggi, jari-jarinya tumbuh lebih panjang, fungsi mental mereka meningkat, dan kemampuan pandang juga meningkat. Beberapa relawan bahkan ada yang secara mental dan fisik menjadi lebih muda 25 tahun.

Jadi, simpulannya, hati-hati dengan apa yang kita baca, apa yang kita yakini tentang tua. Ada orang yang baru berusia 50 tahun sudah merasa sangat tua dan tidak lagi bisa aktif melakukan berbagai kegiatan. Ada yang sudah usia 70 tahun tapi masih sangat aktif.

Ayah saya salah satunya. Tidak ada dalam kamus Beliau bahwa usia akan menghalagi kegiatannya. Saat ini Ayah berusia 73 tahun. Masih sangat aktif menjalankan bisnis, membimbing kami putra-putrinya, aktif di kegiatan sosial, dan yang luar biasa masih bisa olahraga tenis, mainnya double, seminggu tiga kali.

Baca Selengkapnya

Berhenti Merokok Itu Mudah, Tapi Bisa Berakibat Fatal

3 Agustus 2014

Prosentase populasi yang merokok di Indonesia menunjukkan trend meningkat. Tahun 1995, jumlah perokok di Indonesia mencapai 27 persen dari jumlah penduduk. Sedangkan tahun 2011, jumlah perokok meningkat menjadi 36 persen. Untuk penduduk pria, jumlah perokok mencapai 50 persen pada 1995. Tahun 2011 meningkat menjadi 67 persen. Ini berarti setiap dua dari tiga penduduk pria di Indonesia merokok. Informasi ini disampaikan oleh peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Indonesia, Abdillah Ahsan, seperti yang dimuat di Republika Online (11/3, 2014).

Untuk penduduk wanita, jumlah perokok mencapai satu persen pada 1995. Jumlah ini menjadi empat persen pada 2011. Ini berarti ada peningkatan 400 persen jumlah perokok wanita selama 16 tahun.

Sedangkan menurut hasil penelitian "Smoking Prevalence and Cigarette Consumption in 187 countries, 1980-2012" oleh The Institute for Health Metrics and Evaluation (IMHE) yang diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Amerika, Rabu, 8 Januari 2014, jumlah perokok pria di Indonesia dalam 30 tahun terakhir meningkat 57 persen. Peningkatan ini merupakan jumlah tertinggi kedua di dunia.

Ada dua tipe perokok, aktif dan pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap rokok, sedangkan perokok pasif adalah mereka yang secara tidak langsung menghirup asap rokok yang dikeluarkan dari mulut orang yang sedang merokok dan ini jauh lebih berbahaya.

Bahaya yang harus ditanggung oleh perokok pasif tiga kali besar dari perokok aktif. Hal ini terjadi karena zat berbahaya yang masuk ke tubuh perokok aktif hanya 25% dan sisanya yang 75% tersebar bebas di udara dan dihirup oleh para perokok aktif yaitu siapa saja yang ada di sekeliling perokok aktif.

Salah satu cara yang terus diupayakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, untuk menekan dan bila mungkin menurunkan jumlah perokok adalah dengan mewajibkan produsen rokok memasang gambar seram di setiap bungkus rokok. Apakah cara ini efektif? Jawabannya tercermin pada volume penjualan rokok yang tahun lalu mencapai 351 miliar batang dan tahun ini diperkirakan meningkat signifikan mencapai 361 miliar batang.

Adakah cara efektif untuk menghentikan kebiasaan merokok? Tentu ada. Hipnoterapi klinis adalah salah satu yang paling efektif dalam membantu klien berhenti merokok. Mengapa hipnoterapi klinis bisa begitu efektif mengatasi kebiasaan merokok?

Merokok adalah kebiasaan yang terbentuk melalui proses belajar, bukan bawaan sejak lahir. Dengan demikian kebiasaan merokok, dengan logika pikir yang sama, pasti dapat dihentikan juga melalui proses belajar.

Kendala utama terletak pada proses yang digunakan untuk menghentikan kebiasaan ini. Cara pertama adalah dengan menggunakan kekuatan kehendak atau will-power yang merupakan ranah pikiran sadar. Cara kedua dengan menggunakan pikiran bawah sadar.

Penggunaan kekuatan kehendak adalah yang paling umum bila ingin berhenti merokok. Caranya adalah dengan menekan keinginan merokok, saat keinginan ini muncul, menggunakan berbagai cara. Intinya, dorongan merokok ditekan sedemikian rupa dengan harapan akhirnya padam. Bisa juga dorongan ini dialihkan ke bentuk kegiatan lain. Tingkat keberhasilan cara ini rendah karena untuk bisa berhentik merokok dibutuhkan kekuatan kehendak yang jauh lebih besar daripada dorongan merokok. Kekuatan kehendak diarahkan pikiran sadar sedangkan dorongan merokok berasal dari pikiran bawah sadar.

Mereka yang “berhasil” berhenti merokok menggunakan cara ini bisa berhenti selama beberapa minggu, bulan, satu tahun atau lebih. Namun, saat dalam kondisi stres atau galau tanpa disadari mereka kembali merokok dan biasanya jauh lebih banyak dari sebelumnya. Inilah yang disebut dengan efek pembalikan.

Efek pembalikan bekerja berdasar prinsip berikut. Bayangkan ada sebuah bola mengapung di atas permukaan air. Kemudian, menggunakan tangan, tekan bola ini dengan kuat sehingga tenggelam dan “hilang”. Bola ini tidak benar-benar hilang. Ia tetap ada di dalam air dan tidak bisa keluar atau naik ke permukaan karena ditekan. Saat tekanan melemah bola mulai naik ke permukaan. Saat tekanan hilang bola akan lepas, meluncur bebas, dan naik jauh di atas permukaan air. Bola adalah keinginan merokok dan tekanan yang menahan bola di dalam air adalah kekuatan kehendak. 

Mereka yang berhasil berhenti merokok menggunakan kekuatan kehendak tidak berarti keinginan merokoknya sudah benar-benar padam. Dorongan ini bisa terus muncul namun selalu ditekan atau dialihkan.

Berhenti merokok bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat biasanya mengakibatkan efek samping. Pikiran bawah sadar mereka mengalihkan dorongan merokok menjadi dorongan makan. Akibatnya berat badan mereka naik. Ini akhirnya juga bisa jadi masalah.

Cara lain untuk berhentik merokok adalah dengan menggunakan hipnoterapi klinis dengan memroses pikiran bawah sadar. Salah satu fungsi pikiran bawah sadar adalah menyimpan tiga jenis kebiasaan yaitu baik, buruk, dan refleks. Berhubung merokok adalah satu bentuk kebiasaan yang tersimpan di pikiran bawah sadar maka cara paling mudah adalah memroses kebiasaan ini langsung di sumbernya.

Ada beberapa teknik dalam hipnoterapi klinis untuk membantu klien berhenti merokok. Pertama adalah menggunakan sugesti langsung (direct suggestion). Teknik ini paling sering digunakan oleh para hipnoterapis dan berawal sejak jaman Bernheim. Sugesti digunakan untuk menghilangkan simtom. Literatur awal di tahun 1880an menyatakan bahwa teknik ini mampu menyembuhkan beragam simtom baik secara temporer maupun permanen. Namun temuan terkini menyatakan sugesti hanya efektif untuk masalah yang ringan dan tidak untuk hal yang sifatnya serius terutama dengan muatan emosi yang intens.

Cara melakukan terapi berbasis sugesti adalah dengan pertama melakukan induksi dan membimbing klien masuk kondisi hipnosis yang dalam, semakin dalam semakin baik. Selanjutnya terapis memberikan sugesti ke pikiran bawah sadar klien untuk berhenti merokok.

Terapi berbasis sugesti untuk berhenti merokok akan sangat efektif dan mampu memberikan hasil yang bertahan lama bila memenuhi beberapa syarat berikut. Pertama, motivasi klien untuk berhenti merokok harus benar-benar tinggi. Semakin tinggi motivasinya semakin baik. Kedua, klien perlu dibimbing untuk mencapai kedalaman hipnosis yang (sangat) dalam sebelum menerima sugesti. Ketiga, sugesti yang diberikan benar dan tepat sasaran. Keempat, tidak ada Bagian Diri yang menentang atau keberatan dengan keinginan klien berhenti merokok.

Saya beberapa kali menangani klien yang ingin berhenti merokok. Langkah pertama yang selalu saya lakukan adalah memastikan alasan klien berhenti merokok adalah tepat dan atas kesadarannya sendiri. Beberapa klien datang ke saya karena diminta oleh orangtua atau pasangannya. Untuk klien seperti ini saya menolak melakukan terapi karena motivasinya rendah.

Saya juga pernah beberapa kali menangani klien yang bermasalah justru setelah berhasil berhenti merokok. Keluhan klien umumnya, sejak berhenti merokok, mereka sering pusing, bete, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, mudah marah, tidak semangat, berat badannya naik, apatis, mudah lupa, atau mudah gelisah.

Saat saya tanya apa yang dilakukan terapis sebelumnya dalam membantu mereka berhenti merokok jawaban yang saya dapatkan adalah terapis memberikan sugesti berhenti merokok. Ada yang menggunakan skrip singkat dan diulang berkali-kali. Ada juga yang menggunakan skrip lebih panjang.

Secara teknis yang dilakukan terapis ini sudah tepat. Mereka mendapat klien yang punya motivasi tinggi untuk berhenti merokok. Mereka mampu membimbing klien masuk kondisi hipnosis yang dalam dan selanjutnya memberi sugesti.

Yang saya temukan selama ini masalah muncul karena terapis tidak melakukan pengecekan ke pikiran bawah sadar klien apakah ada yang menentang atau keberatan dengan keinginan klien berhenti merokok. Dan ternyata memang ada Bagian Diri yang marah.

Di kelas SECH saya mengajarkan teknik R.O.T untuk memeriksa apakah ada Bagian Diri yang keberatan atau tidak. Dengan teknik ini keberadaan Bagian Diri yang menentang atau keberatan pasti akan terungkap walau ia sembunyi dan tidak bersedia tampil.

Teknik lain yang sangat efektif membantu klien berhenti merokok, dan ini yang selalu kami gunakan, adalah teknik Ego Personality Therapy (EPT). Umumnya dibutuhkan hanya satu sesi terapi untuk membantu klien benar-benar berhenti merokok.

Dalam melakukan EPT hipnoterapis perlu memastikan apa alasan utama EP Perokok melakukan yang ia lakukan dan apakah benar-benar bersedia dan tulus untuk berhenti total ataukah ia hanya ingin mengurangi rokok. Bila EP Perokok belum bersedia berhenti total maka terapis perlu menghargai hal ini.

Baru-baru ini salah satu alumnus SECH berbagi kisah terapinya. Alumnus ini hanya dalam satu sesi berhasil membantu ayahnya mengurangi konsumsi rokok per hari dari 40 batang menjadi 3 batang. Ini adalah hasil terapi yang luar biasa mengingat kebiasaan merokok ayahnya sudah berlangsung selama 35 tahun.

Guru saya, Randal Churchill, di saat saya mengikuti pelatihan dan sertifikasi menjadi hipnoterapis klinis di San Francisco mewanti-wanti kami untuk hati-hati dan cermat dalam menangani kasus apapun. Kasus berhenti merokok yang tampak mudah dan sepele bisa berakibat sangat fatal bila salah penanganan.

Randal pernah menangani satu klien yang ingin berhenti merokok. Untunglah Randal sangat cermat dalam melakukan terapi dan melakukan pengecekan ke pikiran bawah sadar kliennya terlebih dahulu. Dengan teknik yang ia ajarkan di kelas, Randal ingin memastikan pikiran bawah sadar si klien mengijinkan ia membantu si klien berhenti merokok dan si klien boleh berhenti merokok. Ternyata jawaban dari pikiran bawah sadar kliennya sungguh mengejutkan.

Pikiran bawah sadar klien tidak mengijinkan klien berhenti merokok karena merokok adalah satu-satunya alasan klien untuk tetap bisa bertahan hidup. Penelusuran lebih dalam mengungkap data penting. Ternyata klien ini dulu pernah menjalani kerja paksa dan hanya bertahan hidup demi menikmati rokok yang diberikan sehari satu batang. Inilah satu-satunya alasan ia bisa tetap hidup dan selamat. Randal menyampaikan bahwa bila sampai klien berhenti merokok akibatnya bisa sangat fatal.

Baca Selengkapnya

Memahami Shock Induction

19 Juli 2014

Salah satu dari sepuluh teknik dasar induksi dalam ranah hipnosis/hipnoterapi adalah teknik memberi kejutan pada pikiran sadar subjek yang dilanjutkan dengan perintah masuk ke kondisi hipnosis yang dalam.

Teknik ini menjadi sangat populer karena digunakan oleh para hipnotis yang melakukan hipnosis hiburan. Selain sangat cepat membawa subjek masuk kondisi hipnosis, hanya dalam beberapa detik saja, teknik kejutan yang lebih dikenal dengan shock induction juga memberikan efek kejut luar biasa terhadap penonton karena hipnotis seolah-olah memiliki daya kuasa yang begitu hebatnya sehingga mampu “menguasai” subjek dan hanya dengan sebuah perintah singkat subjek langsung “tertidur”. Bahkan, bagi orang awam yang tidak mengerti, hipnotis yang melakukan shock induction dipandang atau diyakini memiliki kekuatan supra. Benarkah demikian?

Artikel ini membedah dengan detil cara kerja shock induction, apa yang dilakukan oleh hipnotis/hipnoterapis untuk mampu melakukan shock induction dengan efektif, dan hal yang sebenarnya terjadi baik di aspek fisik maupun mental subjek sehingga bisa dengan begitu cepat masuk kondisi hipnosis yang dalam.

Syarat Melakukan Shock Induction

Syarat utama untuk melakukan shock induction, bagi hipnotis/hipnoterapis, adalah kepercayaan diri yang tinggi, kemudian barulah tekniknya. Siapa saja yang mencoba melakukan shock induction tanpa rasa percaya diri yang tinggi niscaya gagal. Ada beragam cara melakukan shock induction. Namun, bila dicermati semua pada dasarnya mengikuti proses yang sama. Sekali seseorang telah memahami prinsip kerja induksi ini ia pasti bisa mencipta teknik shock induction versinya sendiri.

Syarat lain ada pada klien. Apapun teknik induksi yang digunakan hanya bisa bekerja efektif bila klien bersedia dihipnosis. Bila klien menolak, teknik apapun termasuk shock induction tidak akan bisa bekerja efektif. 

Kapan Teknik Ini Digunakan?

Teknik shock induction lebih banyak digunakan dalam hipnosis hiburan. Hipnotis menggunakan teknik ini karena waktu yang terbatas dan juga untuk memberikan efek hiburan maksimal.

Hipnotis harus mampu menghipnosis subjek masuk kondisi hipnosis yang (sangat) dalam untuk bisa memunculkan berbagai fenomena trance pada kedalaman yang spesifik. Semakin dalam subjek masuk kondisi hipnosis, semakin baik.

Dalam konteks klinis, shock induction biasanya digunakan pada klien yang “sulit” dihiposis. Masuk dalam kategori ini adalah klien yang (sangat) analitikal, cemas, sulit fokus, atau sedang minum obat penenang. Walau teknik ini bisa dan sama efektifnya digunakan untuk hipnosis hiburan dan hipnoterapi tidak banyak terapis yang menggunakannya.

Alasannya antara lain:

·         teknik ini membutuhkan rasa percaya diri yang tinggi. Tidak semua hipnoterapis memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk melakukannya.

·         untuk bisa melakukannya dengan sempurna dibutuhkan latihan yang tidak sedikit.

·         hipnoterapis wanita atau yang bertubuh kecil akan mengalami kesulitan melakukan shock induction bila klien bertubuh (jauh) lebih besar.

·         teknik shock induction membutuhkan kontak fisik antara terapis dan klien, dan ini bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman baik pada diri terapis maupun klien.

·         teknik ini sulit atau kurang maksimal dilakukan saat klien sudah duduk nyaman di kursi terapis, dalam posisi agak berbaring, karena efek kejutan yang bisa ditimbulkan terbatas.

·         teknik ini sifatnya sangat agresif dan mendominasi sehingga pada beberapa klien bisa merasa tidak nyaman, terutama klien yang berada pada posisi otoritas atau klien yang takut pada figur otoritas/dominan.

·         ada perasaan sungkan atau segan bila dilakukan pada klien yang berusia lebih tua atau senior.

·         bisa menimbulkan efek negatif untuk klien yang kebetulan mengalami sakit jantung atau hipertensi.

Cara Kerja Shock Induction

Prinsip kerja shock induction sangat sederhana karena hanya terdiri dari tiga proses. Pertama, buat pikiran sadar subjek kaget dengan kejutan yang tidak disangka. Kedua, beri perintah singkat, tegas, suara keras, dan dengan nada memerintah. Ketiga, lakukan deepening. Proses yang dijelaskan di atas dilakukan dengan asumsi subjek bersedia dihipnosis.

Ada banyak cara untuk membuat subjek kaget. Dua cara yang paling sering dilakukan adalah kejutan dalam posisi berdiri dan duduk. Cara pertama, hipnotis dan klien berdiri saling berhadapan. Terapis menjulurkan tangan dominannya, misal tangan kanan, seperti sedang meminta sesuatu, dengan telapak tangan menghadap ke atas, dan meminta subjek melakukan hal yang sama tapi dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Selanjutnya telapak tangan subjek menekan telapak tangan terapis. Sambil terus meminta subjek menekan telapak tangannya, terapis juga meminta subjek untuk fokus memandang matanya sambil mulai memberi sugesti untuk rileks, mata semakin berat, semakin ingin menutup.

Di sini terjadi dua hal penting yang berjalan pararel pada aspek fisik dan mental atau pikiran subjek. Secara fisik, tubuh subjek bukannya rileks tapi justru semakin tegang karena ia menekan dengan kuat telapak tangan hipnotis. Pikiran atau mental subjek menjadi sangat fokus dan juga mengalami kelelahan karena harus melakukan beberapa hal sekaligus yaitu tetap menekan telapak tangan hipnotis, fokus memandang mata hipnotis, dan mendengarkan sugesti yang diberikan. Semua ini membutuhkan banyak energi mental. Saat pikiran sadar dibuat sibuk melakukan berbagai hal ini faktor kritis menjadi lemah. Dengan subjek fokus sebenarnya ia sudah mulai masuk kondisi hipnosis, minimal light trance.

Saat hipnotis melihat mata subjek mulai lelah, mulai berkedip, dan mulai menutup, dan tanpa subjek sangka, dengan tiba-tiba, dengan cepat hipnotis menarik tangannya sehingga subjek kaget. Pada saat inilah, hanya pada saat subjek kaget dan tidak sebelumnya, hipnotis memberi sugesti singkat dengan nada yang tegas, keras, dan memerintah, “Tidur”. Subjek merespon dengan menutup mata dan langsung masuk kondisi hipnosis.

Perintah ini harus singkat dan dimengerti oleh subjek karena memanfaatkan celah waktu yang sangat sempit, antara 0,5 sampai ¾ detik, saat gerbang pikiran bawah sadar terbuka akibat kaget. Ketepatan waktu pemberian perintah sangatlah penting. Bila perintah diberikan sebelum subjek kaget, saat tangan belum ditarik, atau satu detik setelah subjek kaget maka tidak akan berhasil karena gerbang pikiran bawah sadar tertutup.

Saat perintah “tidur” masuk ke pikiran bawah sadar dan dijalankan, bisa terjadi hal yang riskan. Hipnotis pemula dan tidak berpengalaman biasanya tidak mengantisipasi hal ini. Subjek bisa tiba-tiba lemas, tubuhnya jatuh ke arah belakang. Ini bisa fatal karena dapat menimbulkan cedera, terutama di bagian belakang kepala karena membentur lantai. Kemungkinan kedua, subjek terkulai dan jatuh ke depan ke arah hipnotis. Hipnotis yang tidak siap dengan hal ini akan kaget dan turut jatuh karena tertindih oleh subjek. Kemungkinan ketiga, hipnotis yang memang telah siap dengan kemungkinan subjek jatuh ke depan, menahan tubuh subjek yang bersandar di tubuhnya. Kontak fisik ini, di mana hipnotis harus menahan tubuh subjek dengan merangkul, menjadi kurang pantas bila hipnotis dan subjek berlainan jenis.

Mari kita amati lagi respon yang terjadi pada fisik dan pikiran subjek. Di tahap awal, saat subjek diminta menekan tangan hipnotis, yang terjadi adalah tubuh subjek menjadi tegang. Pikiran subjek diminta fokus tetap mempertahankan tekanan tangannya dan juga fokus memandang mata hipnotis. Hipnotis selanjutnya memberi sugesti mata menjadi berat, mengantuk, dan ingin menutup. Sampai di tahap ini pikiran subjek mulai rileks.

Di sini tampak bahwa respon tubuh fisik subjek tidak sejalan dengan respon pikirannya. Respon fisik menjadi sejalan dengan respon pikiran saat tekanan tangan dilepas tiba-tiba dan hipnotis memberi perintah “tidur”. Itu sebabnya subjek langsung lemas dan terkulai. Subjek sebenarnya tidak tidur namun masuk kondisi hipnosis yang dalam dan tampak seperti tidur. Kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur. Dalam kondisi hipnosis subjek masih tetap sadar dan bisa berkomunikasi dengan hipnotis. Sedangkan saat tidur subjek tidak bisa diajak komunikasi karena tidak sadar.

Namun tidak semua subjek berespon seperti ini. Ada juga subjek yang kaget dan justru tubuhnya menjadi kaku dan matanya tetap terbuka. Bila ini terjadi hipnotis hanya perlu meminta subjek menutup mata.

Subjek yang telah mendapat perintah tidur dan masuk ke kondisi hipnosis tidak berarti akan terus berada di kedalaman ini. Bila tidak dilakukan deepening atau dipertahankan di kedalaman ini subjek pasti akan naik kembali ke kondisi sadar normal. Untuk itu hipnotis perlu melakukan deepening. Ada dua cara melakukan deepening. Pertama, hipnotis yang melakukannya dengan memberikan sugesti. Hipnotis akan menghitung mulai angka 1, 2, 3, dan seterusnya sambil mensugestikan seiring dengan hitungan yang didengarnya, subjek semakin masuk ke kondisi hipnosis yang semakin dalam, semakin rileks baik secara fisik maupun mental. Cara kedua adalah hipnotis meminta subjek yang menghitung mulai angka 1, 2, 3, dan seterusnya, hitungan dilakukan di dalam hati, sambil meniatkan dengan setiap hitungan yang ia lakukan, ia semakin rileks. Umumnya hipnotis menggunakan kalimat “tidur semakin lelap” atau “tidur semakin dalam”. Cara lain melakukan deepening adalah dengan memutar lembut kepala subjek searah jarum jam sambil diberi sugesti menjadi semakin rileks. Putaran kepala ini mengakibatkan subjek mengalami kehilangan keseimbangan mental (loss of mental equilibirum) sehingga semakin masuk ke kondisi hipnosis yang dalam.  

Uraian di atas adalah shock induction dengan meminta subjek menekan tangannya pada tangan hipnotis. Cara lain yang biasa digunakan adalah dengan mengajak subjek bersalaman, baik dalam posisi berdiri maupun duduk. Setelah menggenggam tangan subjek, sambil digerak-gerakkan secara acak dengan tujuan untuk membuat bingung pikiran sadar subjek, hipnotis mengajak bicara subjek. Pikiran subjek tentu bingung dan penasaran karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sambil bicara hipnotis mengamati wajah dan mata subjek. Di saat yang sama sekali tidak disangka hipnotis menyentak keras tangan subjek yang digenggamnya dan mengakibatkan subjek kaget. Saat kaget inilah hipnotis memberi sugesti “Tidur”. Proses selanjutnya sama seperti yang dipaparkan di atas.

Kejutan dengan cara menyentak tangan subjek juga bisa berakibat tidak baik. Bila sentakan dilakukan terlalu kuat dan tubuh subjek tidak bisa menahan sentakan ini dapat mengakibatkan masalah pada sendi bahu atau otot lengan cedera.

Posisi tubuh lainnya yang bisa digunakan saat melakukan shock induction adalah dengan posisi duduk di kursi. Dalam hal ini hipnotis duduk di sebelah kanan subjek dan meminta subjek menekan tangannya. Proses selanjutnya sama dengan yang di atas. Bila dilakukan sambil duduk di kursi subjek hanya bisa jatuh ke depan. Di sini terapis perlu tanggap untuk bisa menahan tubuh subjek.  

Cara Aman Melakukan Shock Induction

Dalam konteks terapi, cara yang aman melakukan shock induction, dari pengalaman kami, adalah dengan posisi duduk. Klien sudah duduk di kursi terapi, dalam posisi agak berbaring, dan terapis duduk di sebelah kanannya. Kemudian minta klien menekan tangan kanan terapis. Selanjutnya lakukan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Dalam posisi duduk ini, saat terjadi kejutan, klien akan tetap duduk di kursi, tidak akan jatuh ke belakang atau ke depan. Ini tentu sangat aman baik untuk klien maupun terapis. Kelemahan posisi ini adalah efek kejutan yang ditimbulkan tidak sekuat bila klien dalam posisi berdiri. Namun, tetap bisa bekerja dengan baik.

Apakah di SECH Diajarkan Shock Induction?

Dulu, di awal saya mengajar hipnoterapi, saya mengajarkan teknik shock induction. Sekarang, saya hanya menjelaskan teknik ini dan melakukan demonstrasi dengan tujuan agar para peserta pelatihan mengerti cara kerja dan bisa melakukannya dengan benar, bila mereka memutuskan menggunakan teknik ini.

Walau sangat menguasai teknik ini, saya sudah tidak lagi pernah menggunakannya di ruang praktik. Saya telah mengembangkan teknik induksi EAI yang bisa digunakan dengan pendekatan maternal maupun paternal sesuai kondisi klien. Dan sejauh ini, berdasar data yang dihimpun dari hasil praktik para peserta SECH angkatan terakhir, keberhasilan induksi EAI untuk membawa klien tipe apa saja masuk ke kondisi hipnosis yang dalam adalah 100%. Dengan demikian kami tidak lagi merasa perlu menggunakan shock induction, walau sebenarnya bisa.

 

 

 

 

Baca Selengkapnya

CD Audio Sugesti: Apakah Benar Efektif?

12 Juli 2014

Usai terapi salah satu klien saya bertanya tentang CD audio yang banyak dijual di berbagai situs yang katanya bisa untuk melakukan pemrograman ulang pikiran bawah sadar. Topik ini menarik untuk dibahas dan saya memberikan uraian detil pada klien ini dari perspektif teknologi pikiran.

Apakah mendengar CD audio yang berisi sugesti tertentu bisa memberi manfaat bagi yang mendengarnya?

Untuk bisa menilai apakah CD audio yang berisi sugesti benar efektif atau tidak maka kita perlu memahami cara kerja pikiran dan sugesti. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kondisi pikiran saat sugesti akan dimasukkan. Kedua, susunan sugesti yang dimasukkan. Dan ketiga, apa yang terjadi di pikiran bawah sadar saat sugesti telah masuk.

Suatu sugesti dapat masuk ke pikiran bawah sadar bila faktor kritis lemah atau tidak bekerja. Faktor kritis adalah filter mental pikiran sadar dan berfungsi untuk menyaring setiap informasi yang akan masuk ke pikiran bawah sadar. Bila ada informasi atau data yang tidak sejalan dengan data yang telah ada di pikiran bawah sadar pasti akan ditolak. Untuk melemahkan faktor kritis, dalam konteks hipnoterapi klinis, dilakukan induksi, baik yang formal maupun informal. Intinya, ada satu proses yang harus dilalui oleh seseorang sehingga fungsi penyaringan informasi yang dilakukan faktor kritis menjadi lemah atau berhenti untuk sementara waktu.

Dalam konteks klinis, semakin dalam kondisi hipnosis yang dicapai seseorang semakin lemah faktor kritisnya. Untuk melakukan hipnoterapi dibutuhkan kedalaman profound somnambulism. Ini juga kedalaman yang sangat baik untuk pemberian sugesti. Untuk pemberian sugesti, semakin dalam semakin baik.

Sugesti yang akan dimasukkan harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sugesti harus menggunakan bahasa yang dimengerti oleh klien. Bila klien hanya bisa bahasa Indonesia dan sugesti dalam bahasa Inggris, atau sebaliknya, maka klien bisa mendengar namun tidak mengerti. Dengan demikian sugesti ini walau bisa masuk ke pikiran bawah sadar tidak akan ada pengaruhnya sama sekali.

Kedua, sugesti perlu disusun mengikuti aturan tertentu. Sejauh ini, setahu saya, ada tiga belas aturan yang perlu ditaati dalam menyusun sugesti yang efektif. Bila sampai melanggar aturan ini maka sugesti tidak akan efektif. Dan kalaupun sempat bekerja efektif bisa terjadi beberapa saat kemudian menjadi tidak efektif.

Contoh kalimat sugesti yang sering digunakan namun tidak tepat bila ditinjau dari cara kerja pikiran bawah sadar adalah “Anda pasti bisa”, atau “Anda luar biasa, “Anda akan sukses…..”, atau “Anda selalu mampu mengatasi semua masalah Anda.”

Setelah sugesti berhasil melewati faktor kritis dan masuk ke pikiran bawah sadar tidak berarti sugesti ini pasti langsung bekerja dan efektif. Di pikiran bawah sadar ada empat filter mental yang berfungsi melindungi klien. Bila sugesti ini sampai bertentangan dengan salah satu atau beberapa filter ini dijamin tidak akan bisa bekerja.

Bila tidak bertentangan dengan filter mental pikiran bawah sadar, untuk bisa bekerja optimal, sugesti juga tidak boleh sampai mendapat penolakan dari program pikiran yang telah ada di pikiran bawah sadar. Penolakan ini bisa menghambat kerja sugesti. Semakin kuat penolakan, semakin sulit sugesti bekerja optimal.

Membaca uraian di atas Anda pasti sudah mendapat gambaran yang cukup gamblang mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kerja sugesti. Sekarang mari kita telaah CD audio yang banyak dijual di berbagai situs.

Untuk membimbing pendengarnya masuk ke kondisi hipnosis yang dalam biasanya CD audio menggunakan binaural beat. Binaural beat bekerja dengan prinsip berikut. Telinga manusia hanya bisa mendengar gelombang suara dengan kisaran frekuensi mulai 20 Hz sampai 20.000 Hz. Gelombang bawah sadar berkisar antara 0,1 – 4 Hz (delta), 4 – 8 Hz (theta), dan 8 – 12 Hz (alfa). Berhubung keterbatas kemampuan dengar manusia maka digunakan binaural beat untuk menuntun gelombang otak turun ke kisaran frekuensi rendah tertentu.

Misal targetnya adalah menuntun pendengar ke kondisi theta di frekuensi 6 Hz. Yang dilakukan adalah telinga kiri diberi frekuensi, misalnya 1.000 Hz, dan telinga kanan, 1.006 Hz. Otak akan menghitung selisih frekuensi yang masuk dari telinga kiri dan kanan yaitu 6 Hz dan menurunkan gelombangnya menjadi dominan 6 Hz atau theta. Itu sebabnya untuk mendapat efek maksimal musik binaural beat sebaiknya didengarkan menggunakan earphone atau headphone.

Sekarang mari kita bahas sugestinya. Bila sugesti menggunakan bahasa Inggris, seperti yang banyak dijual, maka bagi pendengar yang tidak mengerti bahasa Inggris sugesti ini tidak akan bekerja.

Bila menggunakan bahasa Indonesia ada kemungkinan bisa bekerja. Mengapa saya katakan ada kemungkinan?

Yang perlu diperhatikan adalah apakah struktur sugesti sudah mengikuti aturan yang benar sesuai dengan standar yang digunakan dalam konteks hipnoterapi klinis? Calon pembeli perlu kritis untuk bertanya siapa yang membuat atau menyusun skrip sugesti? Apakah ia punya kualifikasi untuk ini?

Bila semua sudah benar, apakah pasti sugesti bisa bekerja?

Jawabannya tetap belum tentu bisa efektif. Bila misalnya yang dimasukkan adalah sugesti magnet uang (money magnet) dan ia mendapat penolakan atau perlawanan dari program pikiran yang mengatakan “Uang adalah akar segala kejahatan” atau “Saya tidak layak dan berharga untuk kaya” maka sugesti “Magnet Uang” akan sulit bekerja. Namun bila dalam diri orang ini tidak ada penolakan maka sugesti ini pasti dapat bekerja dengan optimal dan memberi hasil seperti yang diharapkan.

Itu sebabnya orang berbeda mendengar CD audio yang sama hasilnya bisa berbeda. Ada yang cepat, ada yang lambat, dan ada yang sama sekali tidak ada hasil.

Jadi, kembali ke pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, “Efektifkah CD audio sugesti?”

Jawabannya bisa ya… bisa juga tidak.

 

 

Baca Selengkapnya
Tampilan : Thumbnail List