The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA
Setiap orangtua menyadari pentingnya asupan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan anak. Selain nutrisi fisik orangtua juga perlu memerhatikan nutrisi psikis. Namun yang sering terjadi adalah orangtua lebih fokus pada pemberian nutrisi fisik dan abai dengan nutrisi psikis. Anak yang semasa pertumbuhannya kurang mendapat nutrisi psikis akan mengalami banyak gangguan dan hambatan yang tampak dalam pertumbuhan fisik, mental, dan emosi anak yang kurang optimal.
Nutrisi psikis yang dimaksud adalah cinta, perhatian, dan kasih sayang yang diwujudkan dalam ucapan, tindakan, sentuhan, dan tutur kata lembut terhadap anak. Bentuk atau ungkapan perasaan cinta, perhatian, dan kasih sayang orangtua kepada anak dapat dilakukan dengan lima bahasa kasih yaitu menyediakan waktu berkualitas, memberi pujian atau kata-kata yang mendukung, tindakan pelayanan, sentuhan fisik, dan pemberian hadiah. Kelima bahasa kasih ini perlu dilengkapi dengan tatapan mata saat orangtua berkomunikasi dengan anak.
Dalam banyak kasus anak “bermasalah” yang saya tangani, saya selalu mensyaratkan untuk jumpa kedua orangtua terlebih dahulu sebelum saya bertemu dengan anak. Tujuan pertemuan ini adalah untuk menggali berbagai informasi penting seperti kualitas relasi kedua orangtua, aturan dan nilai dan konsistensi pemberlakuannya di rumah, siapa pengasuh utama, siapa saja yang tinggal serumah dengan anak, dengan siapa anak paling banyak menghabiskan waktunya, siapa orangtua yang lebih dominan, apa peran masing-masing orangtua dalam membesarkan anak, pilihan kata yang paling sering digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, sampai dengan interaksi harian antara orangtua dan anak.
Pengalaman selama ini dalam membantu anak yang dianggap bermasalah menemukan fakta menarik penting. Hampir semua masalah berawal dari pola asuh yang tidak tepat yang dilakukan orangtua sejak anak lahir. Dalam beberapa kasus terungkap bahwa sumber masalah bahkan bermula sejak anak masih dalam kandungan. Umumnya anak-anak ini mengalami pengalaman traumatik baik berupa kekerasan fisik dan terutama psikis seperti pengabaian dan tidak mendapat cinta, perhatian, dan kasih sayang yang semestinya.
Dari sudut psikologi dan teknologi pikiran kita dapat menelaah sebab terciptanya perilaku yang dianggap bermasalah. Dan tentu akan sangat mencerahkan bila pemahaman ini dilengkapi dengan pengetahuan yang bersumber dari ranah neurosains.
Ibarat sekuntum bunga yang tidak akan tumbuh mekar maksimal bila tidak mendapat cukup sinar matahari demikian pula otak anak yang tidak akan bertumbuh maksimal tanpa pengalaman positif yang ia dialaminya melalui interaksi bermakna dengan lingkungan.
Perkembangan jaringan otak dimulai sejak dalam kandungan mengikuti program genetik yang berasal dari orangtua. Namun, setelah anak lahir, pertumbuhan otaknya sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman hidupnya melalui interaksi dengan lingkungan, terutama kedua orangtua atau pengasuh utama. Yang dimaksud pengasuh utama adalah siapa saja yang menghabiskan paling banyak waktu dan interaksi dengan anak.
Setelah lahir otak anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pertumbuhan ini terutama pada volume dan kerumitan koneksi antarneuron. Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi di prefrontal cortex (PFC) di usia antara 6 hingga 12 bulan. PFC adalah wilayah otak, letaknya di atas mata, yang menjalankan fungsi perencanaan, pengaturan, pemecahan masalah, pemusatan perhatian, kepribadian, kendali diri, emosi, dan perilaku.
Untuk dapat bertumbuh pesat dan maksimal otak membutuhkan banyak nutrisi, baik yang berasal dari makanan dan terutama nutrisi cinta dan kasih sayang dari orangtua atau pengasuh utama.
Banyak studi yang dengan jelas menunjukkan anak yang tidak mendapat cinta, perhatian, dan kasih sayang mengalami gangguan pertumbuhan otak. Wilayah otak yang paling terpengaruh akibat kurang cinta, perhatian, dan kasih sayang adalah prefrontal cortex dan orbitofrontal cortex (OFC).
Nutrisi cinta dan kasih sayang merangsang otak bayi untuk menghasilkan beta-endorphin, neuropeptida yang memberi rasa senang dan nyaman, dan menyebar ke seluruh otak dan tubuh bayi.
Di otak, beta-endorphin ini mencapai OFC, bagian dari PFC yang letaknya di atas mata, dan membantu pertumbuhan sel otak di sini. Dan pada saat yang bersamaan dopamin dilepas dari batang otak, juga mencapai PFC, dan turut membantu pertumbuhan sel otak. OFC sebagian besar berkembang sejak lahir dan matang sekitar usia satu tahun.
Ada banyak fungsi penting OFC antara lain untuk penyesuaian sosial, kendali suasana hati, dorongan bertindak dan tanggung jawab, dan sangat penting dalam menentukan kepribadian individu.
Anak atau orang dewasa yang mengalami gangguan pada pertumbuhan OFC bereaksi pada situasi negatif atau menantang tanpa berpikir panjang atau tidak mampu secara sadar mengendalikan respon mereka.
Dopamin jalam jumlah besar yang bersirkulasi di otak memberikan sangat banyak manfaat. Dopamin terlibat dalam pemrosesan pengalaman secara positif. Dengan demikian anak menjadi lebih positif, menghadapi situasi atau pengalaman hidup dengan lebih positif, dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi, orang, atau lingkungan baru dengan lebih cepat.
Sejalan dengan pertumbuhan anak, jumlah dan koneksi antarneuron juga bertumbuh secara luar biasa. Hingga pada satu titik otak melakukan pemangkasan koneksi yang tidak dibutuhkan. Proses pemangkasan ini dipengaruhi oleh pengalaman hidup anak. Pemangkasan lebih sedikit terjadi pada anak yang tumbuh di lingkungan positif dibandingkan dengan anak yang tumbuh di lingkungan penuh tekanan, stres, atau mengalami pengabaian.
Salah satu akibat dari PFC yang tidak bertumbuh optimal akibat pengalaman masa kecil yaitu anak cenderung, saat dewasa, menjadi individu yang mudah mengalami stres, depresi, sulit menyesuaikan diri, cenderung menunjukkan perilaku antisosial.
Anak yang tumbuh dalam lingkungan positif menjadi individu yang positif, secara emosi stabil dan matang, mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai situasi, lebih mampu mengendalikan diri, lebih memiliki rasa belas kasih, dan perasaan terhubung dengan orang lain.
Orangtua pada umumnya tidak tahu bahwa otak bayi sangat mampu menilai kondisi emosi orangtuanya dengan membaca ekspresi wajah dan ukuran pupil mata. Pupil mata yang melebar oleh otak bayi dimaknai sebagai perasaan bahagia. Bila orangtua bahagia, dan ini diketahui oleh otak bayi atau anak, maka secara instingtif otak bayi akan menghasilkan senyawa kimiawi yang juga membuatnya bahagia. Dari hasil studi diketahui kondisi ini juga mengaktifkan wilayah otak kiri depan yang berhubungan dengan empati. Perasaan sedih tentu memberi pengaruh yang sebaiknya dan mengaktifkan wilayah depan otak sebelah kanan.
Selain peka dengan ekspresi wajah dan membaca pupil mata, bayi juga sangat peka merasakan emosi yang sedang dialami orangtua atau pengasuh utamanya. Seringkali saat orangtua, khususnya ibu, sedang mengalami emosi negatif seperti cemas, takut, khawatir, marah, atau sedih maka anaknya menjadi rewel atau lebih sering menangis karena bisa merasakan yang sedang dirasakan ibunya.
Studi yang dilakukan oleh para dokter di Wayne State University, menggunakan piranti pemindai PET, memeriksa otak dari sepuluh anak (enam laki, dan empat perempuan) usia sekitar sembilan tahun, yang sejak kecil hidup di panti asuhan, menemukan bahwa beberapa wilayah otak mereka sangat kurang aktivitasnya, dibandingkan dengan anak normal yang hidup di rumah bersama orangtua mereka. Wilayah otak ini juga meliputi OFC.
Studi lain menunjukkan anak yang besar dalam kondisi kekurangan atau tidak mendapat cinta, kasih sayang, dan perhatian menunjukkan keterlambatan pertumbuhan emosi dan sosial dan juga menunjukkan berkembangnya perilaku agresif, hiperaktivitas, dan bahkan menunjukkan gejala yang serupa dengan autisme, semua sebagai akibat dari pertumbuhan otak yang tidak optimal.
Ungkapan cinta, perhatian, dan kasih sayang kepada anak dalam bentuk sentuhan fisik juga sangat baik karena merangsang otak dan tubuh anak dan orangtuanya menghasilkan oksitosin. Oksitosin berguna untuk meredam efek negatif perasaan cemas dan takut yang berasal dari amygdala. Kekurangan oksitosin mengakibatkan anak akan cenderung menerjemahkan banyak kejadian di lingkungannya sebagai hal yang mengancam atau membahayakan dirinya.
Kita tahu dan juga sangat dianjurkan untuk berbuat baik atau melakukan kebaikan. Kita juga sangat dianjurkan untuk bisa mengembangkan perasaan belas kasih (compassion) pada sesama. Semakin sering melakukan kebaikan, semakin kita mengembangkan perasaan belas kasih, kita akan menjadi pribadi yang semakin baik dan semakin bahagia.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa melakukan kebaikan mengaktifkan wilayah otak yang sama dengan yang diaktifkan oleh obat-obatan adiktif. Orang yang melakukan kebaikan merasakan kegembiraan atau kebahagiaan karena otak menghasilkan opiat endogen yang lebih dikenal dengan endorfin. Endorfin adalah morfin yang dihasilkan secara alamiah oleh tubuh dan memberi efek “high” sama seperti morfin atau heroin.
Saat kita melakukan kebaikan otak tidak hanya menghasilkan endorfin namun juga serotonin, dan dopamin. Ini sangat membantu meningkatkan suasana hati dan membuat kita merasa lebih positif dan optimis. Endorfin, yang memiliki pengaruh ke tubuh seperti morfin, juga dapat mengatasi rasa sakit yang diderita seseorang.
Bila kebaikan yang kita lakukan melibatkan interaksi dengan orang lain maka otak akan menghasilkan hormon oksitosin yang berfungsi memperkuat ikatan perasaan dengan orang lain. Dengan demikian kebaikan sangat baik untuk mengatasi suasana hati yang kurang baik dan meningkatkan perasaan bahagia.
Oksitosin adalah neuropeptida yang tersusun dari sembilan asam amino dan berperan dalam meningkatkan rasa percaya antarindividu, membantu proses pencernaan, mengurangi radang, mengurangi simtom IBS, membuat kita mampu membaca emosi yang sedang dialami orang lain, dan melindungi dari kanker. Oksitosin berperan dalam kontraksi yang dialami wanita saat melahirkan dan juga membantu wanita menyusui menghasilkan lebih banyak ASI.
Manfaat lain melakukan kebaikan adalah menunda penuaan. Penelitian tahun 1999 di California melibatkan 1.972 responden yang dilakukan oleh The Buck Institute of Age Reseach, California, menemukan bahwa para relawan yang aktif membantu di dua atau lebih organisasi memiliki tingkat mortalitas 44% lebih rendah daripada mereka yang bukan relawan.
Otak manusia pada dasarnya dirancang untuk mengalami perasaan belas kasih. Dengan demikian belas kasih adalah kondisi alamiah kita. Itu sebabnya saat kita melihat penderitaan atau kesusahan orang lain tanpa perlu upaya sadar kita bisa merasa kasihan dan berharap orang lain itu bisa segera mengatasi masalahnya dan menjadi bahagia.
HaI ini tampak dari hasil pemindaian otak. Saat seseorang melihat orang lain menderita atau sakit secara otomatis wilayah otak yang menangani perasaan belas kasih aktif. Otak, dalam hal ini, tidak bisa membedakan apakah penderitaan atau sakit ini dialami oleh diri sendiri atau orang lain.
Belas kasih juga dapat dilatih sehingga menjadi semakin kuat. Dari penelitian yang dilakukan pada para rahib Buddhis Tibet ditemukan bahwa praktik meditasi cinta kasih yang mereka lakukan selama bertahun-tahun telah memengaruhi wilayah otak lobus frontal kiri, satu wilayah otak yang memang berhubungan dengan perasaan belas kasih. Para peneliti juga menemukan, melalui pengukuran, bahwa “daya listrik” otak para rahib Buddhis ini sangatlah kuat dan jauh melampaui hasil pengukuran pada orang biasa.
Apa hubungan cerita di atas dengan meditasi cinta kasih?
Sebelum melanjutkan uraian perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang meditasi cinta kasih (MCK) atau loving-kindness meditation. Meditasi adalah upaya sadar untuk menjadi sadar, sadar akan keadaan sekeliling, sadar akan gerakan pikiran, sadar akan kondisi sadar. Intinya, meditasi adalah kita selalu sadar dan hidup di saat ini.
Dalam konteks meditasi cinta kasih, yang dilakukan biasanya dengan postur duduk yang nyaman dan mata tertutup, maka meditasi adalah upaya sadar untuk mengarahkan perhatian dari fokus luar ke dalam, ke objek meditasi.
Manfaat MCK yang dilakukan secara teratur dan konsisten sangat signifikan. Penelitian yang dilakukan tahun 2008 oleh psikolog Barbara Frederickson dari University of North Carolina, melibatkan 139 orang, menunjukkan bahwa melakukan MCK secara konsisten selama tujuh minggu meningkatkan perasaan positif seperti cinta, bahagia, syukur, puas, pengharapan, rasa diri berharga, perhatian, girang, dan kagum. Semua ini memengaruhi pelaku meditasi dalam banyak hal. Mereka merasa lebih tahu tujuan yang ingin dicapai dan merasa lebih mampu menjalani hidup dengan lebih baik. Mereka juga menikmati peningkatan kualitas kesehatan dan relasi yang lebih baik.
Manfaat lain dari eksperimen ini yaitu emosi positif yang mereka rasakan dan alami setiap minggu semakin meningkat seiring praktek meditasi yang mereka lakukan. Menggunakan skala Likert, di minggu pertama terjadi peningkatan emosi positif sebesar 0,06 unit untuk setiap jam meditasi. Namun setelah praktik meditasi selama tujuh minggu, setiap jam meditasi setara dengan peningkatan emosi positif sebesar 0,17 unit.
Riset lain menemukan bahwa mempraktikkan MCK sangat baik untuk mengatasi rasa sakit. Penelitian di tahun 2005 melibatkan orang yang mengalami sakit punggung bawah kronis, melakukan MCK selama delapan minggu secara signifikan mampu mengurangi rasa sakit, perasaan cemas, kemarahan, dan stres.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mungkin hanya dengan duduk, menutup mata, dan melakukan MCK kita bisa mendapat begitu banyak manfaat seperti yang telah dijelaskan di atas?
Semua ini bisa terjadi dan dipahami bila dijelaskan dari sudut ilmu pikiran. Salah satu sifat pikiran, lebih spesifik lagi pikiran bawah sadar, yaitu tidak bisa membedakan hal nyata dan imajinasi. Dengan demikian saat kita menutup mata dan melakukan MCK bagi pikiran bawah sadar apa yang kita imajinasikan benar-benar terjadi. Dan respon fisik mengikuti imajinasi kita.
Sama seperti bila kita diminta menutup mata dan membayangkan minum air jeruk nipis yang masam. Hanya dengan membayangkan melakukan hal ini air liur kita keluar dengan deras seolah-olah benar-benar sedang minum air jeruk yang masam.
Lalu, bagaimana cara melakukan MCK?
Lakukan langkah berikut:
· Duduk dengan posisi yang nyaman. Kaki tidak harus dalam posisi bersila. Anda bisa duduk di kursi dan kaki menapak lantai. Intinya, tubuh Anda rileks dan nyaman.
· Fokus pada napas, napas masuk, napas keluar, untuk beberapa saat.
· Saat pikiran dan tubuh sudah terasa tenang dan nyaman niatkan untuk membayangkan diri Anda.
· Setelah gambar diri Anda muncul, ucapkan dalam hati “Semoga Anda sehat dan bahagia” berulang kali sambil dari hati Anda mengirim perasaan sayang dan cinta Anda kepada diri Anda yang ada di dalam gambar mental Anda.
· Setelah dirasa cukup, ganti gambar diri Anda dengan orang dekat atau keluarga Anda, orang yang Anda kasihi. Lakukan hal yang sama seperti yang telah Anda lakukan pada diri Anda sendiri. Lakukan bergantian, satu per satu.
· Selanjutnya munculkan gambar teman atau rekan kerja Anda. Lakukan hal yang sama.
· Lakukan hal yang sama kepada orang yang telah menyakiti hati Anda, orang yang telah melukai hati Anda, atau musuh Anda.
Anda tidak harus melakukan MCK ini kepada banyak orang dalam satu sesi. Anda bisa melakukannya dalam beberapa sesi. Misal, dalam sesi pertama Anda melakukan MCK pada 5 orang. Di sesi berikutnya Anda lakukan lagi pada 5 orang. Demikian seterusnya. Lakukan konsisten dan dapatkan manfaatnya.
Penuaan diri secara biologis menurut pemahaman awam mengikuti usia kronologis. Artinya, semakin tua usia seseorang secara otomatis tubuhnya juga menjadi semakin tua dan renta. Ini pandangan yang kurang tepat dan justru sangat merugikan. Belum lagi ada yang yakin bahwa dengan semakin bertambah usia, tidak hanya tubuh menjadi semakin lemah, renta, dan uzur, kemampuan otak dan mental juga menurun. Sekali lagi... ini padangan yang kurang tepat.
Laju penuaan diri, fisik khususnya, memang dipengaruhi banyak faktor seperti diet, gaya hidup, dan terutama stres. Dan dari hasil riset yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa salah satu yang berperan besar dalam menentukan laju penuaan adalah pikiran.
Satu penelitian menarik yang dipublikasi di Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan hal ini. Penelitian ini melibatkan responden yang dibagi menjadi dua kelompok dan diberi tugas untuk menyusun kalimat berdasar kata-kata yang diberikan.
Dua kelompok responden diberi dua jenis daftar kata. Satu kelompok mendapat ekstra kata seperti "tua", "keriput", "uban", "kesepian", yaitu kata-kata yang berhubungan dengan kondisi atau keadaan tua. Ini sebut dengan eksperimen "pematangan", karena responden "dimatangkan" dengan kata-kata spesifik.
Setelah setiap responden menyelesaikan tugas mereka diminta untuk keluar ruangan, jalan menyusuri koridor untuk mencapai pintu keluar. Salah satu peneliti, tanpa diketahui oleh responden, mengukur waktu tempuh setiap responden hingga mencapai satu batas yang diletakkan di lantai, dekat pintu keluar.
Responden yang menggunakan kata-kata normal rata-rata membutuhkan 7,3 detik untuk mencapai batas itu. Sedangkan mereka yang "dimatangkan" dengan kata "tua", "keriput", "uban", "kesepian" butuh 8,28 detik atau 13,4% lebih lama. Mereka juga berjalan lebih lambat, seperti umumnya orang yang sudah tua. Pengamatan lebih jeli menunjukkan bahu mereka agak menunduk dan ada yang menggosok-gosok bagian tubuh yang lelah karena duduk agak lama saat mengerjakan tes.
Ada informasi lain yang lebih menarik lagi. Para ilmuwan dari Harvard University melakukan satu penelitian di tahun 1989. Mereka membawa para relawan yang berusia di atas 70 tahun ke pusat retreat dan meminta relawan ini bertindak seolah-olah ini tahun 1959, selama satu minggu.
Lingkungan di pusat retreat ini juga dirancang seperti tahun 1959. Musik yang dimainkan adalah musik tahun 1959, para relawan memakai pakaian tahun 1959, dan acara tv yang diputar melalui rekaman video juga adalah acara di tahun 1959. Para relawan juga harus berkomunikasi dengan relawan lainnya seolah-olah ini adalah tahun 1959, diskusi tentang topik atau kejadian di tahun 1959.
Di awal penelitian para ilmuwan melakukan pencatatan tinggi badan, panjang jari, kekuatan, kemampuan pikir, dan ketajaman pandangan mata. Setelah sepuluh hari para peneliti mengukur kembali kondisi relawan. Hasilnya sangat luar biasa. Para relawan ini, secara fisik, menjadi lebih muda beberapa tahun. Mereka menjadi lebih tinggi, jari-jarinya tumbuh lebih panjang, fungsi mental mereka meningkat, dan kemampuan pandang juga meningkat. Beberapa relawan bahkan ada yang secara mental dan fisik menjadi lebih muda 25 tahun.
Jadi, simpulannya, hati-hati dengan apa yang kita baca, apa yang kita yakini tentang tua. Ada orang yang baru berusia 50 tahun sudah merasa sangat tua dan tidak lagi bisa aktif melakukan berbagai kegiatan. Ada yang sudah usia 70 tahun tapi masih sangat aktif.
Ayah saya salah satunya. Tidak ada dalam kamus Beliau bahwa usia akan menghalagi kegiatannya. Saat ini Ayah berusia 73 tahun. Masih sangat aktif menjalankan bisnis, membimbing kami putra-putrinya, aktif di kegiatan sosial, dan yang luar biasa masih bisa olahraga tenis, mainnya double, seminggu tiga kali.
Prosentase populasi yang merokok di Indonesia menunjukkan trend meningkat. Tahun 1995, jumlah perokok di Indonesia mencapai 27 persen dari jumlah penduduk. Sedangkan tahun 2011, jumlah perokok meningkat menjadi 36 persen. Untuk penduduk pria, jumlah perokok mencapai 50 persen pada 1995. Tahun 2011 meningkat menjadi 67 persen. Ini berarti setiap dua dari tiga penduduk pria di Indonesia merokok. Informasi ini disampaikan oleh peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Indonesia, Abdillah Ahsan, seperti yang dimuat di Republika Online (11/3, 2014).
Untuk penduduk wanita, jumlah perokok mencapai satu persen pada 1995. Jumlah ini menjadi empat persen pada 2011. Ini berarti ada peningkatan 400 persen jumlah perokok wanita selama 16 tahun.
Sedangkan menurut hasil penelitian "Smoking Prevalence and Cigarette Consumption in 187 countries, 1980-2012" oleh The Institute for Health Metrics and Evaluation (IMHE) yang diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Amerika, Rabu, 8 Januari 2014, jumlah perokok pria di Indonesia dalam 30 tahun terakhir meningkat 57 persen. Peningkatan ini merupakan jumlah tertinggi kedua di dunia.
Ada dua tipe perokok, aktif dan pasif. Perokok aktif adalah orang yang secara langsung menghisap rokok, sedangkan perokok pasif adalah mereka yang secara tidak langsung menghirup asap rokok yang dikeluarkan dari mulut orang yang sedang merokok dan ini jauh lebih berbahaya.
Bahaya yang harus ditanggung oleh perokok pasif tiga kali besar dari perokok aktif. Hal ini terjadi karena zat berbahaya yang masuk ke tubuh perokok aktif hanya 25% dan sisanya yang 75% tersebar bebas di udara dan dihirup oleh para perokok aktif yaitu siapa saja yang ada di sekeliling perokok aktif.
Salah satu cara yang terus diupayakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, untuk menekan dan bila mungkin menurunkan jumlah perokok adalah dengan mewajibkan produsen rokok memasang gambar seram di setiap bungkus rokok. Apakah cara ini efektif? Jawabannya tercermin pada volume penjualan rokok yang tahun lalu mencapai 351 miliar batang dan tahun ini diperkirakan meningkat signifikan mencapai 361 miliar batang.
Adakah cara efektif untuk menghentikan kebiasaan merokok? Tentu ada. Hipnoterapi klinis adalah salah satu yang paling efektif dalam membantu klien berhenti merokok. Mengapa hipnoterapi klinis bisa begitu efektif mengatasi kebiasaan merokok?
Merokok adalah kebiasaan yang terbentuk melalui proses belajar, bukan bawaan sejak lahir. Dengan demikian kebiasaan merokok, dengan logika pikir yang sama, pasti dapat dihentikan juga melalui proses belajar.
Kendala utama terletak pada proses yang digunakan untuk menghentikan kebiasaan ini. Cara pertama adalah dengan menggunakan kekuatan kehendak atau will-power yang merupakan ranah pikiran sadar. Cara kedua dengan menggunakan pikiran bawah sadar.
Penggunaan kekuatan kehendak adalah yang paling umum bila ingin berhenti merokok. Caranya adalah dengan menekan keinginan merokok, saat keinginan ini muncul, menggunakan berbagai cara. Intinya, dorongan merokok ditekan sedemikian rupa dengan harapan akhirnya padam. Bisa juga dorongan ini dialihkan ke bentuk kegiatan lain. Tingkat keberhasilan cara ini rendah karena untuk bisa berhentik merokok dibutuhkan kekuatan kehendak yang jauh lebih besar daripada dorongan merokok. Kekuatan kehendak diarahkan pikiran sadar sedangkan dorongan merokok berasal dari pikiran bawah sadar.
Mereka yang “berhasil” berhenti merokok menggunakan cara ini bisa berhenti selama beberapa minggu, bulan, satu tahun atau lebih. Namun, saat dalam kondisi stres atau galau tanpa disadari mereka kembali merokok dan biasanya jauh lebih banyak dari sebelumnya. Inilah yang disebut dengan efek pembalikan.
Efek pembalikan bekerja berdasar prinsip berikut. Bayangkan ada sebuah bola mengapung di atas permukaan air. Kemudian, menggunakan tangan, tekan bola ini dengan kuat sehingga tenggelam dan “hilang”. Bola ini tidak benar-benar hilang. Ia tetap ada di dalam air dan tidak bisa keluar atau naik ke permukaan karena ditekan. Saat tekanan melemah bola mulai naik ke permukaan. Saat tekanan hilang bola akan lepas, meluncur bebas, dan naik jauh di atas permukaan air. Bola adalah keinginan merokok dan tekanan yang menahan bola di dalam air adalah kekuatan kehendak.
Mereka yang berhasil berhenti merokok menggunakan kekuatan kehendak tidak berarti keinginan merokoknya sudah benar-benar padam. Dorongan ini bisa terus muncul namun selalu ditekan atau dialihkan.
Berhenti merokok bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat biasanya mengakibatkan efek samping. Pikiran bawah sadar mereka mengalihkan dorongan merokok menjadi dorongan makan. Akibatnya berat badan mereka naik. Ini akhirnya juga bisa jadi masalah.
Cara lain untuk berhentik merokok adalah dengan menggunakan hipnoterapi klinis dengan memroses pikiran bawah sadar. Salah satu fungsi pikiran bawah sadar adalah menyimpan tiga jenis kebiasaan yaitu baik, buruk, dan refleks. Berhubung merokok adalah satu bentuk kebiasaan yang tersimpan di pikiran bawah sadar maka cara paling mudah adalah memroses kebiasaan ini langsung di sumbernya.
Ada beberapa teknik dalam hipnoterapi klinis untuk membantu klien berhenti merokok. Pertama adalah menggunakan sugesti langsung (direct suggestion). Teknik ini paling sering digunakan oleh para hipnoterapis dan berawal sejak jaman Bernheim. Sugesti digunakan untuk menghilangkan simtom. Literatur awal di tahun 1880an menyatakan bahwa teknik ini mampu menyembuhkan beragam simtom baik secara temporer maupun permanen. Namun temuan terkini menyatakan sugesti hanya efektif untuk masalah yang ringan dan tidak untuk hal yang sifatnya serius terutama dengan muatan emosi yang intens.
Cara melakukan terapi berbasis sugesti adalah dengan pertama melakukan induksi dan membimbing klien masuk kondisi hipnosis yang dalam, semakin dalam semakin baik. Selanjutnya terapis memberikan sugesti ke pikiran bawah sadar klien untuk berhenti merokok.
Terapi berbasis sugesti untuk berhenti merokok akan sangat efektif dan mampu memberikan hasil yang bertahan lama bila memenuhi beberapa syarat berikut. Pertama, motivasi klien untuk berhenti merokok harus benar-benar tinggi. Semakin tinggi motivasinya semakin baik. Kedua, klien perlu dibimbing untuk mencapai kedalaman hipnosis yang (sangat) dalam sebelum menerima sugesti. Ketiga, sugesti yang diberikan benar dan tepat sasaran. Keempat, tidak ada Bagian Diri yang menentang atau keberatan dengan keinginan klien berhenti merokok.
Saya beberapa kali menangani klien yang ingin berhenti merokok. Langkah pertama yang selalu saya lakukan adalah memastikan alasan klien berhenti merokok adalah tepat dan atas kesadarannya sendiri. Beberapa klien datang ke saya karena diminta oleh orangtua atau pasangannya. Untuk klien seperti ini saya menolak melakukan terapi karena motivasinya rendah.
Saya juga pernah beberapa kali menangani klien yang bermasalah justru setelah berhasil berhenti merokok. Keluhan klien umumnya, sejak berhenti merokok, mereka sering pusing, bete, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, mudah marah, tidak semangat, berat badannya naik, apatis, mudah lupa, atau mudah gelisah.
Saat saya tanya apa yang dilakukan terapis sebelumnya dalam membantu mereka berhenti merokok jawaban yang saya dapatkan adalah terapis memberikan sugesti berhenti merokok. Ada yang menggunakan skrip singkat dan diulang berkali-kali. Ada juga yang menggunakan skrip lebih panjang.
Secara teknis yang dilakukan terapis ini sudah tepat. Mereka mendapat klien yang punya motivasi tinggi untuk berhenti merokok. Mereka mampu membimbing klien masuk kondisi hipnosis yang dalam dan selanjutnya memberi sugesti.
Yang saya temukan selama ini masalah muncul karena terapis tidak melakukan pengecekan ke pikiran bawah sadar klien apakah ada yang menentang atau keberatan dengan keinginan klien berhenti merokok. Dan ternyata memang ada Bagian Diri yang marah.
Di kelas SECH saya mengajarkan teknik R.O.T untuk memeriksa apakah ada Bagian Diri yang keberatan atau tidak. Dengan teknik ini keberadaan Bagian Diri yang menentang atau keberatan pasti akan terungkap walau ia sembunyi dan tidak bersedia tampil.
Teknik lain yang sangat efektif membantu klien berhenti merokok, dan ini yang selalu kami gunakan, adalah teknik Ego Personality Therapy (EPT). Umumnya dibutuhkan hanya satu sesi terapi untuk membantu klien benar-benar berhenti merokok.
Dalam melakukan EPT hipnoterapis perlu memastikan apa alasan utama EP Perokok melakukan yang ia lakukan dan apakah benar-benar bersedia dan tulus untuk berhenti total ataukah ia hanya ingin mengurangi rokok. Bila EP Perokok belum bersedia berhenti total maka terapis perlu menghargai hal ini.
Baru-baru ini salah satu alumnus SECH berbagi kisah terapinya. Alumnus ini hanya dalam satu sesi berhasil membantu ayahnya mengurangi konsumsi rokok per hari dari 40 batang menjadi 3 batang. Ini adalah hasil terapi yang luar biasa mengingat kebiasaan merokok ayahnya sudah berlangsung selama 35 tahun.
Guru saya, Randal Churchill, di saat saya mengikuti pelatihan dan sertifikasi menjadi hipnoterapis klinis di San Francisco mewanti-wanti kami untuk hati-hati dan cermat dalam menangani kasus apapun. Kasus berhenti merokok yang tampak mudah dan sepele bisa berakibat sangat fatal bila salah penanganan.
Randal pernah menangani satu klien yang ingin berhenti merokok. Untunglah Randal sangat cermat dalam melakukan terapi dan melakukan pengecekan ke pikiran bawah sadar kliennya terlebih dahulu. Dengan teknik yang ia ajarkan di kelas, Randal ingin memastikan pikiran bawah sadar si klien mengijinkan ia membantu si klien berhenti merokok dan si klien boleh berhenti merokok. Ternyata jawaban dari pikiran bawah sadar kliennya sungguh mengejutkan.
Pikiran bawah sadar klien tidak mengijinkan klien berhenti merokok karena merokok adalah satu-satunya alasan klien untuk tetap bisa bertahan hidup. Penelusuran lebih dalam mengungkap data penting. Ternyata klien ini dulu pernah menjalani kerja paksa dan hanya bertahan hidup demi menikmati rokok yang diberikan sehari satu batang. Inilah satu-satunya alasan ia bisa tetap hidup dan selamat. Randal menyampaikan bahwa bila sampai klien berhenti merokok akibatnya bisa sangat fatal.
Salah satu dari sepuluh teknik dasar induksi dalam ranah hipnosis/hipnoterapi adalah teknik memberi kejutan pada pikiran sadar subjek yang dilanjutkan dengan perintah masuk ke kondisi hipnosis yang dalam.
Teknik ini menjadi sangat populer karena digunakan oleh para hipnotis yang melakukan hipnosis hiburan. Selain sangat cepat membawa subjek masuk kondisi hipnosis, hanya dalam beberapa detik saja, teknik kejutan yang lebih dikenal dengan shock induction juga memberikan efek kejut luar biasa terhadap penonton karena hipnotis seolah-olah memiliki daya kuasa yang begitu hebatnya sehingga mampu “menguasai” subjek dan hanya dengan sebuah perintah singkat subjek langsung “tertidur”. Bahkan, bagi orang awam yang tidak mengerti, hipnotis yang melakukan shock induction dipandang atau diyakini memiliki kekuatan supra. Benarkah demikian?
Artikel ini membedah dengan detil cara kerja shock induction, apa yang dilakukan oleh hipnotis/hipnoterapis untuk mampu melakukan shock induction dengan efektif, dan hal yang sebenarnya terjadi baik di aspek fisik maupun mental subjek sehingga bisa dengan begitu cepat masuk kondisi hipnosis yang dalam.
Syarat Melakukan Shock Induction
Syarat utama untuk melakukan shock induction, bagi hipnotis/hipnoterapis, adalah kepercayaan diri yang tinggi, kemudian barulah tekniknya. Siapa saja yang mencoba melakukan shock induction tanpa rasa percaya diri yang tinggi niscaya gagal. Ada beragam cara melakukan shock induction. Namun, bila dicermati semua pada dasarnya mengikuti proses yang sama. Sekali seseorang telah memahami prinsip kerja induksi ini ia pasti bisa mencipta teknik shock induction versinya sendiri.
Syarat lain ada pada klien. Apapun teknik induksi yang digunakan hanya bisa bekerja efektif bila klien bersedia dihipnosis. Bila klien menolak, teknik apapun termasuk shock induction tidak akan bisa bekerja efektif.
Kapan Teknik Ini Digunakan?
Teknik shock induction lebih banyak digunakan dalam hipnosis hiburan. Hipnotis menggunakan teknik ini karena waktu yang terbatas dan juga untuk memberikan efek hiburan maksimal.
Hipnotis harus mampu menghipnosis subjek masuk kondisi hipnosis yang (sangat) dalam untuk bisa memunculkan berbagai fenomena trance pada kedalaman yang spesifik. Semakin dalam subjek masuk kondisi hipnosis, semakin baik.
Dalam konteks klinis, shock induction biasanya digunakan pada klien yang “sulit” dihiposis. Masuk dalam kategori ini adalah klien yang (sangat) analitikal, cemas, sulit fokus, atau sedang minum obat penenang. Walau teknik ini bisa dan sama efektifnya digunakan untuk hipnosis hiburan dan hipnoterapi tidak banyak terapis yang menggunakannya.
Alasannya antara lain:
· teknik ini membutuhkan rasa percaya diri yang tinggi. Tidak semua hipnoterapis memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk melakukannya.
· untuk bisa melakukannya dengan sempurna dibutuhkan latihan yang tidak sedikit.
· hipnoterapis wanita atau yang bertubuh kecil akan mengalami kesulitan melakukan shock induction bila klien bertubuh (jauh) lebih besar.
· teknik shock induction membutuhkan kontak fisik antara terapis dan klien, dan ini bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman baik pada diri terapis maupun klien.
· teknik ini sulit atau kurang maksimal dilakukan saat klien sudah duduk nyaman di kursi terapis, dalam posisi agak berbaring, karena efek kejutan yang bisa ditimbulkan terbatas.
· teknik ini sifatnya sangat agresif dan mendominasi sehingga pada beberapa klien bisa merasa tidak nyaman, terutama klien yang berada pada posisi otoritas atau klien yang takut pada figur otoritas/dominan.
· ada perasaan sungkan atau segan bila dilakukan pada klien yang berusia lebih tua atau senior.
· bisa menimbulkan efek negatif untuk klien yang kebetulan mengalami sakit jantung atau hipertensi.
Cara Kerja Shock Induction
Prinsip kerja shock induction sangat sederhana karena hanya terdiri dari tiga proses. Pertama, buat pikiran sadar subjek kaget dengan kejutan yang tidak disangka. Kedua, beri perintah singkat, tegas, suara keras, dan dengan nada memerintah. Ketiga, lakukan deepening. Proses yang dijelaskan di atas dilakukan dengan asumsi subjek bersedia dihipnosis.
Ada banyak cara untuk membuat subjek kaget. Dua cara yang paling sering dilakukan adalah kejutan dalam posisi berdiri dan duduk. Cara pertama, hipnotis dan klien berdiri saling berhadapan. Terapis menjulurkan tangan dominannya, misal tangan kanan, seperti sedang meminta sesuatu, dengan telapak tangan menghadap ke atas, dan meminta subjek melakukan hal yang sama tapi dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Selanjutnya telapak tangan subjek menekan telapak tangan terapis. Sambil terus meminta subjek menekan telapak tangannya, terapis juga meminta subjek untuk fokus memandang matanya sambil mulai memberi sugesti untuk rileks, mata semakin berat, semakin ingin menutup.
Di sini terjadi dua hal penting yang berjalan pararel pada aspek fisik dan mental atau pikiran subjek. Secara fisik, tubuh subjek bukannya rileks tapi justru semakin tegang karena ia menekan dengan kuat telapak tangan hipnotis. Pikiran atau mental subjek menjadi sangat fokus dan juga mengalami kelelahan karena harus melakukan beberapa hal sekaligus yaitu tetap menekan telapak tangan hipnotis, fokus memandang mata hipnotis, dan mendengarkan sugesti yang diberikan. Semua ini membutuhkan banyak energi mental. Saat pikiran sadar dibuat sibuk melakukan berbagai hal ini faktor kritis menjadi lemah. Dengan subjek fokus sebenarnya ia sudah mulai masuk kondisi hipnosis, minimal light trance.
Saat hipnotis melihat mata subjek mulai lelah, mulai berkedip, dan mulai menutup, dan tanpa subjek sangka, dengan tiba-tiba, dengan cepat hipnotis menarik tangannya sehingga subjek kaget. Pada saat inilah, hanya pada saat subjek kaget dan tidak sebelumnya, hipnotis memberi sugesti singkat dengan nada yang tegas, keras, dan memerintah, “Tidur”. Subjek merespon dengan menutup mata dan langsung masuk kondisi hipnosis.
Perintah ini harus singkat dan dimengerti oleh subjek karena memanfaatkan celah waktu yang sangat sempit, antara 0,5 sampai ¾ detik, saat gerbang pikiran bawah sadar terbuka akibat kaget. Ketepatan waktu pemberian perintah sangatlah penting. Bila perintah diberikan sebelum subjek kaget, saat tangan belum ditarik, atau satu detik setelah subjek kaget maka tidak akan berhasil karena gerbang pikiran bawah sadar tertutup.
Saat perintah “tidur” masuk ke pikiran bawah sadar dan dijalankan, bisa terjadi hal yang riskan. Hipnotis pemula dan tidak berpengalaman biasanya tidak mengantisipasi hal ini. Subjek bisa tiba-tiba lemas, tubuhnya jatuh ke arah belakang. Ini bisa fatal karena dapat menimbulkan cedera, terutama di bagian belakang kepala karena membentur lantai. Kemungkinan kedua, subjek terkulai dan jatuh ke depan ke arah hipnotis. Hipnotis yang tidak siap dengan hal ini akan kaget dan turut jatuh karena tertindih oleh subjek. Kemungkinan ketiga, hipnotis yang memang telah siap dengan kemungkinan subjek jatuh ke depan, menahan tubuh subjek yang bersandar di tubuhnya. Kontak fisik ini, di mana hipnotis harus menahan tubuh subjek dengan merangkul, menjadi kurang pantas bila hipnotis dan subjek berlainan jenis.
Mari kita amati lagi respon yang terjadi pada fisik dan pikiran subjek. Di tahap awal, saat subjek diminta menekan tangan hipnotis, yang terjadi adalah tubuh subjek menjadi tegang. Pikiran subjek diminta fokus tetap mempertahankan tekanan tangannya dan juga fokus memandang mata hipnotis. Hipnotis selanjutnya memberi sugesti mata menjadi berat, mengantuk, dan ingin menutup. Sampai di tahap ini pikiran subjek mulai rileks.
Di sini tampak bahwa respon tubuh fisik subjek tidak sejalan dengan respon pikirannya. Respon fisik menjadi sejalan dengan respon pikiran saat tekanan tangan dilepas tiba-tiba dan hipnotis memberi perintah “tidur”. Itu sebabnya subjek langsung lemas dan terkulai. Subjek sebenarnya tidak tidur namun masuk kondisi hipnosis yang dalam dan tampak seperti tidur. Kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur. Dalam kondisi hipnosis subjek masih tetap sadar dan bisa berkomunikasi dengan hipnotis. Sedangkan saat tidur subjek tidak bisa diajak komunikasi karena tidak sadar.
Namun tidak semua subjek berespon seperti ini. Ada juga subjek yang kaget dan justru tubuhnya menjadi kaku dan matanya tetap terbuka. Bila ini terjadi hipnotis hanya perlu meminta subjek menutup mata.
Subjek yang telah mendapat perintah tidur dan masuk ke kondisi hipnosis tidak berarti akan terus berada di kedalaman ini. Bila tidak dilakukan deepening atau dipertahankan di kedalaman ini subjek pasti akan naik kembali ke kondisi sadar normal. Untuk itu hipnotis perlu melakukan deepening. Ada dua cara melakukan deepening. Pertama, hipnotis yang melakukannya dengan memberikan sugesti. Hipnotis akan menghitung mulai angka 1, 2, 3, dan seterusnya sambil mensugestikan seiring dengan hitungan yang didengarnya, subjek semakin masuk ke kondisi hipnosis yang semakin dalam, semakin rileks baik secara fisik maupun mental. Cara kedua adalah hipnotis meminta subjek yang menghitung mulai angka 1, 2, 3, dan seterusnya, hitungan dilakukan di dalam hati, sambil meniatkan dengan setiap hitungan yang ia lakukan, ia semakin rileks. Umumnya hipnotis menggunakan kalimat “tidur semakin lelap” atau “tidur semakin dalam”. Cara lain melakukan deepening adalah dengan memutar lembut kepala subjek searah jarum jam sambil diberi sugesti menjadi semakin rileks. Putaran kepala ini mengakibatkan subjek mengalami kehilangan keseimbangan mental (loss of mental equilibirum) sehingga semakin masuk ke kondisi hipnosis yang dalam.
Uraian di atas adalah shock induction dengan meminta subjek menekan tangannya pada tangan hipnotis. Cara lain yang biasa digunakan adalah dengan mengajak subjek bersalaman, baik dalam posisi berdiri maupun duduk. Setelah menggenggam tangan subjek, sambil digerak-gerakkan secara acak dengan tujuan untuk membuat bingung pikiran sadar subjek, hipnotis mengajak bicara subjek. Pikiran subjek tentu bingung dan penasaran karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sambil bicara hipnotis mengamati wajah dan mata subjek. Di saat yang sama sekali tidak disangka hipnotis menyentak keras tangan subjek yang digenggamnya dan mengakibatkan subjek kaget. Saat kaget inilah hipnotis memberi sugesti “Tidur”. Proses selanjutnya sama seperti yang dipaparkan di atas.
Kejutan dengan cara menyentak tangan subjek juga bisa berakibat tidak baik. Bila sentakan dilakukan terlalu kuat dan tubuh subjek tidak bisa menahan sentakan ini dapat mengakibatkan masalah pada sendi bahu atau otot lengan cedera.
Posisi tubuh lainnya yang bisa digunakan saat melakukan shock induction adalah dengan posisi duduk di kursi. Dalam hal ini hipnotis duduk di sebelah kanan subjek dan meminta subjek menekan tangannya. Proses selanjutnya sama dengan yang di atas. Bila dilakukan sambil duduk di kursi subjek hanya bisa jatuh ke depan. Di sini terapis perlu tanggap untuk bisa menahan tubuh subjek.
Cara Aman Melakukan Shock Induction
Dalam konteks terapi, cara yang aman melakukan shock induction, dari pengalaman kami, adalah dengan posisi duduk. Klien sudah duduk di kursi terapi, dalam posisi agak berbaring, dan terapis duduk di sebelah kanannya. Kemudian minta klien menekan tangan kanan terapis. Selanjutnya lakukan seperti yang telah dijelaskan di atas.
Dalam posisi duduk ini, saat terjadi kejutan, klien akan tetap duduk di kursi, tidak akan jatuh ke belakang atau ke depan. Ini tentu sangat aman baik untuk klien maupun terapis. Kelemahan posisi ini adalah efek kejutan yang ditimbulkan tidak sekuat bila klien dalam posisi berdiri. Namun, tetap bisa bekerja dengan baik.
Apakah di SECH Diajarkan Shock Induction?
Dulu, di awal saya mengajar hipnoterapi, saya mengajarkan teknik shock induction. Sekarang, saya hanya menjelaskan teknik ini dan melakukan demonstrasi dengan tujuan agar para peserta pelatihan mengerti cara kerja dan bisa melakukannya dengan benar, bila mereka memutuskan menggunakan teknik ini.
Walau sangat menguasai teknik ini, saya sudah tidak lagi pernah menggunakannya di ruang praktik. Saya telah mengembangkan teknik induksi EAI yang bisa digunakan dengan pendekatan maternal maupun paternal sesuai kondisi klien. Dan sejauh ini, berdasar data yang dihimpun dari hasil praktik para peserta SECH angkatan terakhir, keberhasilan induksi EAI untuk membawa klien tipe apa saja masuk ke kondisi hipnosis yang dalam adalah 100%. Dengan demikian kami tidak lagi merasa perlu menggunakan shock induction, walau sebenarnya bisa.
Usai terapi salah satu klien saya bertanya tentang CD audio yang banyak dijual di berbagai situs yang katanya bisa untuk melakukan pemrograman ulang pikiran bawah sadar. Topik ini menarik untuk dibahas dan saya memberikan uraian detil pada klien ini dari perspektif teknologi pikiran.
Apakah mendengar CD audio yang berisi sugesti tertentu bisa memberi manfaat bagi yang mendengarnya?
Untuk bisa menilai apakah CD audio yang berisi sugesti benar efektif atau tidak maka kita perlu memahami cara kerja pikiran dan sugesti. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kondisi pikiran saat sugesti akan dimasukkan. Kedua, susunan sugesti yang dimasukkan. Dan ketiga, apa yang terjadi di pikiran bawah sadar saat sugesti telah masuk.
Suatu sugesti dapat masuk ke pikiran bawah sadar bila faktor kritis lemah atau tidak bekerja. Faktor kritis adalah filter mental pikiran sadar dan berfungsi untuk menyaring setiap informasi yang akan masuk ke pikiran bawah sadar. Bila ada informasi atau data yang tidak sejalan dengan data yang telah ada di pikiran bawah sadar pasti akan ditolak. Untuk melemahkan faktor kritis, dalam konteks hipnoterapi klinis, dilakukan induksi, baik yang formal maupun informal. Intinya, ada satu proses yang harus dilalui oleh seseorang sehingga fungsi penyaringan informasi yang dilakukan faktor kritis menjadi lemah atau berhenti untuk sementara waktu.
Dalam konteks klinis, semakin dalam kondisi hipnosis yang dicapai seseorang semakin lemah faktor kritisnya. Untuk melakukan hipnoterapi dibutuhkan kedalaman profound somnambulism. Ini juga kedalaman yang sangat baik untuk pemberian sugesti. Untuk pemberian sugesti, semakin dalam semakin baik.
Sugesti yang akan dimasukkan harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sugesti harus menggunakan bahasa yang dimengerti oleh klien. Bila klien hanya bisa bahasa Indonesia dan sugesti dalam bahasa Inggris, atau sebaliknya, maka klien bisa mendengar namun tidak mengerti. Dengan demikian sugesti ini walau bisa masuk ke pikiran bawah sadar tidak akan ada pengaruhnya sama sekali.
Kedua, sugesti perlu disusun mengikuti aturan tertentu. Sejauh ini, setahu saya, ada tiga belas aturan yang perlu ditaati dalam menyusun sugesti yang efektif. Bila sampai melanggar aturan ini maka sugesti tidak akan efektif. Dan kalaupun sempat bekerja efektif bisa terjadi beberapa saat kemudian menjadi tidak efektif.
Contoh kalimat sugesti yang sering digunakan namun tidak tepat bila ditinjau dari cara kerja pikiran bawah sadar adalah “Anda pasti bisa”, atau “Anda luar biasa, “Anda akan sukses…..”, atau “Anda selalu mampu mengatasi semua masalah Anda.”
Setelah sugesti berhasil melewati faktor kritis dan masuk ke pikiran bawah sadar tidak berarti sugesti ini pasti langsung bekerja dan efektif. Di pikiran bawah sadar ada empat filter mental yang berfungsi melindungi klien. Bila sugesti ini sampai bertentangan dengan salah satu atau beberapa filter ini dijamin tidak akan bisa bekerja.
Bila tidak bertentangan dengan filter mental pikiran bawah sadar, untuk bisa bekerja optimal, sugesti juga tidak boleh sampai mendapat penolakan dari program pikiran yang telah ada di pikiran bawah sadar. Penolakan ini bisa menghambat kerja sugesti. Semakin kuat penolakan, semakin sulit sugesti bekerja optimal.
Membaca uraian di atas Anda pasti sudah mendapat gambaran yang cukup gamblang mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kerja sugesti. Sekarang mari kita telaah CD audio yang banyak dijual di berbagai situs.
Untuk membimbing pendengarnya masuk ke kondisi hipnosis yang dalam biasanya CD audio menggunakan binaural beat. Binaural beat bekerja dengan prinsip berikut. Telinga manusia hanya bisa mendengar gelombang suara dengan kisaran frekuensi mulai 20 Hz sampai 20.000 Hz. Gelombang bawah sadar berkisar antara 0,1 – 4 Hz (delta), 4 – 8 Hz (theta), dan 8 – 12 Hz (alfa). Berhubung keterbatas kemampuan dengar manusia maka digunakan binaural beat untuk menuntun gelombang otak turun ke kisaran frekuensi rendah tertentu.
Misal targetnya adalah menuntun pendengar ke kondisi theta di frekuensi 6 Hz. Yang dilakukan adalah telinga kiri diberi frekuensi, misalnya 1.000 Hz, dan telinga kanan, 1.006 Hz. Otak akan menghitung selisih frekuensi yang masuk dari telinga kiri dan kanan yaitu 6 Hz dan menurunkan gelombangnya menjadi dominan 6 Hz atau theta. Itu sebabnya untuk mendapat efek maksimal musik binaural beat sebaiknya didengarkan menggunakan earphone atau headphone.
Sekarang mari kita bahas sugestinya. Bila sugesti menggunakan bahasa Inggris, seperti yang banyak dijual, maka bagi pendengar yang tidak mengerti bahasa Inggris sugesti ini tidak akan bekerja.
Bila menggunakan bahasa Indonesia ada kemungkinan bisa bekerja. Mengapa saya katakan ada kemungkinan?
Yang perlu diperhatikan adalah apakah struktur sugesti sudah mengikuti aturan yang benar sesuai dengan standar yang digunakan dalam konteks hipnoterapi klinis? Calon pembeli perlu kritis untuk bertanya siapa yang membuat atau menyusun skrip sugesti? Apakah ia punya kualifikasi untuk ini?
Bila semua sudah benar, apakah pasti sugesti bisa bekerja?
Jawabannya tetap belum tentu bisa efektif. Bila misalnya yang dimasukkan adalah sugesti magnet uang (money magnet) dan ia mendapat penolakan atau perlawanan dari program pikiran yang mengatakan “Uang adalah akar segala kejahatan” atau “Saya tidak layak dan berharga untuk kaya” maka sugesti “Magnet Uang” akan sulit bekerja. Namun bila dalam diri orang ini tidak ada penolakan maka sugesti ini pasti dapat bekerja dengan optimal dan memberi hasil seperti yang diharapkan.
Itu sebabnya orang berbeda mendengar CD audio yang sama hasilnya bisa berbeda. Ada yang cepat, ada yang lambat, dan ada yang sama sekali tidak ada hasil.
Jadi, kembali ke pertanyaan yang menjadi judul artikel ini, “Efektifkah CD audio sugesti?”
Jawabannya bisa ya… bisa juga tidak.
Membaca judul di atas mungkin agak “mengerikan” bagi orang awam atau hipnoterapis pemula. Benarkah ada kasus di mana klien tidak bisa keluar daritrance? Jawabannya, “Ada, pernah terjadi, walau sangat jarang.”
Trance atau kondisi hipnosis adalah satu kondisi kesadaran yang dihasilkan melalui proses induksi yang dilakukan oleh terapis. Induksi adalah proses di mana terapis, dengan menggunakan pendekatan atau teknik tertentu, membimbing klien untuk bergeser dari kondisi sadar normal dan masuk ke kondisi rileksasi pikiran yang sangat dalam, bisa diikuti dengan relaksasi fisik namun tidak selalu. Ada banyak lapisan kesadaran trance. Setiap kedalaman punya karakteristik spesifik baik di aspek mental maupun fisik.
Ada beberapa kondisi atau situasi yang menyebabkan klien tetap bertahan di kondisi trance yang dalam. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan yang bisa terjadi berdasar temuan kami. Ini bisa terjadi saat hipnotis sedang melakukan pertunjukan hiburan atau di ruang praktik saat terapis melakukan terapi. Pada uraian di bawah ini kata “terapis” yang saya gunakan juga berlaku bagi hipnotis.
Klien Tertidur
Pada beberapa klien yang sangat sugestif, biasa disebut somnambulis, atau yang kebetulan mengalami kelelahan fisik, induksi akan membawa mereka turun dengan sangat cepat ke dalam kondisi trance yang sangat dalam. Seringkali, karena terlalu dalam, klien secara alamiah masuk ke kondisi tidur. Dalam kondisi ini klien tidak bisa mendengar suara terapis. Saat terapis membimbing klien untuk naik atau keluar dari trance klien tidak bisa keluar.
Yang perlu terapis lakukan adalah memastikan apakah klien berada di kedalaman trance ekstrim (sangat dalam) ataukah tertidur. Bila klien tertidur maka perlu dibangunkan dengan berbicara agak keras dan menepuk pundak klien.
Klien Masuk Terlalu Dalam
Trance yang (sangat) dalam adalah kondisi yang begitu rileks, baik secara mental dan umumnya juga disertai relaksasi fisik yang sangat dalam. Terapis yang tidak berpengalaman biasanya mengalami kesulitan membimbing keluar klien yang berada di kedalaman trance ekstrim.
Aturan yang lazim berlaku untuk membimbing klien keluar dari trance, semakin dalam trance semakin lambat hitungan naiknya. Terapis yang tidak menyadari hal ini biasanya akan menghitung naik dengan kecepatan standar dan mengakibatkan klien “tersangkut” di kedalaman trance tertentu.
Bila klien dipaksa atau memaksakan diri buka mata padahal ia belum sepenuhnya keluar dari trance biasanya ia akan merasa agak melayang, bisa juga pusing, pandangan berputar, atau mual. Secara teknis ini disebut denganhypnotic hangover.
Untuk itu terapis perlu menghipnosis klien sekali lagi, membawa klien ke kedalaman seperti sebelumnya, setelah itu terapis membimbing klien keluar daritrance dengan menggunakan teknik terminasi yang lebih lambat.
Klien Terperangkap dalam Abreaksi
Dalam beberapa kasus pernah terjadi klien mengalami abreaksi hebat dan terapis tidak tahu cara menangani dengan benar sehingga klien “terperangkap” di dalam abreaksi. Akibatnya klien tidak bisa keluar dari kondisi trance. Abreaksi adalah salah satu kondisi trance yang dalam.
Untuk klien yang secara mental dan fisik kuat, abreaksi biasanya akan surut dengan sendirinya. Setelahnya klien bisa keluar dari trance. Untuk klien yang lemah pada aspek fisik dan terutama mental, abreaksi berlebih yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan kondisi klien menjadi semakin lemah sehingga tidak lagi punya energi, baik fisik maupun psikis, untuk menjalankan bimbingan terapis.
Klien Lelah Secara Fisik dan Mental
Kondisi ini mirip dengan yang dijelaskan di atas namun agak berbeda. Ada klien yang datang ke terapis dengan keluhan insomnia dan sering mual. Ternyata, dalam proses wawancara, klien tidak menjelaskan pada terapis bahwa ia tidak bisa tidur selama sepuluh hari menjelang jumpa terapis. Yang klien sampaikan hanya insomnia. Dan klien juga tidak menjelaskan bahwa sudah sepuluh hari ia sulit makan. Setiap kali makan yang terjadi adalah ia langsung mual dan muntah. Kondisi ini mengakibatkan klien secara fisik dan mental cukup lelah dan lemah.
Proses terapi berjalan sangat lancar. Klien mampu mengikuti bimbingan terapis dengan baik hingga akhir sesi terapi. Namun sesuatu yang tidak lazim terjadi di akhir sesi. Saat terapis membimbing klien keluar trance, klien bisa keluar. Beberapa saat kemudian klien kembali masuk trance dan sulit diajak komunikasi. Demikian seterusnya.
Ternyata setelah diselidiki lebih jauh klien mengalami dehidrasi dan tubuhnya kekurangan elektrolit sehingga memengaruhi kesadaran atau kognisinya. Mengetahui hal ini terapis menyarankan keluarganya untuk membawa klien ke rumah sakit untuk mendapat penanganan dokter. Setelah istirahat beberapa hari di rumah sakit kondisi klien pulih seperti sediakala.
Intonasi Suara Terapis Tidak Konsisten
Saat dalam kondisi trance dan mata tertutup, klien hanya mengandalkan pendengarannya sebagai media komunikasi dengan terapis. Pikiran bawah sadar klien mendengar tidak hanya kata-kata yang digunakan oleh terapis dan juga terutama intonasi atau tekanan suara.
Saat akan membimbing klien keluar dari trance terapis harus menggunakan intonasi yang sesuai. Walau kata-kata yang digunakan bertujuan membawa klien keluar namun bila intonasi suaranya tidak sejalan atau tetap lembut maka pikiran bawah sadar klien akan mengartikan ini sebagai perintah untuk masuk ke kondisi trance yang semakin dalam. Akibatnya, terminasi tidak bisa bekerja sempurna dan klien tetap trance.
Klien Tidak Bisa Keluar Trance Akibat Sugesti
Ada klien yang tidak bisa keluar dari trance karena mendengar suara terapis. Ada terapis yang memberi sugesti semakin klien mendengar suaranya maka klien menjadi semakin rileks. Tujuannya baik yaitu untuk mempertahankan klien dalam kondisi trance yang dalam. Namun tanpa disadari, sugesti ini juga berlaku saat terapis membimbing klien keluar dari trance sehingga saat dibimbing keluar klien tetap bertahan di kondisi trance yang dalam.
Hypnotic Rapport Terputus
Rapport yang terjalin antara terapis dan klien sangat penting dalam komunikasi. Bisa terjadi, karena hal tertentu yang diucapkan oleh terapis, rapport ini terputus sehingga pikiran bawah sadar klien tidak lagi bersedia berkomunikasi atau menjalankan bimbingan terapis, termasuk bimbingan untuk keluar dari trance. Bila ini terjadi, terapis perlu segera kembali menjalin rapport dengan klien.
Terapis Tidak Konsisten Dalam Menghitung
Konsistensi dalam menghitung perlu diperhatikan terapis. Misal, saat deepeningterapis menggunakan hitungan 1 turun ke 10. Saat awakening atau membawa klien keluar trance seharusnya dibalik menjadi naik dari 10 ke 1. Bila terapis tetap menggunakan hitungan 1 ke 10 klien bukannya naik malah akan semakin turun. Memang tidak banyak kejadian seperti ini. Namun ini pernah terjadi.
Klien Memutuskan Tidak Keluar dari Trance
Ini adalah kondisi yang akan cukup menyulitkan terapis bila terjadi. Klien tidak bisa keluar trance bukan karena terapis tidak mampu melakukan terminasitrance namun karena klien memutuskan untuk tidak keluar. Bila ini terjadi, terapis yang tidak berpengalaman biasanya akan panik. Saat terapis panik, apalagi bila ada orang lain ikut campur dalam upaya membawa klien keluartrance, akan mengakibatkan rapport terputus dan klien semakin tidak mau keluar. Terapis telah kehilangan otoritasnya. Dalam beberapa kasus yang pernah terjadi, karena terapis tidak mampu membawa klien keluar dari trance, akhirnya klien dibawa ke rumah sakit.
Untuk bisa membawa klien seperti ini keluar dari trance membutuhkan teknik khusus. Ada klien yang “tersangkut” dalam kondisi trance selama beberapa jam. Dan ada juga yang sampai beberapa hari tetap tidak mau keluar.
Ada beberapa alasan klien tidak mau keluar dari trance. Pertama, klien merasa begitu nyaman saat berada dalam kondisi trance yang dalam, pikirannya tenang, ia merasa damai, dan tubuhnya sangat rileks. Klien belum pernah merasakan kondisi yang sedemikian nikmatnya sehingga ia ingin terus berada dalam kondisi ini. Apapun yang terapis lakukan tidak akan bisa membuat klien keluar trance. Klien tipe ini biasanya sedang mengalami banyak tekanan dalam hidupnya dan kondisi trance adalah kesempatan ia untuk lepas dari tekanan ini.
Kedua, klien ingin mendapat perhatian dari terapis yang dipandang sebagai figur otoritas. Dengan klien tidak keluar dari trance tentu terapis perlu memberi perhatian dan berupaya membimbing klien keluar. Dalam hal ini klien akan sangat menikmati perhatian ekstra yang diberikan oleh terapis. Bila terapis tidak memberi perhatian, klien bisa marah, memutuskan untuk terus berada dalamtrance, dan menikmati perhatian yang ia dapatkan dari orang-orang di sekitarnya yang mungkin panik atau cemas dengan kondisinya.
Beberapa waktu lalu saya jumpa seorang kawan lama. Setelah diskusi ngalor-ngidul kami sampai pada diskusi mengenai bisnis dan dan investasi. Kawan saya ini lagi semangat sekali menjalani trading. Ia bercerita apa saja yang telah ia lakukan, yang telah ia capai, dan juga situasi terakhir yang ia alami.
Singkat cerita, kawan saya ini, mengeluhkan kinerjanya di bidang trading yang menurun drastis hingga beberapa kali mengalami kerugian dalam jumlah yang lumayan. Sebelumnya, ia telah mendapat untung yang cukup besar. Tapi sekarang, sepertinya dewi Fortuna telah berpaling darinya dan ia lebih sering merugi daripada untung. Apa yang sebenarnya terjadi?
Trading adalah satu bentuk kegiatan yang sangat menarik. Benar, kita bisa menghasilkan uang banyak dan juga bisa rugi besar. Berikut ini adalah intisari diskusi kami. Saya tidak akan masuk ke teknik melakukan trading. Penjelasan saya lebih pada rahasia sukses trading dari sudut ilmu pikiran.
Untuk bisa sukses trading maka kita perlu tahu apa saja yang membuat orang gagal. Dengan mengatasi atau menghilangkan penyebab kegagalan maka kita akan bisa berhasil.
Ada beberapa alasan orang gagal dalam melakukan trading. Saya akan menjelaskan poin-poin penting yang saya temukan, baik dari pengalaman pribadi maupun dari kasus yang dialami klien-klien saya. Besar harapan saya informasi dalam artikel ini bisa menginspirasi rekan-rekan yang biasa melakukan trading sehingga bisa semakin sukses.
Di buku Quantum Life Transformation saya menjelaskan bahwa untuk sukses dibutuhkan dua komponen yaitu God Factor dan Human Factor. Saya menuliskannya menjadi rumus: God Factor X Human Factor = Success. Saya tidak membahas God Factor karena ini di luar ranah keilmuan saya. Selain itu, relasi kita dengan Tuhan / Allah sifatnya sangat personal. Dalam kesempatan ini saya hanya akan membahas Human Factor yang terdiri atas BE dan DO.
Berikut ini adalah faktor penghambat sukses di bidang trading yang saya temukan dalam diri klien-klien saya.
Minim Pengetahuan dan Skill
Trading, sama seperti kegiatan usaha lainnya membutuhkan pengetahuan dan kecakapan agar bisa menghasilkan keuntungan seperti yang diharapkan. Banyak trader yang menipu diri sendiri dengan mengaku sebagai investor padahal mereka sebenarnya gambler atau penjudi
Seorang investor punya pengetahuan yang mendalam mengenai trading, market, mampu melakukan analisis tidak hanya analisis statistik tapi juga fundamental. Investor punya strategi yang jelas, terukur, dan biasanya bermain dalam jangka menengah dan panjang. Investor tahu benar kapan masuk dan keluar dari pasar.
Gambler masuk dan keluar dari pasar hanya berdasar feeling. Kalau pas lagi nasib baik, gambler akan mendapat untung besar. Kalau pas lagi apes… ya rugi besar. Seringkali gambler hanya ikut-ikutan dan tidak tahu alasan mengapa ia masuk atau keluar dari market.
Dari mana seseorang bisa mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk bisa melakukan trading dengan hati-hati, cermat, terukur, dan untung? Bisa belajar sendiri atau mengikuti pelatihan.
Kriteria Trainer yang Kompeten
Bila Anda memutuskan untuk memperoleh pengetahuan melalui pelatihan maka beberapa saran berikut patut mendapat perhatian serius. Mengapa? Karena trading menggunakan uang sungguhan, bukan uang mainan. Jadi, kalau rugi, Anda yang akan kehilangan uang, bukan trainer. Kerugian ini bisa sangat besar dan seharusnya tidak perlu terjadi bila kita tahu cara bermain yang cantik.
Langkah awal untuk memilih trainer adalah dengan mencari-tahu rekam jejak atau track record si trainer, bisa melalui Google atau dari alumni pelatihannya. Jangan mudah terpengaruh dengan iming-iming pasti untung. Bila trainer ini menjamin atau menjanjikan pasti selalu untung, jangan ikut pelatihannya karena tidak mungkin kita selalu untung. Namun sayangnya masyarakat umumnya kurang cermat atau kritis. Mereka sangat suka dan tanpa pikir panjang mengikuti pelatihan yang menjanjikan pasti untung dalam jumlah besar dan konsisten. Banyak yang kecewa karena setelah mempraktikkan apa yang dipelajari di pelatihan, yang katanya pasti untung besar dan konsisten, ternyata malah banyak yang buntung besar dan konsisten.
Cara lain adalah dengan meminta trainer menunjukkan rekam jejak trading yang ia lakukan. Dalam hal ini trainer perlu membuka account-nya dan menunjukkan secara live pada peserta pelatihannya. Akan sangat baik bila ia dapat menunjukkan aktivitas tradingnya selama dua atau tiga tahun terakhir. Dari sini kita akan tahu dan yakin bahwa pengetahuan, teknik, atau protokol yang ia gunakan benar-benar bisa menghasilkan keuntungan seperti yang ia janjikan. Dengan kata lain trainer ini punya rekam jejak yang proven.
Trial and Error
Ini yang paling sering dilakukan oleh trader pemula. Bila diperhatikan dengan cermat semantik trial and error secara jelas menunjukkan apa yang akan didapat oleh pelakunya. Pertama, trial atau coba dulu. Setelah itu akan error atau rugi. Saran saya, jangan pernah melakukan trial and error di dunia trading. Bila Anda ingin melakukan trading pastikan Anda punya pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan untuk mendapat keuntungan.
Fokus Pada Loss, Baru Setelah itu Profit
Ini sepertinya bertentangan dengan prinsip positive thinking atau hukum pikiran yang biasa saya ulas di berbagai artikel saya. Benar, kita perlu fokus pada hal-hal positif. Dalam trading, saat Anda fokus pada loss atau kerugian maka sebenarnya Anda fokus pada hal positif.
Anda mungkin tidak setuju dengan pernyataan saya di atas. Baik, saya akan ceritakan apa maksud saya.
Umumnya orang akan fokus pada keuntungan atau profit. Semakin mereka fokus pada untung maka semakin hilang kewaspadaan mereka. Trader yang baik memahami benar bahwa trading mengandung potensi yang sangat besar, baik potensi untung maupun rugi.
Untuk itu, yang perlu diperhatikan di awal adalah me-manage risiko. Bila kemungkinan atau potensi yang mungkin mengakibatkan kerugian bisa diantisipasi atau diminimalkan, tidak mungkin dihilangkan, maka keuntungan bisa dengan mudah didapat.
Tidak Mengenali Karakter Diri
Trading, walaupun sangat menjanjikan, tidak cocok untuk semua orang. Untuk itu setiap trader, sebelum melakukan trading, perlu memahami siapa dirinya. Trader bisa melakukan tes Investor Risk Profile untuk mengetahui karakter mereka, apakah masuk tipe agresif, moderat, atau konservatif. Dari sini baru ditentukan jenis instrumen investasi yang sesuai dengan karakternya.
Dari hasil tes ini akan diketahui tingkat kemampuan penerimaan seseorang terhadap kerugian. Ada yang kuat atau sanggup menerima kerugian signifikan dengan kompensasi keuntungan yang (sangat) besar. Ada yang tahan bila ruginya tidak terlalu besar. Ada yang tidak bisa menerima walau rugi hanya sedikit.
Dikuasai Perasaan Takut dan Serakah
Ini adalah dua emosi dasar yang menguasai manusia. Seseorang memilih melakukan trading pasti berharap mendapat untung. Kalau bisa untung sebesar-besarnya. Ini namanya serakah. Di sisi lain ia takut bila rugi. Jadi, setiap kali masuk ke pasar dua perasaan ini selalu menghantui dan menguasai pikirannya.
Dan yang kita tahu, saat emosi bergejolak maka logika tidak bisa bekerja dengan baik. Semakin intens emosi seseorang, apapun emosinya, maka semakin tumpul logikanya.
Saat posisi sudah untung umumnya trader tidak segera memutuskan untuk keluar dan memetik untungnya. Mereka masih terus menunggu… dan menunggu… dan berharap bisa untung semakin besar. Biasanya di titik inilah pasar berbalik arah. Saat keuntungan mulai berkurang… semakin menurun… biasanya mereka akan masih positive thinking dan berharap kondisi ini akan berbalik lagi. Dan akhirnya… mereka rugi. Positive thinking dalam dunia trading, apa lagi yang berlebih, adalah hal yang sangat negatif dan perlu dihindari.
Untuk itu trader perlu menentukan cukupnya berapa. Jadi, bila posisi sudah menguntungkan bisa langsung keluar dan mendapat untung. Setelah itu tidak perlu lagi memikirkan apakah kondisi pasar terus membaik, meningkat, atau menurun. Yang penting sudah dapat untung.
Ada beberapa alasan mengapa trader takut rugi:
- ia tidak siap secara mental
- uang yang dipakai main adalah uang pinjaman, uang orangtua, uang kredit, uang hasil menggadaikan sesuatu, uang tabungan, uang untuk keperluan tertentu. Intinya bukan uang menganggur.
- ia memilih trading sebagai jalan pintas untuk menghasilkan uang yang akan digunakan untuk membayar utang atau kewajiban lainnya.
Mengapa Virtual Trading Untung, Kalau Main Beneran Rugi?
Ini juga yang sangat sering dialami trader. Saat melakukan virtual trading biasanya mereka bisa untung (banyak). Setelah merasa yakin dan mampu, karena sering untung di virtual trading, mereka masuk ke pasar dan bermain dengan uang sungguhan. Apa yang terjadi? Ternyata mereka mengalami kerugian.
Lha, kok bisa? Iya, karena saat virtual trading pikiran dan perasaan mereka tenang. Mereka tahu bahwa kalaupun rugi maka ini hanya simulasi belaka, bukan kondisi riil. Namun saat mereka melakukan trading yang sesungguhnya, dan mempertaruhkan uang sungguhan, perasaan mereka akan selalu dipenuhi perasaan takut rugi.
Sesuai dengan hukum pikiran, semakin seseorang fokus pada satu hal, baik itu positf maupun negatif, maka ia akan mendapatkan apa yang menjadi fokusnya. Semakin ia takut rugi maka ia akan semakin rugi. Seperti ada tertulis, “Apa yang kutakutkan, itu yang menimpa diriku.”
Kondisi Mental Tidak Kondusif
Kondisi mental yang tidak kondusif saat masuk ke pasar atau menetapkan posisi akan berpengaruh negatif terhadap hasil yang dicapai. Misal, lagi ada masalah atau kurang sehat. Sebaiknya saat masuk ke pasar atau melakukan analisis, pikiran dan perasaan benar-benar tenang dan tidak terganggu. Tidak boleh ada telpon, kunci pintu kamar. Saat melakukan analisa kondisi pasar dan memutuskan kapan masuk semuanya harus dilakukan dengan pikiran yang benar-benar tenang. Akan sangat baik bila steril dari emosi apapun.
Mindset Ingin Selalu Untung
Ini mindset yang salah. Banyak trader, atau yang lebih tepatnya adalah gambler, yang hanya mau untung dan tidak siap rugi. Mentalitas seperti ini adalah penghambat utama dalam sukses trading. Mindset yang benar adalah dalam melakukan trading bisa untung dan rugi. Ini adalah hal yang biasa. Yang penting adalah lebih sering profit daripada loss.
Mental Block
Saya pernah membantu seorang trader yang telah berhasil profit US$ 10.000. Namun setelahnya ia rugi terus. Setiap kali mau masuk ke pasar ia selalu merasa sangat tidak nyaman. Dan bila ia paksakan main, hasilnya selalu rugi.
Setelah saya bantu cari apa masalahnya ternyata ada Bagian Diri yang tidak setuju atau mengijinkan ia untung besar. Bagian Diri ini hanya mengijinkan ia punya penghasilan Rp. 5 juta sebulan. Setelah Bagian Diri ini diproses barulah ia bisa trading dengan perasaan nyaman dan untung.
Tidak Memberi Reward Diri Sendiri
Ini juga pernah terjadi pada seorang klien saya. Ia sangat lihay trading. Sering untung besar. Namun akhirnya ia mengalami hambatan yang tidak bisa ia jelaskan. Ia sering salah dalam kalkulasi dan membuat keputusan.
Singkat cerita, saat saya bantu dan proses di pikiran bawah sadarnya barulah terungkap bahwa ada Bagian Diri yang marah karena klien ini tidak pernah memberi hadiah untuk dirinya sendiri. Bagian Diri yang marah ini rupanya punya pengaruh yang cukup besar dalam dirinya sehingga memblok Bagian yang biasanya melakukan trading. Dengan kata lain klien mengalami sabotase diri.
Tidak Transfer ke Rekening di Indonesia
Umumnya para trader membuka account di luar negeri. Mereka melakukan trading dan bila untung keuntungannya langsung dikreditkan ke rekening mereka di luar negeri. Satu hal yang sering tidak disadari atau diketahui orang yaitu saat uang ini masih di rekening luar negeri maka pikiran bawah sadar menganggap ini bukan miliknya. Uang ini akan terus digunakan untuk trading, bisa bertambah bila untung dan bisa berkurang bila rugi. Dengan demikian pikiran bawah sadar tidak merasa memiliki uang ini. Cepat atau lambat ia bisa marah dan melakukan sabotase.
Yang perlu dilakukan adalah bila profit, sebagian keuntungan perlu ditarik balik ke Indonesia. Selama masih di rekening di luar negeri , secara psikologis, ini belum uang milik sendiri. Uang ini baru akan dirasakan menjadi “milik sendiri” bila sudah masuk rekening di Indonesia.
Tidak Punya Tujuan yang Jelas
Dalam melakukan satu kegiatan atau tindakan kita perlu memiliki tujuan yang jelas dan spesifik. Trading adalah salah satu cara untuk menghasilkan uang. Dan yang lebih penting sebenarnya bukan sekedar menghasilkan profit namun apa yang akan dilakukan dengan profit ini. Pikiran bawah sadar akan bekerja keras membantu seseorang mencapai goal yang personal dan bermakna.
Tujuan utama dari hipnoterapi klinis adalah untuk membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi dan perilaku. Keberhasilan dan keefektifan terapi ditentukan oleh banyak faktor antara lain kepercayaan klien terhadap terapis, keterbukaan, kesiapan, dan kesediaan klien bekerjasama dengan terapis, dan kecakapan terapis.
Keefektifan hipnoterapi klinis sebagai salah satu modalitas terapi yang sangat efektif ditentukan oleh beberapa hal. Selain ragam teknik intervensi yang digunakan, kepercayaan diri dan pengalaman terapis, juga sangat dipengaruhi oleh kedalaman hipnosis yang dicapai klien saat terapi dilakukan.
Terdapat perbedaan signifikan dalam capaian terapi yang dilakukan di kondisi hipnosis dangkal (light trance) dan hipnosis dalam (deep trance).
Menurut Dave Elman, salah satu tokoh hipnosis/hipnoterapi mashyur, ada lima kategori kedalaman hipnosis: light/superficial, medium, somnambulistic, Esdaile state, dan hypnosleep. Elman mengatakan bahwa untuk dapat melakukan hipnoterapi yang efektif membutuhkan kedalaman somnambulisme. Kedalaman light/superficial dan medium trance tidak bermanfaat. Berbeda dengan yang diketahui awam, Milton Erickson juga menekankan pentingnya deep trance. Bahkan dalam beberapa kasus Erickson secara khusus melatih kliennya untuk bisa masuk deep trance, selama beberapa sesi, baru kemudian melakukan terapi.
Secara teknis, ada beberapa alasan penting yang mendasari mengapa terapi sebaiknya dilakukan dalam kondisi hipnosis yang dalam.
Pertama, dalam kondisi sadar normal akses ke pikiran bawah sadar tidak bisa dilakukan dengan leluasa. Setiap data yang akan masuk ke pikiran bawah sadar pasti melewati faktor kritis (critical factor). Faktor kritis adalah filter mental di pikiran sadar yang fungsinya menjaga dan melindungi setiap data yang ada di pikiran bawah sadar sehingga tidak mudah untuk diubah atau diganti. Dalam kondisi light trance, faktor kritis masih sangat kuat bekerja. Dengan demikian segala upaya yang dilakukan baik oleh klien maupun terapis, untuk mengakses pikiran bawah sadar dan melakukan modifikasi atau restrukturisasi data akan mengalami hambatan dan resistensi yang kuat. Dalam kondisi medium trance faktor kritis sudah tidak sekuat dalam kondisi sadar normal atau light trance namun masih bisa menghambat proses terapi.
Kondisi trance tidak statis namun fluktuatif dan dinamis. Klien sewaktu-waktu, dan tanpa terapis ketahui, bisa naik dari kondisi medium ke light trance. Bila naik ke light trance faktor kritis kembali menguat.
Kedua, kondisi deep trance memungkinkan terapis memberdayakan pikiran bawah sadar klien menggunakan berbagai teknik terapi yang difasilitasi oleh trance logic. Cara kerja, fungsi, karakteristik, dan manfaat trance logic berbeda dengan conscious logic yang merupakan wilayah pikiran sadar.
Ketiga, dari sisi perbandingan jumlah konten pikiran bawah sadar yang bisa naik ke permukaan. Semakin dangkal kondisi hipnosis, semakin sedikit konten pikiran bawah sadar yang bisa leluasa naik ke permukaan. Sebaliknya, semakin dalam kondisi hipnosis semakin banyak dan mudah konten pikiran bawah sadar naik ke permukaan sehingga bisa diketahui dan diproses sesuai tujuan terapi. Hipnoanalisis hanya efektif bila banyak konten pikiran bawah sadar yang dapat diakses.
Keempat, ada banyak teknik terapi yang hanya bisa bekerja dengan efektif dan memberi hasil optimal bila dilakukan dalam kondisi deep trance. Teknik-teknik ini antara lain regresi dengan affect bridge, teknik abreaksi, revivifikasi, anestesi mental, progresi, restrukturisasi konten pikiran bawah sadar, positive reimprinting, gestalt, imajinasi, sugesti, rescripting, dan berbagai teknik lainnya.
Revivifikasi hanya bisa terjadi di kondisi hipnosis yang dalam, tidak bisa di kondisi light atau medium trance. Light atau medium trance hanya bisa menghasilkan hipermnesia yang tdak dapat digunakan untuk mengakses emosi yang akan diproses. Demikian pula dengan abreaksi dan manajemen abreaksi hanya bisa efektif dalam kondisi deep trance.
Proses abreaksi hanya akan maksimal bila klien mengalami revivifikasi, bukan hipermnesia. Saat revivifikasi klien mengalami kembali pengalaman yang menjadi akar masalah lengkap dengan emosi yang dulu ia rasakan. Emosi ini yang diproses tuntas dengan teknik abreaksi dan dilanjutkan dengan restrukturisasi pengalaman sehingga terjadi resolusi trauma dan klien mendapat pemahaman baru. Syarat untuk revivifikasi adalah deep trance, tidak bisa medium trance.
Kelima, akses Ego Personality (EP) atau Bagian Diri yang berada atau bersembunyi di kedalaman lapisan pikiran. Banyak hipnoterapis mempraktikkan teknik Gestalt dalam kondisi light trance dan berhasil membantu klien mengatasi masalah dengan baik. Teknik yang sama tidak efektif digunakan bila Ego Personality yang membuat masalah “tinggal” atau “sembunyi” di kedalaman. Untuk itu terapis perlu membawa klien turun hingga deep trance agar dapat mengakses EP yang membuat masalah. Kondisi light trance hanya memungkinkan terapis atau klien mengakses EP yang berada di permukaan atau surface EP.
Keenam, dalam kondisi sadar normal unit-unit daya pikiran tersebar atau tercerai-berai. Namun saat dalam kondisi deep trance unit-unit ini menyatu sehingga sugesti atau terapi yang dilakukan mampu memberi dampak lebih maksimal dibanding dengan kondisi biasa.
Ketujuh, bila ditilik dari perspektif teori belajar, kondisi hipnosis sesungguhnya adalah kondisi pikiran yang sangat kondusif untuk belajar. Deep trance adalah kondisi pikiran yang sangat rileks di mana pikiran sadar (sangat) fokus pada materi yang dipelajari. Fokus inilah yang memegang peran penting dalam proses belajar. Kesulitan belajar umumnya terjadi karena pikiran sadar sering tidak fokus, memikirkan hal-hal lain, sehingga mengganggu proses belajar. Pentingnya kondisi deep trance untuk optimalisasi proses dan hasil belajar dan juga terapi dengan sangat gamblang dijelaskan dan ditekankan oleh Bandler dalam bukunya “Richard Bandler's Guide to Trance-formation: How to Harness the Power of Hypnosis to Ignite Effortless and Lasting Change”. Bandler mengatakan bahwa hipnosis adalah satu alat yang bermanfaat untuk menginstal strategi tertentu di pikiran bawah sadar.
Bila memang kondisi deep trance begitu penting untuk melakukan hipnoterapi yang efektif, lalu bagaimana cara untuk mencapainya?
Ada banyak teknik induksi yang bisa digunakan untuk membawa klien masuk ke kondisi deep trance. Apapun teknik induksi yang digunakan haruslah dilengkapi dengan uji kedalaman yang presisi untuk memastikan kedalaman yang dicapai klien. Ada uji kedalaman untuk mengetahui kondisi light, medium, dan deep trance.
Uji kedalaman yang baik adalah yang menyatu dan menjadi bagian dari induksi yang dilakukan terapis saat membimbing klien masuk kondisi hipnosis dan tidak diketahui oleh klien.