The only hypnotherapy school in Indonesia approved by American Council of Hypnotist Examiners (ACHE), USA

Artikel


Mengapa Umumnya Hipnoterapis Tidak Melakukan Regresi?

22 Februari 2014

Beberapa waktu lalu saya menangani klien yang datang dari luar kota. Klien ini, sebut saja Pak Budi, mengalami kecemasan tinggi yang berakibat pada meningkatnya produksi asam lambung dan sering mimpi buruk.

Saat wawancara, sesuai prosedur standar yang diterapkan di lembaga AWG Institute, saya bertanya antara lain seputar riwayat masalah yang Pak Budi alami: kapan ia mulai mengalami cemas berlebih, apa yang terjadi sebelum dan sesudahnya, bagaimana kondisinya hingga saat ini, dan apa saja yang telah ia lakukan untuk mengatasi masalahnya.

Pak Budi menjelaskan bahwa ia telah “berobat” ke empat hipnoterapis di dalam negeri dan Singapore. Ia menjelaskan bahwa para hipnoterapis ini menerapi dirinya hanya membutuhkan waktu rata-rata sekitar satu jam dan semuanya hanya menggunakan sugesti.

Pak Budi kebetulan banyak membaca dan cukup memahami proses dan teknik hipnoterapi. Ia bertanya, “Pak Adi, apa memang teknik terapi itu hanya dengan sugesti? Saya baca di beberapa buku dan situs internet ada teknik regresi. Selama saya menjalani hipnoterapi belum pernah saya diregresi. Apakah teknik regresi memang jarang dipraktikan dalam hipnoterapi?”

Saya jelaskan pada Pak Budi bahwa sebenarnya teknik yang digunakan tentu perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi klien, tidak harus dengan regresi. Terapi tidak harus menggunakan regresi. Ada banyak teknik lain yang juga sangat efektif. Dan setahu saya ada banyak hipnoterapis di Indonesia atau di luar negeri yang cakap melakukan regresi. Mungkin saja ia belum sempat bertemu hipnoterapis ini.

Kembali Pak Budi bertanya, “Tapi mengapa dari empat hipnoterapis ini tidak ada satupun yang menggunakan regresi? Apakah teknik regresi tidak efektif, sulit dipelajari, atau memang jarang diajarkan sehingga jarang ada yang menggunakannya?”

Saya berusaha mendapatkan informasi lebih mendalam dan bertanya, “Pak Budi, berapa sesi terapi yang Bapak jalani dengan masing-masing hipnoterapis?”

“Saya hanya menjalani masing-masing hanya sekali saja. Dengan dua hipnoterapis saya hanya diajak bicara. Dengan yang lainnya saya diminta rileks dan diberi sugesti,” jawabnya.

Nah, di sinilah saya mendapat titik terang. Setiap terapis tentu punya strategi terapi yang akan ia gunakan untuk membantu klien. Dan tentu strategi ini tidak perlu dijelaskan pada klien. Teknik terapi adalah sesuatu yang dipelajari, dipahami, dan dipraktikkan oleh terapis dan dialami oleh klien. Ada terapis yang baru akan menggunakan regresi di sesi kedua atau ketiga, bergantung kesiapan, kebutuhan, situasi, dan kondisi klien. Jadi, tidak serta merta langsung menggunakan teknik regresi di sesi pertama. Dan belum tentu hipnoterapis sebelumnya tidak menguasai teknik regresi.

Setelah selesai menerapi Pak Budi saya duduk termenung di ruang kerja saya. Pertanyaannya kembali mengiang di telinga saya, “Apakah teknik regresi tidak efektif, sulit dipelajari, atau memang jarang diajarkan sehingga jarang ada yang menggunakannya?” Semakin lama pertanyaan ini membuat saya semakin pemasaran dan mendorong saya untuk menemukan jawabannya.

Ingatan saya bergerak mundur ke masa awal saya belajar hipnosis dan hipnoterapi di tahun 2004/2005. Selanjutnya, menyusuri garis waktu, muncul memori saat saya menghabiskan begitu banyak waktu dan tenaga membaca berbagai buku yang saya beli dari Amazon.com dan berbagai toko buku bekas di Amerika, dan juga membaca sangat banyak informasi di situs para praktisi dan pakar hipnoterapi di luar negeri. Saya juga ingat waktu dulu saya dengan antusias, sehari sampai enam jam, memelajari berbagai teknik terapi, termasuk regresi, dengan menonton dan memelajari ratusan DVD yang saya beli dari luar negeri.

Singkat cerita, setelah sungguh-sunguh mencermati, saya akhirnya sampai pada satu simpulan menarik. Ternyata memang tidak banyak trainer hipnoterapi di luar negeri yang benar-benar mendalami teknik regresi secara sangat mendalam. Demikian juga dengan buku. Ada banyak buku bagus membahas topik hipnosis dan hipnoterapi. Namun hanya sedikit yang khusus membahas regresi. Kalaupun ada, pembahasannya hanya pada tataran teori atau konsep, sangat jarang ada yang membahas hal yang sifatnya praktis. Apalagi sampai menjelaskan langkah demi langkah cara melakukan regresi dengan contoh kasus riil. Sejauh ini, buku yang menjelaskan dengan detil teknik dan proses regresi yang dilanjutkan dengan penanganan abreaksi sangat sedikit.

Regresi, selain sangat efektif untuk mencari dan menemukan akar masalah juga dapat digunakan untuk mengakses memori positif dari kejadian tertentu di masa lalu. Regresi jenis ini bertujuan untuk mengalami kembali pengalaman positif, sikap dan pola pikir positif yang mungkin selama ini dorman atau tidak aktif, emosi-emosi positif yang telah "pudar" seiring waktu berjalan. Ini sangat baik untuk membangkitkan kembali berbagai kondisi mental dan emosi yang konstruktif dan bermanfaat bagi kemajuan hidup klien. 

Beberapa kendala yang biasanya dialami hipnoterapis pemula dalam melakukan regresi, seperti yang dulu saya alami saat baru belajar dan mempraktikkan hipnoterapi, antara lain:

1. terapis merasa tidak mampu atau tidak siap karena ego strength yang kurang kuat.

2. klien tidak siap, bisa tidak siap mengingat kembali pengalaman traumatik atau cemas dengan kemungkinan emosi yang muncul.

3. ketidakmampuan membawa klien masuk ke kedalaman hipnosis yang sesuai untuk teknik regresi. Agar teknik regresi yang dilanjutkan dengan revivifikasi, bukan sekedar hipermnesia, bisa bekerja dengan baik dan optimal dibutuhkan kedalaman profound somnambulism. Tanpa kedalaman ini regresi yang berlanjut dengan revivifikasi mustahil bisa dilakukan.

4. terapis tidak siap dan merasa tidak mampu menangani abreaksi atau luapan emosi yang terjadi saat klien mengalami revivifikasi pengalaman traumatik berisi muatan emosi yang intens. Umumnya, bila terjadi abreaksi, apalagi sampai abreaksi hebat, terapis akan panik atau takut saat melihat klien “mengamuk” atau marah, berteriak, memukul, menangis, dll. Belum lagi kalau klien sampai sesak napas, kram di daerah perut, lengan, atau kaki.

5. terapis tidak paham teknik regresi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien serta tidak menggunakan semantik yang sesuai saat memulai regresi dan mempertahankan klien dalam kondisi teregresi.

6. terapis tidak menguasai teknik resolusi trauma. Abreaksi adalah satu hal dan tidak bersifat terapeutik. Abreaksi perlu dilanjutkan dengan resolusi trauma sehingga masalah klien benar-benar tuntas ditangani.

7. terapis telah mencoba teknik regresi namun tidak berhasil menemukan akar masalah sehingga beranggapan teknik ini tidak efektif. Memang ada banyak teknik regresi. Dan dari sekian banyak teknik, dari pengalaman klinis kami, hanya ada satu atau dua teknik yang benar-benar sangat efektif untuk menemukan akar masalah.

Baca Selengkapnya

Memahami Fenomena Hipnotik : Disosiasi

15 Februari 2014

Disosiasi, yang secara harafiah artinya terpisah, adalah fenomena hipnotik di mana satu bagian dari aspek fisik atau mental seseorang mengalami kejadian atau beroperasi independen dan terpisah dari bagian lainnya. Biasanya pikiran seseorang terbagi menjadi beberapa proses yang berbeda dan berdiri sendiri, misal gambar mental yang terpisah dari emosinya, atau, dalam kondisi ekstrim, bisa terjadi dua atau lebih Bagian Diri (Ego Personality) yang aktif dalam satu pikiran yang sama.

O’Hanlon (1987) menggambarkan disosiasi sebagai pemisahan kondisi sadar dan nirsadar atau sebagai pemisahan emosi dari pikiran, perilaku, dan perasaan. Hilgard (1977) mendefinisikan disosiasi sebagai proses mental di mana sistem ide terpisah dari kepribadian normal dan beroperasi secara independen. Hilgard (1997) memandang disosiasi sebagai fenomena penting yang menjadi dasar pengalaman hipnotik yang dialami seseorang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bartis dan Zamansky (1986).

Salah satu contoh fenomena hipnotik yang didasari disosiasi adalah amnesia. Amnesia adalah satu kondisi di mana informasi tidak dapat diingat karena dipegang atau disimpan oleh satu Bagian Diri yang terdisosiasi sehingga tidak bisa diakses oleh Bagian Diri yang lain. Demikian pula fenomena lainnya seperti halusinasi.

Disosiasi yang terjadi pada tubuh adalah satu cara penting untuk mengendalikan rasa sakit dan merupakan dasar untuk menghasilkan anestesi mental (Kroger, 1963).

Satu aspek penting disosiasi yaitu bagian-bagian yang terdisosiasi sifatnya otonom atau semiotonom di mana mereka berfungsi secara mandiri, dalam derajat tertentu, terhadap bagian lainnya.

Disosiasi terjadi secara alamiah baik dengan atau tanpa kondisi hipnosis/trance. Penting untuk disadari bahwa disosiasi adalah mekanisme mental yang dapat digunakan baik untuk hal yang produktif maupun kontraproduktif.

Umumnya disosiasi dihubungkan dengan gangguan mental seperti kepribadian yang terpecah / DID (dissociative identitiy disorder), disosiasi afek (tidak ada perasaan yang terhubung dengan sebuah memori atau kejadian), fugue disosiatif, amnesia dan represi yang diperkuat disosiasi yang menghambat seseorang untuk mengingat masa lalu.

Disosiasi sebenarnya sangat bermanfaat. Setiap orang pasti mengalami disosiasi secara normal dan sehat sebagai bagian penting dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Sebagai contoh, saat sedang fokus mengerjakan hal penting, kita secara normal dan alamiah melakukan dan mengalami disosiasi sehingga tidak mengingat atau lupa akan hal-hal yang membuat diri kita cemas atau khawatir. Saat sedang asyik nonton film kita tidak mendengar suara telpon yang berdering agar dapat benar-benar fokus dan menikmati filmnya.

Saat jalan dan melangkahkan kaki, kita juga mengalami disosiasi. Kita tidak perlu secara sadar dan sengaja (asosiasi) mengendalikan langkah kaki agar dapat berjalan. Justru berjalan akan menjadi sulit saat kita secara sengaja mengatur langkah kaki dan gerakan tubuh.

Saat sistem pilot otomatis kita aktif, kita menggunakan disosiasi secara adaptif untuk menjalani hidup. Dalam studi literatur yang ia lakukan, Uneståhl (1988) melaporkan bahwa riset berulang kali menemukan bahwa 90% hingga 95% hidup kita dijalankan secara otomatis.

 

 

Baca Selengkapnya

The Conny Method: Melahirkan Nyaman, Mudah, dan Menyenangkan

13 Februari 2014

(Berikut ini adalah proses persalinan anak kedua dari sahabat saya, Conny Widya, istri dari Agus Wirajaya. Mereka berdua adalah hipnoterapis alumni AWG Institute, tinggal di Denpasar, dan secara khusus mengembangkan teknik hypnobirthing The Conny Method  yang sangat luar biasa. Teknik ini telah diajarkan kepada banyak ibu hamil dan para ibu ini telah melahirkan dengan perasaan sangat nyaman, mudah, lancar, sama sekali tidak ada rasa sakit, dan bahkan ada yang mengalami orgasme saat melahirkan, seperti yang dialami oleh salah satu klien mereka tgl 24 Januari 2014 lalu. Berikut sekilas proses persalinan Conny yang terjadi di rumahnya. )

Dear Pak Adi, 

Semoga email ini menjumpai Pak Adi dalam keadaan sehat dan sejahtera. Saya ingin menyampaikan proses kelahiran Mallika, putri kedua kami, berat 3,2 kg dan panjang 51 cm, berdasarkan apa yang disampaikan oleh Conny, mengingat selama proses persalinan Conny tetap pegang BB sehingga bisa lihat jam. Conny masih bbm dengan Intan, adiknya, saat sudah pecah ketuban. Jadi saya rasa cerita Conny lebih akurat daripada cerita saya kemarin. 

Adapun waktu itu tanggal 10 Feb sekitar jam 2 pagi Conny mulai merasakan kontraksi berkala. Kemudian dihitung sendiri oleh Conny jeda antar kontraksi sekitar 8 menit sekali. Sambil menunggu kemajuan kontraksi kami bercerita dan bercanda ringan sembari saya melakukan sentuhan ringan di pinggang dan pinggul Conny. Sampai akhirnya saya beberapa kali tertidur karena saking nyamannya. Sekitar jam 5  jeda kontraksi sekitar 5 menit. 

Setelah itu Conny mengabari bidan yang akan bertugas membantu persalinan perihal kontraksinya. Bidan ini ingin segera datang tapi Conny menyarankan pagi saja setelah sarapan karena masih terlalu pagi. Lagi pula Conny menikmati dengan sadar proses yang terjadi dalam perutnya. Bahkan dia bisa merasakan bagaimana kepala bayi mulai terdorong ke bawah secara perlahan sehingga tulang pinggulnya seperti tertarik melebar. Ini semua dialami dengan tenang, nyaman, dan santai. 

Jam 09.00 bidan yang bertugas datang, menyiapkan peralatan dan keperluan persalinan, dan dengan santai sambil ngobrol-ngobrol sampai jam 10 lebih kemudian diperiksa dalam oleh bidan dan ini baru terjadi bukaan 1 longgar. Tensi Conny cukup tinggi 140/90 di mana tensi ideal adalah 120/80, sehingga harus diobservasi lagi. Bila tensi tidak turun, maka conny harus cek urine ke lab, menghindari resiko eklampsia (naiknya tekanan darah tiba-tiba pada ibu hamil). Ada beberapa kasus yang pernah saya baca saat akan melahirkan tiba-tiba tekanan darah tinggi, sehingga ada kemungkinan terjadi pecah pembuluh darah dan pendarahan hebat, dan menghadapi resiko kematian ibu. 

Selesai periksa dalam, Conny mengajak bidan jalan-jalan melihat ruang terapi kami, ruang PAUD, dan mencarikan bacaan untuk bidan agar tidak bosan menunggu, lalu kami masuk ruang terapi. Saya membimbing Conny relaksasi dengan dengan teknik indusi EAI, lalu saya lakukan ERT untuk menetralisir berbagai emosi yang mungkin Conny rasakan.

Selanjutnya masuk peristiwa bahagia, compounding, lalu teknik visualisasi mawar merekah, dilanjutkan dengan sugesti setiap kontraksi yang terjadi terasa nyaman , menyenangkan, dan teras begitu cepat, sehingga berapa lama pun waktu yang dibutuhkan untuk kontraksi Conny seperti merasakan itu terjadi hanya dalam beberapa menit. Saat dalam kesadaran penuh maka mawar merekah ini tetap terjadi pada jalur lahir yang akan dilalui bayi kami. Kemudian saya minta Conny memvisualisasikan proses bersalinnya begitu nyaman, bahkan orgasme (ini gagal terjadi pada Conny karena saking cepatnya antara crowning dan bayi keluar). Sugesti pengunci. Emerging. 

Setelah itu kami makan siang, waktu itu sudah jam 13.00 siang. Selesai makan dan ngobrol, Conny jalan-jalan di kamar, jam 13.40 tiba-tiba pecah ketuban, setelah sebuah kontraksi yang cukup panjang dan kuat. Conny tahu dan sangat sadar bagaimana gerakan perutnya, bagaimana bayi semakin terdorong turun bagian atas jalan lahir seperti terdorong ke atas. Tapi Conny sangat menikmati proses ini. Conny naik ke tempat tidur, saya ngepel lantai dulu, mengisi kolam plastik dengan air panas, bidan meriksa kembali kelengkapan peralatannya lalu melakukan pemeriksaan dalam dan bidan mengatakan bukaan 4 lingga (hampir 5). Conny diperiksa tensi sudah menjadi 120/90. Saya bilang sama bidannya sebentar lagi mudah-mudahan normal. 

Saya bertanya pada bidan berapa lama biasanya bukaan lengkap, menurut bidan untuk kehamilan anak kedua dan seterusnya biasanya bukaan 4 ke bukaan berikutnya, setiap bukaan biasanya kurang lebih sekitar 30 menit. Jadi bidan memperkirakan bayi kami lahir sekitar jam 4 sampai jam 5. Kemudian bidan keluar kamar, dan bilang akan periksa 30 menit lagi sehingga, kalau bukaan 8 baru menghubungi dokter. Dengan demikian dokter bisa tiba saat bukaan lengkap. Asumsi bidan bukaan 8 ke 10 sekitar 1 jam sehingga cukup waktu dokter sampai ke rumah kami. Jam 11.00 dokter sedang menangani SC di salah satu rumah sakit. 

Saya menyalakan musik, lalu kami berdua ngobrol ditempat tidur, sambil bercanda dan ketawa-ketawa. Saya mengelus-elus bagian pinggang dan pinggul Conny dengan perasaan sayang, sesekali turun memeriksa air, membersihkan sisa air ketuban yang masih tercecer, menyiapkan keset di sekeliling kolam, minta tolong mama memakaikan Visakha, putri pertama kami, baju renang. 

Jam 14.00 iseng saya ingin lihat "isi" di balik selimut Conny, ternyata lendir penyumbat sudah sangat banyak di underpad (alas tidur semacam perlak agar cairan tidak jatuh ke kasur). Saya bilang sama Conny ini bisa jadi sudah mau lahir, atau paling tidak sudah bukaan 7 atau 8.  Conny bilang nggak mungkin sudah lengkap, kan baru sebentar, paling maju 1 atau 2 bukaan. 

Tepat selesai Conny bicara, Bidan mengetuk pintu minta masuk untuk memeriksa lagi karena telah 30 menit. Setelah diperiksa, ternyata bukaannya sudah 9 longgar (menuju 10). Periksa tensi 120/80 sehingga tidak perlu lagi cek urine di lab. Conny diijinkan masuk ke kolam. 

Saat masuk, Conny bilang airnya kurang hangat. Suhu yang dibutuhkan 37 derajat. Namun saat diukur, 35 derajat, sehingga harus ditambahkan air panas. Jadi saya keluar memanaskan air bersama mama lalu membawa Visakha masuk ke kolam ikut berenang sama mamanya. Air di water heater tidak mau panas seperti sebelumnya mungkin karena masih dalam proses pemanasan di tangkinya. 

Setelah itu saat saya mau ambil air panas di dapur, Bidan bilang sudah crowning (bukaan lengkap dan kepala bayi sudah tampak tapi belum keluar dari jalan lahir). Pengalaman sebelumnya saat Visakha lahir, waktu crowning dan kepala bayi keluar cukup lama. Sehingga saya pikir cukup waktu bawa air panas dari dapur ke kamar yang hanya berjarak 10 meter. Ternyata saat tiba di kamar Conny sudah memeluk si baby. Bidan bilang keluarnya perlahan namun pasti gerakannya konstan maju (kepala bayi tidak keluar masuk keluar masuk). Bayi keluar sepenuhnya dan berada di air pukul 14.44 wita dan Conny sama sekali tidak mengejan. 

Visakha ikut elus-elus kepala adiknya saat baru nongol dari jalan lahir. Kemudian Conny naik ke tempat tidur. Lima menit kemudian waktu keluarnya plasenta, Conny juga lakukan dengan mudah sambil tetap mendekap Mallika. Tak lama kemudian dokter datang (baru selesai operasi pukul 14.00). Setelah diperiksa ternyata sama sekali tidak ada robekan jalan lahir, hanya ada lecet akibat gesekan yang memang tidak bisa dihindari, akibat gesekan dengan rambut dan kepala bayi. Jadi dokter bilang tidak perlu minum antibiotik, minum penahan nyeri bila diperlukan (ternyata sampai saat ini tidak diperlukan), minum multi vitamin dan penambah darah agar cepat menggantikan darah yang keluar saat bersalin.

Yang luar biasa, tensinya Conny diturunkan dengan hipnosis. Bidan mengirim sms berkala kepada dokter yang diterima oleh asisten operasinya yang kemudian disampaikan kepada pak dokter. Saya perkirakan cukup waktu sampai sini setelah operasi, ternyata maju bukaannya cepat sekali. Terakhir dokter bilang, “Ibu Conny sudah boleh kok pakai celana jeans kalau mau. Pak Agus nanti saya akan referensikan pasien-pasien saya ke bapak, termasuk yang infertil karena faktor psikologis.” 

Yang saya jadikan catatan, Conny sangat sadar pada proses pergerakan perut, dan pergerakan bayi di dalam, tapi tetap merasa nyaman. Dia tahu kontraksi bahkan tetap santai. Yang lainnya, Conny bisa menahan untuk tidak mengikuti dorongan mengejan (saat Visakha dulu Conny sempat jadi bete karena dorongan ingin buang air ini tidak bisa dia atasi dan saya juga tidak menyangka ada kondisi seperti ini), sehingga akhirnya saat crowning Visakha, ada kontraksi untuk mendorong bayi, Conny mengejan keras melampiaskan keinginannya mengejan, dan akhirnya diperlukan beberapa jahitan untuk merapatkan robekan. Tapi saat sudah di ranjang untuk mengeluarkan plasenta Conny sudah tidak paksa mengejan lagi. Saat hendak dijahit sudah bisa bercanda sama dokternya. Dia bilang agak dirapetin ya dok jahitnya. 

Menurut saya, protokol hypnobirthing The Conny Method yang kami kembangkan telah mengalami kemajuan yang luar biasa karena telah diajarkan dan dipraktikkan kepada klien-klien kami selama 2,5 tahun dengan tingkat keberhasilan yang sangat tinggi, dan terus kami sempurnakan berdasar masukan dan pengalaman para klien kami. Dan Conny yang lebih banyak mengajar The Conny Method kepada para klien kami. Dengan demikian secara tidak langsung dia juga tetap ikut latihan, sehingga perbaikan-perbaikan teknik lebih mudah kami lakukan, ketimbang saya sendiri karena tidak mengalami langsung proses hamil dan bersalin. 

Demikian Pak kejadiannya kemarin. Yang saya sayangkan cuma tiga hal, Pak. Pertama Conny gagal orgasme karena bayi keluarnya cepat. Kedua, saking cepatnya saya jadi tak sempat melihat prosesnya. Dan ketiga, tidak ada yang sempat merekam, bahkan bidan yang saya titipi kamera untuk merekam tidak keburu mengambil kameranya yang sudah saya siapkan dekat kasur karena proses persalinan yang sangat cepat. 

Sekali lagi terima kasih atas support dan terutama saran bapak tentang distorsi waktu yang dimasukkan ke protokol The Conny Method. Saya tidak menyangka hasilnya akan seperti ini. Jujur saya kira distorsi waktu ini hanya membuat kliennya merasakan proses yang lama jadi terasa semua begitu cepat, sehingga tidak terjadi lagi kejadian keluar spontan dari kondisi hipnosis  seperti pada klien sebelumnya, walaupun setelah itu klien masuk kembali ke kondisi hipnosis dan mengalami orgasme setelah itu.

Salam hormat dari kami sekeluarga, 

Agus, Conny, Visakha, dan Mallika.

Salam hangat,

Agus Wirajaya, SE, SAg, CCH.

Certified Clinical Hypnotherapist of Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology

HP: 08123814803   Pin BB: 25DF6F23

Baca Selengkapnya

Peran Ibu Dan Gangguan Emosi Pada Anak

28 Januari 2014

Ibu menempati posisi yang teramat penting dalam membesarkan dan mendidik anak. Proses pendidikan, khususnya di aspek emosi, telah mulai dilakukan oleh ibu, baik secara sadar atau tidak, sejak bayi dalam kandungan hingga lahir dan terutama selama enam tahun pertama kehidupan anak.

Sejak lahir bayi telah dibekali kemampuan atau kepekaan untuk merasakan ketidaknyamanan/rasa sakit yang ia ungkapkan dengan tangisan. Respon ini sifatnya protektif, penting bagi keselamatan hidup bayi, karena dengan cara ini ia memberitahu orang lain di sekitarnya mengenai perasaan tidak nyaman/sakit yang ia rasakan atau alami dan berharap orang di sekitarnya akan segera datang membantu dan menghilangkan perasaan yang mengganggu ini.

Tangis bayi biasanya akan segera mendapat perhatian dari ibunya. Saat ibu mampu memenuhi kebutuhannya, menghilangkan perasaan tidak nyaman atau menghilangkan rasa sakit, tangis bayi reda dan ia akan kembali tenang.

Tangis ini adalah komunikasi utama yang bayi gunakan dalam menyampaikan pesan tertentu mengenai apa yang ia butuhkan. Misalnya, bila ia merasa dingin, ibunya akan menyelimutinya. Bila ia buang air maka ibunya akan membersihkan dan mengganti popoknya. Bila ia lapar atau haus maka ibu akan memberi asi atau makan.

Setiap kali bayi merasa tidak nyaman atau sakit maka tangisnya sudah lebih dari cukup untuk bisa membuat ia mendapat apa yang dibutuhkan untuk kesejahteraan dan terutama keselamatan hidupnya. Ibu yang memberi atau memenuhi kebutuhan bayi, dalam hal ini, mewakili rasa aman, rasa nyaman, dan kedamaian. Bayi yang tak berdaya ini hanya bisa mengandalkan dan sepenuhnya bergantung kepada figur ibu untuk mengenali dan sekaligus menyelesaikan setiap masalah yang membuatnya tidak nyaman/sakit.

Setiap individu di sekitar bayi yang dapat segera memberi respon terhadap tangis bayi dan memberi bantuan yang dibutuhkan bayi berperan sebagai “ibu”.

Kadang, dalam situasi tertentu, bayi bisa menangis dalam waktu yang cukup lama sebelum mendapat perhatian atau bantuan dari ibunya. Dalam kondisi ini, untuk bisa mendapat perhatian ibunya maka satu-satunya cara yang bisa dilakukan bayi adalah menangis semakin keras. Gerakan tangan, kaki, dan wajahnya menjadi semakin hebat, dan menunjukkan ia mengalami sesuatu yang lebih dari sekedar perasaan tidak nyaman atau sakit, yaitu perasaan takut.

Takut adalah perasaan yang menggantikan perasaan tidak nyaman atau sakit bila sumber perasaan tidak nyaman ini dirasa mengancam keselamatan hidup. Selama ia tidak mendapat perhatian atau respon yang dibutuhkan maka bayi akan terus menerus menangis. Tangisnya baru berhenti saat ibunya atau siapa saja yang ada di sekitarnya datang memberi perhatian dan memenuhi kebutuhannya.

Untuk anak yang lebih besar, saat ia merasa takut, maka ia bisa melakukan tindakan yang lebih positif yaitu berupaya menghindari atau menjauhi sumber perasaan tidak nyaman atau sakit. Ia akan merangkak atau lari menjauh ke tempat yang ia rasa aman. Anak cenderung akan bergerak mendekati ibunya (atau figur ibu) untuk mendapat rasa aman, bila ia tahu bisa mendapatkannya dari sosok ini. Perasaan takut ini akan terus ia alami dan rasakan sampai ia benar-benar merasa aman.

Lebih lanjut, setelah lebih besar, anak bisa merasakan emosi marah. Saat merasa takut anak akan menghindar. Namun responnya berbeda saat ia marah. Emosi marah mendorong anak untuk mengusir, menolak, atau bahkan menghancurkan sumber masalahnya dengan menggunakan sumber daya yang ia miliki atau yang ada dalam jangkauannya. Anak bisa berteriak, memukul dengan tangan, atau memukul menggunakan benda tertentu dengan satu tujuan yaitu segera menghilangkan penyebab rasa tidak nyaman atau sakit yang ia alami. Saat bahaya sudah lewat anak kembali menjadi tenang dan merasa nyaman. Ia belajar menggunakan emosi marah untuk tujuan pertahanan diri.

Jadi, dalam diri setiap insan ada tiga emosi utama yaitu perasaan tidak nyaman, takut, dan marah, dengan peran dan fungsi yang spesifik untuk menjaga kelangsungan hidup.

Rasa tidak nyaman sering muncul dalam bentuk perasaan ditolak, kesepian, dan terasing. Rasa takut berasal dari memori rasa tidak nyaman/sakit membuat seseorang berusaha menghindari atau menjauhi sesuatu yang dirasa atau dipersepsi sebagai bahaya. Takut dapat menyamar sebagai emosi cemas, ngeri, atau panik. Ketiga emosi ini sebenarnya sama, yaitu takut, namun dengan intensitas yang berbeda.

Emosi marah, melindungi individu baik dengan menakuti-nakuti sumber masalah agar menjauh atau pergi, atau menghilangkan secara pemanen, yang tampak dalam tindakan agresif, sikap bermusuhan dan kebencian.

Dengan demikian setiap emosi bermanfaat untuk memberdayakan individu dalam mengatasi bahaya, baik yang nyata atau hanya persepsi, agar selamat.

Saat emosi-emosi ini berhasil memenuhi peran dan fungsinya, tidak akan muncul masalah. Saat anak merasa tidak nyaman atau sakit, ia menangis dan mendapat perhatian dan bantuan. Saat merasa takut, ia lari menjauh atau menghindari bahaya ke tempat aman. Jika dua kondisi ini tidak mungkin, ia dapat menggunakan cara ketiga, marah, dan menghilangkan sumber bahaya sehingga bisa kembali merasa aman dan nyaman.

Namun, bila karena suatu hal emosi-emosi ini tidak dapat diungkap seperti yang seharusnya maka akan timbul masalah. Setiap emosi selalu disertai perubahan fisiologis yang spesifik untuk menjalankan fungsi emosi ini. Dengan demikian setiap emosi yang tidak dapat diungkap, tidak mendapat saluran keluar yang semestinya, mengakibatkan gangguan baik secara mental maupun fisik.

Dalam kondisi normal, jika tidak berhasil mendapatkan bantuan, saat ia merasa tidak nyaman atau sakit, anak akan menggunakan rasa takut untuk menghindar atau dapat menjadi marah dan mengusir atau menghilangkan sumber masalah.

Pertanyaan penting dan menarik untuk dikaji bersama yaitu apa yang akan terjadi bila ternyata sumber rasa tidak nyaman/sakit atau bahaya adalah ibunya sendiri. Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan ibu adalah siapa saja yang punya hubungan dengan anak dan menjalankan fungsi/peran ibu yaitu menjaga dan mengasuh anak (misal: ayah, kakek, nenek, paman, tante, kakak, pembantu, atau baby sitter).

Bila yang menjadi sumber masalah adalah ibu, atau orang yang berperan sebagai ibu, maka anak akan bingung untuk memberi respon emosi yang tepat. Emosi yang seharusnya berguna untuk melidungi anak, kini tidak lagi dapat menjalankan fungsinya. Tangisan hanya akan membuat anak lebih menderita, sehingga rasa tidak nyaman ini tidak dapat ia ungkap.

Anak tidak dapat menggunakan emosi takut untuk lari atau menghindar karena ibu yang seharusnya memberi rasa aman kini justru menjadi sumber masalah. Tidak ada lagi tempat yang aman untuk berlindung atau mendapat perlindungan.

Demikian pula dengan emosi marah. Anak tidak dapat menggunakan emosi ini untuk menghilangkan sumber masalahnya karena, walau misalnya bisa ia lakukan, dengan melakukan hal ini pada saat bersamaan ia menghilangkan sumber rasa amannya. Satu-satunya jalan keluar bagi anak dalam situasi dan kondisi ini adalah memblok, menekan emosi yang ia rasakan atau alami.

Emosi, walau telah berhasil ditekan dan seolah telah hilang, ibarat api dalam sekam. Api emosi ini tetap menyala walau tidak disadari dan mengakibatkan berbagai masalah baik di aspek fisik dan atau mental/emosi.

Frederick “Fritz” Perls, bapak Gestalt, pernah mengatakan bahwa emosi memiliki rentang hidup yang meliputi satu kelahiran dan satu kematian, satu awal dan satu akhir. Perls juga menambahkan bahwa hanya ada dua cara untuk mengungkap emosi. Pertama, ke arah luar, dalam bentuk ekspresi verbal atau tindakan. Kedua, bila emosi ditekan sedemikian rupa sehingga tidak bisa diungkap, ia akan masuk ke dalam dan terekspresi melalui respon fisik (psikosomatis) dan atau gangguan mental/emosi. Emosi yang tidak berhasil diproses tuntas akan terus tinggal di dalam diri kita, menimbulkan masalah, sampai mereka berhasil diproses tuntas.

Dari riset di bidang neurosains di ketahui bahwa wilayah orbito-frontal, yang terletak di bawah lobus pre-frontal memainkan peran penting dalam kedali emosi. Schore (2001a) menamakan wilayah otak ini sebagai “senior executive” dari interaksi sosial, berperan dalam mengatur dan mengendalikan perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan emosi.

Schore (2000) juga menyatakan bahwa kedekatan hubungan anak dan ibu secara emosi memengaruhi pembentukan mekanisme mengatasi stres di otak kanan anak. Hal ini tampak pada wilayah orbito frontal atau “senior executive” yang sangat berkembang di wilayah otak sebelah kanan, dan sangat terlibat dalam pengolahan emosi. Jika wilayah ini tidak berkembang optimal atau mengalami gangguan perkembangan di tahun-tahun awal kehidupan akan sangat memengaruhi perilaku sosial dan moral di kemudian hari.

Otak sebelah kanan berperan aktif saat kita berusaha memahami emosi atau perasaan orang lain, saat berkomunikasi, melalui kontak mata, pemaknaan ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan pergeseran halus kondisi pikiran dan perasaan yang terjadi atau dialami orang lain.

Ibu membantu perkembangan dan pertumbuhan bayi yang masih kecil melalui peran yang oleh Stern (1985) disebut dengan “self regulating other”. Dalam hal ini ibu berperan dan bertindak sebagai pihak yang memerhatikan, menyediakan, dan memenuhi kebutuhan anak, sejalan dengan ekspresi afeksi anak. 

Peran ini terjadi melalui interaksi antara ibu dan bayi. Saat bayi menangis, karena merasa tidak nyaman atau sakit, dan ibunya memberi perhatian dan respon dalam bentuk menggendong, memeluk, serta menenangkannya, baik secara fisik dan emosi, dan juga memberi stimulasi. 

Saya teringat salah satu topik bahasan yang saya dapatkan saat mengikuti pelatihan dan sertifikasi neurofeedback di Los Angeles beberapa bulan lalu. Sejalan dengan uraian Schore dan Stern, dalam upaya membantu klien, baik anak atau dewasa, lebih mampu meregulasi emosi mereka maka yang dilatih dengan neurofeedback adalah wilayah otak kanan terlebih dahulu baru setelah itu wilayah otak lainnya.  

Baca Selengkapnya

Memahami Fenomena Hipnotik

26 Januari 2014

Pemahaman awam mengenai aplikasi hipnosis untuk terapi selama ini lebih pada relaksasi yang dilanjutkan dengan pemberian sugesti. Banyak yang belum mengerti atau tidak tahu bahwa dalam kondisi hipnosis terdapat fenomena-fenomena hipnotik yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi proses perubahan yang bersifat terapeutik.

Langkah awal untuk mampu menerapkan pengetahuan dan pemahaman akan berbagai fenomena hipnotik dalam konteks klinis diawali dengan mengenal dan mengerti fenomena itu sendiri. Artikel ini bertujuan menjelaskan fenomena hipnotik yang dapat muncul dalam kondisi trance, baik secara spontan atau melalui proses yang difasilitasi oleh terapis, dan tidak untuk menjelaskan aplikasi setiap fenomena dalam konteks terapi. Penjelasan detil dan teknik utilisasi fenomena hipnotik untuk tujuan terapi hanya dapat dilakukan melalui pelatihan intens mengingat kompleksitas teoritis dan membutuhkan penjelasan mendalam dan untuk menghindari kontraindikasi.

Dalam kondisi hipnosis subjek dapat menghapus, memodifikasi, dan mencipta pengalaman yang tidak mungkin terjadi atau dialami dalam kondisi kesadaran normal. Subjek menjadi lentur dalam kemampuan persepsi waktu subjektif; waktu hipnotik dapat dipersepsikan (sangat) lama atau (sangat) singkat. Subjek dapat mengubah citra tubuhnya, memengaruhi aliran darah, mengurangi rasa sakit, secara disosiasi melihat diri mereka berada dalam realita lain, secara meyakinkan mundur ke masa kecil, merespon sugesti dengan sangat akurat, dan berkomunikasi secara simbolik melalui menggambar secara otomatis sambil tetap lancar berbicara dengan orang lain. Singkat kata, melalui hipnosis, subjek dapat mengubah relasi dan persepsi mereka terhadap waktu, mengubah pengalaman sensori, merespon secara otomatis, dan memodifikasi memori.

Fenomena hipnotik dapat digambarkan sebagai manifestasi alamiah perilaku dan pengalaman kondisi trance. Fenomena ini meliputi baik kejadian psikologis yang dialami secara subjektif, seperti mengingat, melupakan, distorsi waktu, dan perubahan persepsi, dan juga kejadian yang teramati, seperti lengan yang terangkat (arm levitation) atau menulis otomatis (automatic writing).

Fenomena hipnotik terjadi dan ada di semua kebudayaan di seluruh dunia dan di semua periode sejarah (Wickramasekera,1988). Fenomena ini kerap muncul dalam konteks keagamaan atau penyembuhan/medis.

Menurut Erickson (1980) terdapat beberapa karakteristik mental dan fisik yang ada pada semua kondisi hipnosis yaitu sugestibilitas, literal, katalepsi, amnesia, perubahan sensori, dan sugestibilitas pascahipnosis. Pada aspek fisik, karakteristik yang umum dijumpai yaitu napas dan denyut nadi melambat, perubahan yang berhubungan dengan mata, dan berkurangnya gerakan tubuh (Zeigh, 1984).

Fenomena hipnotik yang muncul dalam kondisi trance berbeda antara satu subjek dengan lainnya, bergantung pada tipe kepribadian, kedalaman tranceyang dicapai subjek, pengharapan, niat, sugesti yang diberikan, kondisi mental dan emosi pada satu saat, dan kebutuhan. Bahkan individu yang sama, di hari yang berbeda, dapat mengalami fenomena hipnotik yang berbeda pula.

Ada banyak skala kedalaman trance yang disusun oleh praktisi hipnoterapi yang menjelaskan hubungan antara kedalaman trance dan fenomena hipnotik, antara lain Stanford Hypnotic Susceptibility Scales, Harry Arons Hypnotic Depth Scale, Davis-Husband Scale, Lecron-Bordeaux Scale, Heron Depth Scale, Hartman Depth Scale. Namun sangat disayangkan tidak satupun skala ini menjelaskan secara eksplisit bagaimana memanfaatkan fenomena hipnotik untuk tujuan terapuetik.

Ragam Fenomena Hipnotik

Berikut ini adalah fenomena hipnotik beserta penjelasan singkat untuk masing-masing fenomena sesuai kategori.

Fungsi Memori

Amnesia adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat atau mengenali pengalaman masa lalu. Amnesia dapat dimunculkan dalam kondisi hipnosis baik untuk menyembunyikan/menghambat akses memori (dari pengalaman, perasaan, atau bentuk pikiran) yang terjadi sebelum atau selama trance

Hipermnesia adalah meningkatkan kemampuan mengingat secara luar biasa. Fenomena hipnotik ini memungkinkan subjek mengingat dengan sangat nyata memori kejadian masa lalu lengkap dengan semua detil sensori. 

Sugesti pascahipnosis merujuk pada pelaksanaan atau eksekusi dari suatu sugesti yang diberikan saat subjek dalam kondisi hipnosis dan sugesti ini dilaksanakan setelah subjek keluar dari kondisi hipnosis. 

Bermain dengan Waktu

Perubahan persepsi terhadap waktu adalah salah satu fenomena trance yang umum dialami subjek dalam kondisi hipnosis, bahkan pada kondisi hipnosis dangkal (Erickson, 1980). Subjek dalam trance selama 60 menit dan merasa hanya 10 menit disebut mengalami kontraksi waktu (time contraction). Sedangkan subjek yang berada dalam kondisi trance 10 menit namun merasa 60 menit disebut mengalami ekspansi waktu (time expansion). Umumnya, semakin dalam kondisi trance, semakin intens kontraksi waktu yang dialami subjek. 

Fenomena ekspansi waktu pertama kali ditemukan oleh Cooper (1948) melalui eksperimen di mana subjek penelitian merasakan waktu subjektif selama 10 menit padahal waktu sebenarnya hanya 3 detik.

Regresi (age regression) adalah fenomena hipnotik yang sebagain berdasar pada mekanisme amnesia dan hipermnesia. Regresi artinya subjek mundur ke masa lalu. Dalam konteks hipnoterapi klinis, dikenal dua jenis regresi yaitu regresi terdisosiasi (hipermnesia) dan regresi terasosiasi (revivifikasi). Revivifikasi berbeda dengan hipermnesia. Hipermnesia adalah meningkatnya kemampuan mengingat, sedangkan revivifikasi memungkinkan subjek mengalami kembali memori dari kejadian masa lalu sama seperti dulu ia mengalaminya.

Selanjutnya, hipermnesia dan revivifikasi masing-masing terbagi menjadi dua tipe yaitu hipermnesia tipe 1 dan 2, dan revivifikasi tipe 1 dan 2, masing-masing dengan karakteristik mental dan kegunaan yang berbeda secara klinis. Revivifikasi tipe 1 ada dua tipe yaitu yang sifatnya complete dan partial (Gunawan, 2011). Revivifikasi tipe 2 juga disebut sebagai pseudo age regression (Weitzenhoffer, 1989b).

Progresi adalah fenomena hipnotik di mana subjek dibawa maju ke masa depan. Pengalaman di masa depan bisa berupa mengalami sukses seperti yang diinginkan, berbicara pada diri di masa depan, atau menjadi diri di masa depan, dengan tetap mampu mengakses pikiran dan perasaan diri dari masa sebelumnya. Beberapa istilah yang digunakan untuk progresi yaitu age progressionfuture orientation, dan psedu-orientation in time.

Dualitas Realita

Disosiasi adalah salah satu fenomena hipnotik yang cukup dikenal dan sering dialami. O’Hanlon (1987) menggambarkan disosiasi sebagai pemisahan kondisi sadar dan nirsadar atau sebagai pemisahan emosi dari pikiran, perilaku, dan perasaan. Hilgard (1977) mendefinisikan disosiasi sebagai proses mental di mana sistem ide terpisah dari kepribadian normal dan beroperasi secara independen.

Mimpi hipnotik meliputi kapasitas subjek untuk mengalami, baik saat di sesi terapi atau saat tidur di rumah, mimpi terapeutik yang dimunculkan dengan sugesti.

Gerakan Terdisosiasi

Katalepsi adalah kondisi istimewa di mana tonus dan keseimbangan otot memungkinkan subjek mempertahankan postur dan posisi tubuh untuk waktu yang lama tanpa merasa lelah. Katalepsi diikuti dengan melambatnya semua aktivitas psikomotor dan merupakan dasar dari fenomena lain seperti lengan terangkat (arm levitation).

Menulis otomatis (automatic writing) adalah fenomena hipnotik yang merupakan hasil dari disosiasi antara fungsi mental sadar dan nirsadar. Subjek diberi sugesti langsung atau tidak langsung dan merespon dalam bentuk menulis di luar kendali pikiran sadar. Melukis atau menggambar otomatis adalah seni yang berhubungan dengan menulis otomatis.

Modifikasi Persepsi

Analgesia adalah pudarnya kesadaran seseorang terhadap rasa sakit. Dalam hal ini rasa sakit semakin berkurang atau hanya tersisa sedikit tapi tetap bisa dirasakan. Sedangkan anestesi adalah hilangnya secara total rasa sakit. Subjek tidak merasakan apapun.

Hiperestesia adalah meningkatnya kepekaan indrawi terhadap berbagai stimuli sensori dan sensasi fisik seperti sentuhan, rasa hangat, atau dingin.

Respon ideomotor adalah gerakan anggota tubuh yang disebabkan oleh kendali pikiran bawah sadar sehingga tampak terjadi secara otomatis. Contoh respon ideomotor adalah gerakan kepala, gerakan jari, gerakan pendulum, atau lengan terangkat.

Halusinasi positif dan negatif merujuk pada perubahan pengalaman subjek terhadap stimuli sensori. Halusinasi dapat melibatkan indera apa saja: penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau, dan sentuhan. Halusinasi positif artinya subjek mengalami sesuatu yang sebenarnya tidak ada menjadi ada. Bila yang terjadi adalah halusinasi visual positif maka subjek melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada menjadi ada. Halusinasi negatif artinya subjek mengalami sesuatu yang sebenarnya ada menjadi tidak ada. Contoh halusinasi visual negatif adalah saat subjek mencari kunci, kunci yang ada di depan mata ternyata tidak terlihat.  

Pada level ekstrim, halusinasi negatif dapat terjadi dalam bentuk kebutaan, buta warna, dan tuli. Kemampuan tubuh mengabaikan persepsi dari stimuli sensori spesifik adalah salah satu dasar dari pemanfaatan anestesi dan analgesia untuk kendali rasa sakit.

 

Simtom dan Fenomena Hipnotik

Contoh menarik yang menunjukkan kemiripan simtom dan fenomena hipnotik adalah distorsi waktu yang terjadi pada klien yang punya kebiasaan cuci tangan berulang atau mandi dalam waktu lama. Dalam beberapa kasus ada klien cuci tangan hingga setengah jam dan mandi hingga tiga jam. Saat ditanya mengapa ia cuci tangan atau mandi demikian lama, klien umumnya mengatakan bahwa ia tidak menyadari waktu berlalu begitu cepat. Ia merasa baru sebentar. Dalam hal ini klien mengalami distorsi waktu yang disebut kontraksi waktu.

Dalam konteks relasi, fenomena hipnotik sering terjadi dan dialami oleh salah satu pasangan atau keduanya tanpa disadari. Seringkali seseorang “melihat” atau “mendengar”  pasangannya bersikap dengan cara tertentu yang sebenarnya tidak akurat (halusinasi positif), atau justru tidak melihat perilaku yang sebenarnya tampak jelas di depan mata (halusinasi negatif), misalnya perubahan sikap atau kebiasaan pasangan yang mengindikasikan terjadi sesuatu yang di luar kewajaran.   

Contoh lain adalah saat pasangan bertengkar. Yang satu mampu mengingat dengan sangat detil berbagai kejadian di masa lalu (hipermnesia) sedangkan satunya sama sekali tidak ingat kejadiannya (amnesia).

Empat Prinsip Pemanfaatan Fenomena Hipnotik

Pemanfaatan fenomena hipnotik dalam konteks klinis mengikuti empat prinsip berikut. Pertama, terapis hanya menggunakan fenomena hipnotik yang paling mudah muncul, dimunculkan, atau dialami oleh klien. Prinsip ini mengacu pada kecenderungan setiap klien untuk mengalami atau dengan mudah memunculkan fenomena tertentu baik saat dalam kondisi trance atau di luar trance.

Kedua, terapis memanfaatkan fenomena yang menjadi bagian dari masalah klien untuk tujuan terapeutik (Erickson, 1965; Giligan, 1987). Dengan kata lain, bila terdapat fenomena hipnotik dalam manifestasi simtom, apapun fenomena ini, dapat diberdayakan sebagai bagian dari strategi penanganan dan resolusi masalah.

Ketiga, utilisasi fenomena hipnotik yang sifatnya berkebalikan dengan fenomena yang menjadi penyebab masalah. Fenomena hipnotik biasanya memiliki pasangan yang sifatnya berkebalikan, contohnya: amnesia – hipermnesia, kontraksi waktu – ekspansi waktu, regresi – progresi, anestesi – hiperestesia, halusinasi negatif – halusinasi positif.

Keempat, memilih fenomena yang dapat digunakan sebagai simbol terapi. Misalnya tangan terangkat (arm levitation) yang diletakkan di depan tubuh klien menjadi simbol resistensi yang memisahkan klien dan terapis. 

Baca Selengkapnya

Perilaku Manusia Ada Polanya

21 Januari 2014

Segala sesuatu di semesta alam ini selalu bekerja berdasarkan pola yang ajeg. Demikian pula dengan manusia. Dulu sewaktu memulai karir saya sebagai hipnoterapis klinis jujur saya sering bingung dan mengalami kesulitan saat menangani masalah klien yang tidak umum.

Ternyata masalah yang tidak umum ini menjadi tidak umum karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman saya akan cara kerja pikiran dan dinamika mental-emosi manusia. 

Sekarang, seiring waktu berjalan, dengan semakin banyak melakukan praktik dan riset plus membaca berbagai buku dan jurnal hipnoterapi sesuatu yang sebelumnya tampak membingungkan kini menjadi jelas dan gamblang. 

Semuanya menjadi semakin jelas dengan semakin banyaknya hipnoterapis profesional alumni pelatihan SECH (Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy) yang melakukan praktik.

Kami berbagi studi kasus dan pengalaman praktik di milis, tentu dengan tetap menjaga kerahasiaan klien sesuai kode etik profesi, sebagai cara efektif untuk saling belajar dan membelajarkan. 

Hingga saat ini sudah ada puluhan ribu kasus yang telah kami tangani. Misalnya, alumni SECH yang rutin praktik hanya 50 orang, ini perkiraan minimal, dengan rata-rata hanya menangani 1 (satu) klien per hari. Ada juga yang sampai 2 atau 3 klien per hari. 

Misalnya dalam satu minggu mereka praktik lima hari, mulai Senin sampai Jumat. Berarti dalam seminggu ada 50 (terapis) x 5 (hari kerja) x 1 (kasus per hari) = 250 kasus. Dalam satu bulan: 4 (minggu) x 250 = 1.000 kasus. Setahun 12 bulan x 1.000 = 12.000 kasus. 

Misalnya dihitung para alumni ini praktik mulai tahun 2008 hingga akhir tahun 2013, berarti 6 tahun. Maka total ada 6 x 12.000 kasus = 72.000 kasus. 

Dengan demikian teori pikiran bawah sadar yang kami kembangkan bersama di Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, berbagai teknik intervensi klinis, dan QHP (Quantum Hypnotherapeutic Protocol) yang digunakan oleh para hipnoterapis ini telah dipraktikkan ke puluhan ribu klien. 

Dari pengalaman di ruang praktik kami menemukan bahwa apapun masalah klien, gangguan yang berhubungan emosi dan perilaku, selalu konsisten mengikuti pola tertentu. Ini temuan yang sangat berharga dan penting. Dengan memahami pola pembentukan simtom atau masalah maka kami mampu melakukan "cracking" pola ini dan melakukan restrukturisasi dengan benar sehingga mampu membantu klien mengatasi masalahnya dengan cepat, mudah, menyenangkan, dan permanen. 

Sejak tahun 2008 hingga sekarang kami masih terus melakukan fine-tuning berbagai teknik terapi yang kami gunakan. Ini semua berkat masukan dari para alumni yang praktik dan menemukan hal-hal baru di ruang terapi. Dengan demikian semakin lama teknik-teknik ini menjadi semakin lebih efektif dan efisien. 

Ada banyak teknik baru yang ditemukan atau diciptakan, baik secara sengaja atau tidak sengaja, oleh para alumni. Teknik-teknik ini selanjutnya kami analisis secara mendalam, dari perspektif teoritis, dan dipraktikkan ke klien. Setelah terbukti memberikan hasil terapeutik positif dan permanen barulah teknik ini kami beri nama, agar tidak bingung karena ada begitu banyak teknik, dan selanjutnya diajarkan kepada para peserta pelatihan SECH dan alumni. 

Jujur, saat ini untuk waktu yang 9 (sembilan) hari atau 100 jam sudah tidak lagi cukup untuk mengajarkan semua materi yang telah begitu berkembang. 

Satu impian besar kami di AWGI yaitu Indonesia di masa mendatang menjadi kiblat hipnoterapis klinis dunia. Saya bermimpi suatu saat nanti orang luar negeri, termasuk dari Amerika, belajar ke kita, anak bangsa Indonesia. Dan nanti di sertifikat kita beri lambang burung Garuda yang diembos dengan tinta warna emas dan bendera merah putih. 

Doakan ya... semoga cita-cita ini bisa segera terwujud. 

Demikianlah kenyataannya......

Baca Selengkapnya

Pikiran Sadar, Pikiran Bawah Sadar, dan Penciptaan Realita

19 Januari 2014

Kesadaran ibarat aliran sungai yang bercabang dua, pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Untuk mampu mengoperasaikan hukum pikiran kita perlu memahami hubungan antara pikiran sadar dan bawah sadar. Pikiran sadar sifatnya personal dan selektif sedangkan pikiran bawah sadar nonpersonal dan nonselektif.

Pikiran sadar adalah dunia akibat sedangkan pikiran bawah sadar adalah dunia sebab. Kedua aspek pikiran ini adalah sifat laki dan perempuan dari pikiran. Pikiran sadar adalah laki dan pikiran bawah sadar adalah perempuan. Pikiran sadar menghasilkan ide atau bentuk pikiran dan menanam ide-ide ini di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar menerima ide dan memberi bentuk dan wujud pada ide ini menjadi realita seseorang.

Berdasar hukum ini, pertama menghasilkan suatu ide dan selanjutnya menanam ide ini di pikiran bawah sadar, semua realita terbentuk. Pikiran sadar menanam benih ide sementara pikiran bawah sadar mengekspresikan semua yang ia terima menjadi bentuk atau realita fisik.

Pikiran bawah sadar tidak pernah menghasilkan ide atau pemikiran. Ia menerima sebagai kebenaran semua yang dirasa benar oleh pikiran sadar. Dan melalui proses dan mekanisme yang hanya diketahui oleh pikiran bawah sadar ide-ide ini mewujud menjadi realita fisik.

Mekanisme kreasi ini tersembunyi jauh di dalam kedalaman pikiran bawah sadar, aspek perempuan dari pikiran atau rahim penciptaan realita. Pikiran bawah sadar melampaui logika dan tidak terpengaruh oleh fakta. Ia menerima perasaan atau emosi sebagai fakta atau kebenaran. Dan berdasar “kebenaran” ini ia memberi wujud atau bentuk pada perasaan atau emosi. Proses penciptaan bermula dari ide dan berlanjut dengan perasaan dan berakhir dengan dorongan bertindak dan menghasilkan akibat.

Ide tertanam di pikiran bawah sadar, salah satunya, melalui media perasaan. Saat suatu ide dengan muatan emosi, baik positif atau negatif, diterima pikiran bawah sadar, ide ini pasti diwujudkan menjadi realita, tidak peduli ide ini baik atau buruk.

Oleh sebab itu, orang yang tidak mengendalikan perasaannya akan menanam ide yang buruk di pikiran bawah sadar dan itulah yang ia dapatkan.

Mengendalikan perasaan tidak berarti menahan atau menekan perasaan Anda. Mengendalikan perasaan berarti Anda disiplin hanya membayangkan dan merasakan perasan positif yang membuat Anda merasa nyaman dan bahagia.

Sangatlah penting untuk mengendalikan perasaan. Jangan pernah memelihara atau terus membiarkan diri Anda merasakan perasaan-perasaan negatif, apapun perasaan negatif ini.

Jangan pernah membiarkan diri Anda larut dalam perasaan negatif, baik ini perasaan Anda sendiri atau karena memikirkan orang lain, membaca atau mendengar berita negatif, menyaksikan tayangan tv atau film negatif, atau mendegar lagu dengan lirik negatif.

Mengapa? Karena perasaan ini, apapun penyebab atau sumbernya, Anda yang merasakannya, bukan orang lain.  

Dengan demikian apapun yang Anda lakukan atau pikirkan, baik itu mengenai diri Anda atau mengenai orang lain, bila ini membuat Anda mengalami atau merasakan emosi negatif harus dihindari.

Setiap perasaan meninggalkan kesan atau impresi di pikiran bawah sadar dan bila tidak dinetralkan oleh perasaan lain yang lebih kuat, perasaan ini pasti akan terwujud menjadi realita. Anda perlu hati-hati mencermati mood dan perasaan Anda, karena realita atau dunia Anda adalah hasil ciptaan perasaan Anda.

Salah satu cara paling mudah dan akurat untuk mengenali mood atau emosi dominan dalam diri seseorang adalah melalui tubuhnya. Tubuh berfungsi sebagai filter yang menunjukkan emosi seseorang. Gangguan emosi, khususnya emosi yang ditekan, adalah akar dari berbagai penyakit fisik yang dialami seseorang.

Pikiran bawah sadar tidak pernah gagal mewujudkan benih pikiran yang tertanam di dalamnya. Saat ia menerima benih pikiran ini, ia mulai bekerja, dengan berbagai cara yang seringkali tidak disadari atau diketahui pikiran sadar, mewujudkannya menjadi realita fisik. Pikiran bawah sadar tidak pernah mengubah kepercayaan yang telah diterima sebagai kebenaran oleh seseorang.

Walau pikiran bawah sadar dengan patuh mewujudkan ide pikiran sadar, hubungan mereka tidak seperti seorang majikan dan hamba, seperti yang selama ini orang pikirkan. Pikiran bawah sadar tidak suka dipaksa. Ia memberi respon yang lebih baik pada rayuan/bujukan daripada perintah. Dengan demikian pikiran bawah sadar lebih menyerupai kekasih daripada pelayan atau hamba.

Ide atau pemikiran Anda baru akan tertanam di pikiran bawah sadar saat Anda yakin dan merasakan bahwa ide ini telah terwujud dalam pikiran Anda. Impresi menentukan ekspresi.

Pikiran bawah sadar menerima apa yang Anda rasa sebagai hal yang benar, bukan apa yang Anda pikir benar. Dengan demikian perasaan Anda yang dominanlah yang menentukan realita Anda.

Jangan pernah menyia-nyiakan satu detikpun dalam hidup Anda dengan merasa bersalah, menyesal, sedih, atau emosi negatif lainnya, karena dengan merasakan kembali emosi yang berasal dari kejadian masa lalu, Anda kembali menanamkan ide buruk di pikiran bawah sadar Anda.

Memahami hukum pikiran dan cara menggunakan hukum ini akan memampukan manusia untuk mencapai kualitas hidup yang didambakan. Dilengkapi dengan pengetahuan ini, Anda dapat membangun dunia ideal Anda. 

Baca Selengkapnya

Cerdas dan Bijak Memahami Masalah Klien

13 Januari 2014

Hipnoterapi adalah salah satu modalitas terapi yang sangat efektif dalam membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi dan perilaku. Ada banyak sekali contoh kasus yang berhasil diatasi dengan cepat menggunakan hipnoterapi. Namun, pada beberapa kasus ada klien tidak bisa sembuh atau sudah sembuh, kambuh lagi. Apa yang salah?

Ada banyak alasan mengapa klien kambuh dan masalahnya berulang. Dalam artikel ini dibahas cara pandang yang lebih menyeluruh/holistik dalam memahami masalah klien agar terapis mampu membantu klien dengan lebih baik dan penyelesaian kasus lebih tuntas.

Seorang klien wanita dari luar kota, usia 35 tahun, punya tiga anak, mengeluh bahwa ia sulit sekali mengendalikan emosinya. Ia sering uring-uringan, mudah marah bila anaknya nakal atau melakukan sesuatu tidak seperti yang ia inginkan.

Bila marah, ia bisa meledak hebat, tidak mampu mengendalikan diri sehingga sering mengeluarkan kata-kata keras dan pedas, caci-maki kepada anak dan suami, dan juga sering memukuli anak-anaknya. Singkat cerita, klien ingin mampu mengatasi dan mengendalikan emosinya dan belajar anger management.

Klien sadar bahwa ketidakmampuannya dalam pengendalian diri akan berdampak buruk terhadap anak-anak dan suaminya. Ia ingin berubah. Ia telah membaca banyak buku pengembangan diri, buku parenting, ikut pelatihan pengembangan diri yang harganya belasan juta, dan ikut program konseling keluarga yang juga sangat mahal.

Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa saat ini kondisi finansial klien dan suami tidak baik karena salah investasi, suami tidak mau tahu mengenai hal ini, klien harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga, di rumah tidak ada pembantu, klien harus mengerjakan semua pekerjaan di rumah, suami sering marah dan mengatakan klien sebagai istri yang malas, gagal, tidak becus mengurus keluarga, cuma bisa menghabiskan uang, hanya pintar teori tapi tidak pernah bisa mempraktikkan apa yang telah klien pelajari dari buku atau pelatihan. Klien juga mengalami kurang tidur dalam waktu yang cukup lama. Rata-rata setiap malam ia hanya tidur sekitar lima jam saja dan tidak pernah tidur siang.

Semua ucapan dan tindakan suaminya sangat menyakiti hati klien. Ia merasa sendirian, kesepian, tidak mendapat perhatian, apalagi dukungan dari suami.

Bila dilihat sekilas masalah klien adalah ia tidak mampu mengendalikan diri saat mendapati anaknya berulah, nakal, atau tidak berperilaku seperti yang ia harapkan. Tindakan atau perilaku anak menjadi pemicu emosi dalam diri klien sehingga meledak dan tidak terkendali. 

Hipnoterapis bisa membantu klien, dengan teknik tertentu, mencari dan menemukan kapan ketidakpuasan atau emosi yang berhubungan dengan anaknya ini muncul lalu membereskan emosi ini.

Apakah sesederhana ini proses terapinya?

Jawabannya tidak. Klien telah beberapa kali diterapi oleh hipnoterapis dan tidak bisa tuntas. Terapinya juga tidak maksimal. Usai terapi klien kembali ke kondisi sebelumnya, sama sekali tidak ada perubahan.

Di sinilah dibutuhkan kecermatan dan kebijaksanaan dari seorang hipnoterapis dalam memahami masalah klien. Masalah tidak bisa dilihat secara parsial, sepotong-sepotong, namun haruslah secara menyeluruh, holistik.

Di sesi pertama, terapis bisa memilih untuk langsung menangani masalah yang menjadi keluhan klien atau melakukan wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh dan menyeluruh mengenai kondisi hidup klien.  Idealnya, terapis bisa langsung memroses masalah klien. Namun terapis berpengalaman tentu tidak akan langsung melakukan terapi. Ia akan mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi dalam hidup klien yang diperkirakan punya pengaruh signifikan terhadap kondisi pikiran dan emosi klien saat ini.

Walau klien datang dengan simtom emosi yang sulit dikendalikan, dan ini adalah satu masalah yang jelas, namun penyelesaiannya bukan hanya dengan memroses emosi ini. Ada banyak kemungkinan yang membuat klien mudah marah dan meledak, antara lain:

-       klien pernah mengalami trauma masa kecil

-       klien merasa frustrasi dengan hidupnya

-       klien kecewa dengan suami

-       klien merasa sakit hati karena sering dihina oleh suami

-       klien mengalami kecemasan kronis mengenai masa depan karena kondisi finansial yang buruk

-       klien merasa tidak punya kendali atas hidupnya

-       klien mengalami ketidakseimbangan atau gangguan emosi, fisik, pengendalian diri, dan kemampuan berpikir akibat kurang tidur dalam waktu lama

-       klien kelelahan mengurusi tiga anak dan tidak dibantu suami

-       klien sebenarnya marah pada suami namun melampiaskannya ke anak

-       dan berbagai kemungkinan lain

Setelah memberikan konseling mendalam, terapis perlu mengajarkan klien beberapa teknik self-healing untuk ia lakukan di rumah. Hal ini penting dilakukan sebagai langkah awal untuk mengajari dan menunjukkan pada klien bahwa ia punya kendali atas hidupnya dan mampu mengatasi emosinya sendiri, tanpa bantuan orang lain.

Langkah selanjutnya, terapis bisa meminta klien untuk menyusun rencana hidupnya secara tertulis. Ini penting sebagai langkah awal untuk memulai perubahan secara sistematis dan menyeluruh. Tidak mungkin hidup bisa berubah tanpa dirancang dengan cermat. Mengacu pada temuan di atas, terapis juga perlu meminta klien untuk cukup istirahat malam hari, tidur minimal tujuh jam, akan lebih baik delapan jam, dan juga perlu melakukan relaksasi secara rutin.

Masalah klien, bila diteliti dengan cermat, bukan sekedar masalah emosi pada dirinya namun juga berhubungan dengan relasinya dengan suami. Untuk itu terapis perlu meminta suami klien hadir bersama klien, di sesi lanjutan, untuk mendiskusikan langkah-langkah strategis dalam melakukan perubahan dan perbaikan relasi mereka. Dengan kata lain, klien butuh dukungan penuh dari suami.  

Temuan penting lainnya adalah klien sangat sugestif. Klien bisa dengan cepat masuk ke kondisi profound somnambulism / deep trance dengan mata terbuka. Suami yang sering menghina, mengucapkan kata-kata negatif, dan meremehkan klien tentu sangat memengaruhi kondisi pikiran dan emosinya. Apalagi klien sangat sugestif. Kata atau kalimat yang diucapkan suaminya berlaku sebagai sugesti yang masuk ke pikiran bawah sadar klien dan sangat memengaruhi pikiran dan perasaan klien.

Dengan demikian, penanganan masalah tidak bisa hanya berdasar apa yang disampaikan oleh klien atau seperti yang ditulis di Intake Form. Terapis perlu cerdas dan bijak melakukan pendalaman informasi sehingga terungkap inti masalah yang sebenarnya.

Saat terapis melakukan hipnoterapi pada klien, saat klien duduk di kursi terapi, saat itu terapis berperan sebagai hipnoterapis. Namun saat klien sudah selesai diterapi, saat memberikan masukan, saran, atau konseling mengenai kehidupan rumah tangga, relasi suami istri, terapis beralih peran sebagai konselor keluarga. Saat membantu dan mengajarkan cara merancang hidup terapis berperan sebagai life coach. Dengan demikian seorang hipnoterapis perlu belajar banyak hal, tidak hanya hipnoterapi, untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan maksimal bagi kliennya.

 

 

Baca Selengkapnya

Berlian Kehidupan Memancarkan Sinar Kemilau Indah

12 Januari 2014

Dear pak Adi, 

Di akhir tahun 2013 ijinkan saya berbagi berbagai memori indah dan transformasi diri yang sudah saya alami. Beberapa poin sempat saya jelaskan kepada para rekan peserta QLT Pemantapan di hari pertama dan mereka semua terdiam, seperti bingung, namun saya tahu mereka kaget dan heran dengan apa yang telah terjadi dengan diri saya. 

Saya pertama kali jumpa dan kenal pak Adi di awal 2011 ketika menghadiri seminar tentang anak yang diselenggarakan oleh Gramedia Jakarta. Pada saat itu saya hanya menjalankan hidup sesuai dengan kehendak saya, yang tanpa saya sadari menimbulkan tekanan mental dan emosi luar biasa buat suami dan anak anak saya. 

Perkenalan saya dengan pak Adi berlanjut saat pelatihan inhouse yang diselenggarakan perusahaan suami untuk 70 sales di Malaysia. Pada saat itu apa yang diajarkan pak Adi, baik di depan kelas maupun secara pribadi ketika ngobrol bersama saya selalu saya bantah dan mentahkan. Ada banyak suara dalam hati saya berkata "mana mungkin" atau "tapi.....". Saya ingat saat itu pak Adi tidak membantah apapun yang saya katakan, mendengar dengan sabar, dan justru memberi saran agar saya ikut pelatihan QLT (Quantum Life Transformation). Ternyata saat saya mau daftar, sudah penuh sehingga harus menunggu batch berikutnya. 

Akhirnya saya ikut pelatihan QLT. Hasil dari pelatihan QLT waktu itu, saya seperti melihat sosok seseorang yang jauh, kecil tapi dia ada. Saya sempat bingung memikirkan siapakah dia? Ternyata dia adalah diri saya sendiri yang selama ini bersembunyi di balik banyaknya masalah, kesedihan, dan kepedihan dalam hidup saya sehingga kebahagiaan menjadi jadi jauh sekali, bahkan hampir hilang. Sosok itu ternyata adalah happiness/kebahagiaan yang selama itu tidak saya akui atau saya sangkal. 

Penyangkalan yang terus saya lakukan, bahwa setiap manusia pasti ada masa bahagia, berharga, hanya terkadang emosi yang intens (kemarahan dan penyesalan) mengubah semua pandangan dan pikiran saya dalam memandang kehidupan saat itu. 

Usai mengikuti QLT, secara perlahan saya mengalami proses transformasi diri. Ketika menjalani teknik "Kapal Karam" di QLT saya dengan yakin orang pertama yang akan saya buang ke laut pastilah suami saya, karena secara sadar saya benci dan menyesal kenal dia dan berharap dia menghilang dari kehidupan saya. 

Ternyata selama menjalankan sesi ini, sungguh saya tidak mengira sama sekali, ternyata dia yang saya simpan sampai akhir. Dari semua orang yang saya kasihi atau dekat dengan saya di dalam daftar yang saya tulis, pada akhirnya saya memilih suami sebagai satu-satunya orang yang bisa selamat bersama saya. Sungguh satu hal yang tidak bisa dimengerti oleh orang lain termasuk saya jika tidak menjalani pelatihan QLT. 

Saking bencinya saya pada suami saat itu, dulu saya suka bilang padanya,"Kalau dikubur jangan deketan ya biar gak ketemuan lagi di kehidupan akan datang." Tapi ternyata suami adalah malaikat dalam hidup saya, Dia adalah alasan saya untuk hidup. Akhirnya saya menyadari bahwa soulmate yang saya cari selama ini ternyata adalah suami saya. 

Bagaikan mengupas bawang, lapis demi lapis, meski mengeluarkan banyak air mata di sesi forgiveness, saya menemukan banyak hal yang saya lewatkan selama ini. Dulu saya tidak bisa menerima kesalahan yang dilakukan papa saya. Saya marah sekali sampai melarang papa hadir di pesta pernikahan saya. Tapi sekarang, dengan pemahaman saya akan cara kerja pikiran dan psikologi, saya bisa mengerti mengapa ini semua terjadi. Dan saya tidak lagi menyalahkan papa. 

Saya waktu awal kenal pak Adi sebenarnya sudah merencanakan untuk pisah dengan suami karena ada badai besar yang terjadi dalam keluarga kami. Intinya saya marah sekali pada suami. Saat itu saya merasa tidak ada lagi kesabaran yang tersisa hingga anak-anak menjadi korban setiap kali saya marah. 

Penolakan orangtua yang menginginkan saya lahir sebagai anak laki juga membawa luka batin, kepahitan, dan kemarahan dalam diri saya selama ini kepada mereka. Ternyata, di balik perasaan terluka, marah, dan benci pada orangtua tersimpan rasa sayang dan cinta saya yang luar biasa pada mereka.

Doa saya waktu papa sakit keras dan kritis adalah, "Tuhan ijinkan saya untuk bisa punya waktu merawat papa. Namun jika memang beliau sudah tidak ada kesempatan, mohon ambil sebagian umur saya dan tambahkan kepada papa sehingga papa bisa merasakan kebahagiaan punya anak seperti saya.”

Saya melakukan banyak kesalahan sebagai ibu dan sebagai istri, dalam bersikap terhadap anak dan keluarga. Ini semua, sekarang saya mengerti, karena luka batin yang saya alami di masa lalu saya. Jujur saya pernah bosan dengan hidup saya, sehingga setiap kali naik pesawat saya selalu berdoa agar pesawatnya jatuh dan saya bisa segera pindah alam. 

Ternyata Tuhan baik sama saya, Saya jumpa guru yang mengubah hidup saya, yang mengajarkan saya untuk melihat sebuah masalah dari sudut yang berbeda. Ternyata masalah tidak terletak pada orang lain, pada orangtua, suami, anak, lingkungan, atau apa saja, namun masalah ada di dalam diri saya. 

Sekarang saya bersyukur bahwa semua badai tsunami ini hadir dalam hidup saya karena memberi saya pelajaran penting yang dibutuhkan untuk kemajuan diri saya. 

Pak Adi, kisah hidup ini nanti saya tuliskan secara detil dalam buku saya "Andai Aku Bisa Memilih". Meskipun saya tidak bisa melakukan perubahan instan terhadap diri sendiri, karena saya sadar semua membutuhkan waktu dan proses, tapi kini saya sudah bisa menentukan rencana hidup ke depan dengan teknik yang saya pelajari di QLT.  

Tahun 2011 sungguh merupakan awal transformasi kehidupan saya, dari yang hanya secara kebetulan jumpa dan kenal pak Adi melalui seminar dan berlanjut menjadi transformasi diri yang ajaib. Kisah transformasi diri saya mungkin tidak semenarik, seheboh, dan sesukses orang lain yang berhasil mencapai prestasi gemilang dalam bisnis, mendapatkan harta dan kekayaan berlimpah, projek, dan cash money dalam rekening mereka. Namun yang terjadi dalam diri saya adalah saya menemukan potensi diri yang sampai sekarang masih saya kumpulkan karena banyak yang sudah tersebar berserakan dan mulai menampakkan diri sehingga butuh waktu untuk memilih mana yang cocok untuk saya kembangkan.

Saya bersyukur sekali bisa belajar dengan pak Adi karena pelajaran yang saya dapatkan ternyata bisa saya kembangkan untuk membantu banyak orang melalui seminar dan pelatihan yang saya lakukan sepanjang 2012 dan 2013. Sungguh bahagia rasanya saya bisa melihat perubahan pada diri orang lain, walau hanya dengan saya memberi nasehat, saran, masukan, atau pendapat. Semua ini mengisi hati saya dengan makna yang dalam dan istimewa. 

Awal tahun 2013 saya mengalami banyak kejadian yang menimbulkan gejolak emosi, terutama dalam keluarga. Keluarga, terutama anak saya, melihat saya tidak mengalami perubahan signifikan seperti yang mereka harapkan, yang membuat mereka, terutama anak saya yang pertama merasa saya sedang menjalankan kehidupan yang munafik. 

Saya dianggap bisa menasehati orang tapi pada kenyataannya masih punya emosi tinggi. Hubungan dengan orangtua saya juga penuh dengan tekanan emosi dalam segi pemahaman budaya sehingga saya mengalami pendarahan yang ketiga kalinya sejak 2011, dan 2012. Sepertinya setiap tahun saya mengalami pendarahan dan selalu dikuret. Berbekal pengetahuan dan pemahaman saya akan cara kerja pikiran dan saling keterkaitan antara pikiran dan tubuh, tahun 2013 ini saya mencari emosi di balik simtom fisik ini. 

Setelah diterapi oleh pak Adi untuk yang kedua kali, menemukan emosi yang menjadi sumber masalah, diproses tuntas, semua simtom ini berhenti. Sakit saya hilang begitu saja. Kisah saya ini sempat dimuat di harian Warta Kota. 

Sekitar September 2013 saya mengalami vertigo hebat. Saya baru ke dokter bulan November. Meski sudah minum obat, tetap tidak bisa sembuh. Dokter juga bingung dan heran mengapa tidak kunjung sembuh. Saya tahu ada sesuatu dalam diri saya yang perlu dibereskan namun saya belum menemukan apa ini. 

Sejak belajar mengenai pikiran, secara emosi, saya sudah jauh menurun, sudah cooling down. Dulu kalau marah, termos stainless bisa saya lemparkan ke depan hingga kaca mobil pecah semua. Sekarang kontrol diri saya sudah jauh lebih baik, tidak lagi mudah meledak keluar, tapi sepertinya meledak di dalam, ha....ha.....kena diri sendiri. 

Soal vertigo, setelah mendapat saran dan masukan dari pak Adi kemarin, saya melakukan self healing. Hasilnya luar biasa. Saya berhasil membereskan emosi yang selama ini menjadi penyebab vertigo yang saya alami dan sembuh dalam sekejap. 

Oh ya pak, sejak lahir, saya sangat jarang atau bahkan tidak pernah mendapat pujian atas apa yang saya lakukan. Secara sadar saya tidak butuh tapi terkadang saya bisa sedih apalagi bila tidak dihargai sama sekali. 

Banyak hal yang saya lakukan selama ini ternyata didasari oleh keinginan untuk mendapat penghargaan. Akibatnya ketika penghargaan yang diharapkan tidak saya peroleh saya menjadi kecewa dan marah, dan selalu muncul pertanyaan “why” di dalam diri saya. 

Setelah saya renungkan ternyata saya salah dalam memilih atau menetapkan tujuan. Saya tidak perlu mencari penghargaan dari orang lain tapi yang perlu saya lakukan adalah melakukan sesuatu yang berharga bagi orang lain. Sehingga suatu hari kelak ketika saya sudah tidak ada dalam kehidupan mereka, bukan diri saya yang dirindukan tapi perbuatan saya yang dikenang. Dan saya bisa melakukan semua ini karena sebenarnya diri saya berharga.   

Saya sudah reseat QLT beberapa kali. Setiap kali ikut QLT selalu ada pemahaman pembelajaran baru dan pemahaman yang lebih dalam dari sebelumnya yang saya dapatkan. Saya ikut QLT Pemantapan selain menyusun impian dan goal untuk 2014 sebetulnya untuk menemukan banyak hal yang selama ini terlewatkan oleh saya. Dalam sesi QLT ternyata berhasil saya menyembuhkan pendarahan saya yang sudah dua bulan ini saya alami dengan teknik EPT ketika dibimbing pak Adi. Ada EP yang marah karena satu kejadian di masa lalu saya. Ini berhasil diselesaikan dengan baik.

Singkat cerita pagi ini sudah stop total. Makanya saya buru-buru tulis email ini. Kemarahan saya pada orangtua juga sudah tuntas sejak saya katakan di depan pak Adi kemarin bahwa kewajiban orangtua adalah melahirkan kita, sedangkan hak dan tugas kita adalah mendapatkan kehidupan yang kita inginkan tanpa harapan dan ikatan pada orangtua kita. 

Akhir tahun 2013 ini saya tulis perjalanan hidup saya dengan penuh rasa syukur. Semua kejadian yang saya alami mengajarkan saya pelajaran hidup yang saya butuhkan untuk bertumbuh dan berkembang di saat ini, di momen ini. 

Salah satu dream saya saat melepas balon yaitu mempunyai hubungan yang lebih baik dengan anak-anak saya. Tak disangka saya mendapat ucapan selamat dari mereka baik melalui WA, BB dan Line yang mana sungguh mengharukan ketika mengucapkan "Happy Mother" day: 

To Mom,

No matter how many times we argue,how many times I don't understand you, and how many times I get scolded by you.... I still think that You are the best and will always be the greatest mom in the whole wide world. I love you. 

Love Always,

Your Stubborn Son

(Kepada Ibu,

Tidak peduli berapa kali kita bertengkar, tidak peduli berapa kali saya tidak mengerti Ibu, dan berapa kali saya dimarahi ibu.... saya tetap berpikir bahwa Ibu adalah Ibu yang terbaik dan akan selalu menjadi Ibu paling hebat dan mulia di seluruh dunia. Saya mencintai Ibu. 

Sayang selalu dari putramu yang keras kepala)

Saya hanya menulis dan visualisasikan impian saya dengan target menjadi wanita yang mempunyai kekuatan, kemakmuran, dan kebahagiaan dalam relasi dengan semua kehidupan dan bisnis. Saya ingin mempunyai kekuatan dalam membagi kebahagiaan dan kekayaan dalam hidup bagi semua orang yang secara kebetulan hadir dalam hidup saya. 

Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semua perjalanan hidup sudah tersusun bagaikan satu rangkaian cerita bersambung: 

andai aku bisa memilih

aku tetap akan memilih

perjalanan hidup seperti yang aku alami

sebab............

di sinilah aku menjalani ujian hidup

menemukan diriku melalui

sebuah proses untuk mendapatkan

keindahan pada akhir cerita

karena..........

aku yakin Tuhan tidak akan

memberikan cobaan kepada

hambanya yang tidak mampu

aku beruntung mendapatkan

pengalaman pahit dalam hidup

dengan tujuan..........

merubahku menjadi pribadi yang lebih baik

dengan mensyukuri setiap kejadian

yang hadir dalam kehidupanku

sebagai universitas kehidupan

sehingga...............

aku menjadi manusia yang sempurna

Pak Adi tidak pernah berkeinginan menjadi orang penting, tapi selalu memberikan ilmu pengembangan diri yang membuat orang lain menjadi penting. Terima kasih sudah menjadi bagian dari hidup saya. Sebuah perjalanan yang indah sejak berkenalan dengan pak Adi dan bu Stephanie. 

Hari ini, Selasa, 24 Desember 2013, suami saya tutup laporan 2013 dengan hasil yang sangat gemilang, padahal minggu lalu target masih minus 15M. Sekarang malah kelebihan 20%. Inilah salah satu hal penting yang pak Adi ajarkan dalam QLT bahwa vibrasi positif dalam keluarga dan peran istri akan membawa kekuatan dan keberhasilan dalam banyak aspek. 

Semoga pak Adi selalu diberikan kesehatan yang sempurna, kebahagiaan lahir batin dan selalu dalam lindungan Sang Maha Pencipta agar semakin banyak orang menemukan kebahagiaan hidup melalui transformasi diri. 

Kisah ini saya ceritakan dengan tujuan untuk memberikan pengharapan bahwa setiap orang bisa berubah, setiap orang berharga, berhak, dan layak untuk menjalani hidup penuh kebahagiaan, penuh makna. Yang perlu dilakukan adalah niat yang tulus, tekad yang kuat, dan kesediaan serta keikhlasan menjalani proses perubahan, transformasi diri dengan sabar, tekun, percaya, walau ini tidak mudah, sering disertai tangis dan air mata. Inilah harga yang telah saya bayar untuk semua perubahan ini. Dan hasilnya sungguh manis. Percayalah… bila saya bisa.. Anda juga pasti bisa.

Salam hormat,

NMF

 

 

 

 

 

 

 

Baca Selengkapnya
Tampilan : Thumbnail List